Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #44-"Say Big No!"

3 April 2021   09:00 Diperbarui: 3 April 2021   09:17 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih melanjutkan serial tulisan saya minggu lalu, kalau minggu lalu saya membahas kisah Ananda Dami, teman saya yang seorang peneliti, lulusan psikologi membahas soal "Tool Anti Marah" yang sedang ia teliti (baca :Saturday Morning #43 - "Tool Anti Marah"), maka minggu ini saya masih ingin menuliskan kembali kisah soal Ananda Dami, sahabat saya tersebut karena banyak sekali inside yang saya dapatkan dari ia melalui zoom pekan lalu. 

Pada edisi minggu ini saya akan membahas soal "Big No", tentu ini bermula juga ketika dami secara spontan menanyakan kepada saya dengan pertanyaan yang kurang lebih bunyinya seperti ini  "Pernakah nggak kamu berkata "IYA" pada sesuatu ajakan seseorang atau sesuatu hal, sedangkan di dalam hati kamu sebenarnya kamu ingin berkata "TIDAK" ?  tanpa berpikir lama tentu saya menjawab "Iya Dong, malahan sering!" ujar saya. 

Nahh! ujar dami sambil setengah berteriak! berarti kamu ini mengalami sebuah Pola Sesat Berpikir. Kenapa pola sesat berpikir?, Dami menjelaskan sambil ia mengutip sebuah buku dari seseorang psikolog sosial Susan Newman namanya, jadi susan ini mengeluarkan sebuah buku yang berjudul "The Book of No : 365 Ways to say it and Mean it and Stop People Pleasing Forever". Dalam buku ini kata dami menuliskan bahwa kebanyakan manusia seringkali menyamakan sikap sopan ketika berkata "IYA" pada segala hal. Sedangkan kalau kita berkata "TIDAK" dikonotasikan sebagai hal yang tidak sopan.

Akhirnya setelah dipikir-pikir kok rasanya benar ya yang ditulis susan tersebut dan mungkin anda serta saya juga turut mengalaminya, bahwa seringkali saya berpikir bahwa berkata "TIDAK" terlalu kasar dan terlihat menghina kepada orang yang mengajak kita. Pola pikir seperti ini yang menurut Susan dalam bukunya semakin membuat kita kesulitan serta enggan menolak ajakan karena tidak enak atau takut dianggap kurang peduli.

Saya seringkali mengalami hal ini, apalagi di beberapa edisi saturday morning sebelumnya saya menulislan bahwa dalam sebuah eneagram test psikolog telah menuliskan kepribadian saya yang paling takut apabila tidak mendapatkan dukungan dari orang lain. Jadi seringkali karena ketakutan itu, saya seringkali merasa harus mengatakan "YES" pada ajakan orang lain entah itu sesuatu yang baik maupun terkadang ada pula yang buruknya. Sekalipun saya menolak maka perasaan tak enakan kemudian muncul. 

Padahal menolak ajakan adalah sesuatu yang wajar, bahkan sekalipun orang yang mengajak anda memaksa maka kalau seandainya anda tetap berada pada pendirian anda seharusnya tak menjadi kendala. Namun, seringkali ikut-ikutan yang kita lakukan malah menjadi fatal apabila terus menerus dilakukan. Maka Damie pun turut mengatakan bahwa lingkungan pergaulan kerap kali mempengaruhi preferensi kita tersebut.

Sebagai contoh, kalau anda berada pada lingkungan yang nggak sehat, seperti pada lingkungan suka mencontek maka kita pun lama-kelamaan akan ikut tergoda. Jadi sekuat apapun jika kita menahan, apabila di sekitar kita terus menerus melakukan maka bisa jadi itu juga akan membuat pertahanan kita goyah. Maka disini peranan kita menjadi penting karena sudah seharusnya kita berani mengatakan "TIDAK" dan harus segera menyelamatkan mereka.

Lebih lanjut dami juga turut mengatakan bahwa Orang - orang yang melakukan suatu hal yang salah maka ada kencenderungan untuk selalu mencari teman untuk mengikuti mereka melakukan kesalahan yang sama. Celakanya kita justru ikut-ikutan hanya karena mempertimbangkan berbagai alasan, misalnya; sungkan jika menolak, takut dianggap ketinggalan jaman, atau takut dikucilkan dalam pergaulan, hingga yang lebih parah adalah takut dimusuhi oleh orang-orang yang mengajak tersebut.

Nah dari sekian banyak cerita itu, dami menutup nya dengan sebuah makna filosofis "Bahwa manusia itu disebut sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial, sehingga akan menjadi wajar bahwa ada kencenderungan untuk mementingkan kepentingan diri sendiri, dan relatif ingin mengajak orang bersama-sama untuk melakukannya secara bareng-bareng sekalipun hal itu mungkin salah. Menjadi sopan itu baik, tetapi tak selamanya kata "IYA" bisa kita identikkan dengan kesopanan itu sendiri. Karena pada dasarnya menjawab "TIDAK" pun menjadi tidak masalah apalagi kalau berkaitan dengan hal-hal yang negatif, memang sebaiknya hal itu perlu untuk dihindari daripada menjadi beban bagi anda, keluarga maupun pihak-pihak yang lain. 

Maka dari sejumlah hasil cerita-cerita diaas, karena menjadi penting bagi anda, saya, dan teman-teman semua agar jangan ragu untuk "SAY BIG No!" Tidak saja dengan ajakan mengenai hal-hal yang bersifat positif, namun tak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang negatif yang mungkin saja akan menguras energi anda, so tetap semangat dan Have a Nice Day untuk anda sekalian, Selamat Paskah juga kepada para pembaca yang merayakan hari paskah ini !.

*)Ronald Anthony

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun