Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #35 - "Growing with Pressure"

23 Januari 2021   09:00 Diperbarui: 23 Januari 2021   09:11 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa depan sangat dekat, dan boleh jadi lebih dekat daripada yang kita pikirkan. Dan bisa jadi selangkah paling dekat apabila kita mengusahakannya.

Makin hari waktu semakin cepat, hampir lima tahun yang lalu, rasanya saya masih sibuk mempersiapkan skripsi, dua tahun yang lalu, mulai mengajar di kampus. Lima tahun lagi, kita pilih presiden yang baru,dan boleh jadi jangan-jangan lima tahun lagi anda dan saya sudah menikah serta punya anak, atau jangan-jangan sudah punya cucu? Wkwkwk.

Lima tahun itu tidak lama. Semua terasa sebentar, saya yang menjalani healthy life saja tak terasa sudah hampir setahun. Kalau anda, apakah sudah bisa membayangkan seperti apa kehidupan kita lima tahun lagi? Masihkah kita memikirkan kehidupan dan huru-hara seperti sekarang? Tentu harapannya semoga kehidupan kita lebih tenang, lebih makmur. Yes? 

Seorang pemain Baseball asal Amerika Serikat Chili Davis, pernah menuliskan sebuah quotes terkenal yang sampai sekarang masih menjadi quotes-quotes untuk menggambarkan soal pertumbuhan yaitu "Growing old is mandatory but growing up is optional". Rasanya hal in tepat untuk menggambarkan situasi perkembangan manusia di era modern. Di tengah derasnya globalisasi dan era industrialisasi 4.0, menjadi tua itu sudah pasti, namun menjadi tua itu tidak berbanding lurus dengan menjadi dewasa, karena dewasa itu adalah sebuah pilihan.

dokumen : pixabay.com
dokumen : pixabay.com

Eh kok aneh, tulisannya jadi bijak? Wkwkwk. Mohon maaf, tapi sebagai orang yang masih dalam taraf millenial saya melihat ada banyak hal yang perlu dibenahi, tak hanya bagi masa depan anda dan saya saja tapi juga untuk anak cucu kita kelak. Hampir 2 minggu ini, saya bertemu beberapa orang, ada yang muda dan juga ada yang tua.  Diantara yang saya temui ada yang masih muda dan benar-benar bijak dalam memandang hidup, namun ada juga yang sudahlah tua namun tak bisa menunjukan kematangan sesuai dengan tingkatan usianya.

Rasanya memang benar yang diajarkan oleh guru sosiologi saya dulu, setiap orang akan terbentuk tergantung dari lingkungannya? Kenapa begitu? Yaps, dalam ilmu sosiologi segala hal yang kita kenal dan persepsikan itu berdasarkan dari lingkungan di sekitar kita. Maka, kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang biasa kita lakukan. Maka selalu dianggap tidak pas dan pada akhirnya menimbulkan pertentangan.

Contoh gampang saja, kita sekarang ini hidup di dunia yang serba modern dan sekarang yang banyak dijumpai media sosial, ketika ada orang luar entah itu teman dan sebagainya yang datang dengan gagasannya dan kemudian menyampaikan sesuatu via story, walaupun mungkin maksudnya baik, akan selalu ada resistensi dari kita atau orang sekitar. Entah cibiran, cemooh dan sebagainya, begitu saja siklusnya terus menerus. Lantas mengapa hal tersebut terjadi? Kalau mau dirunut yaitu disebabkan karena ketidak pas-an tadi yang akhirnya menimbulkan resistensi.

Menyambung soal kedewasaan, kalau menurut anda berapa kriteria orang dianggap sebagai dewasa? 30 tahun, 50 tahun?, 60 tahun?, atau malah 70 tahun?. Berapa-pun yang anda sebut itu, tak ada angka yang pasti, kenapa saya katakan tidak pasti, karena kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari segi usianya. Seorang penulis buku yang namanya vianlugi menuliskan "Kedewasaan tidak bisa dilihat dari segi usia saja, hal ini karena yang menjadi tolak ukur kedewasaan adalah kemampuan untuk memiliki pola pikir yang matang.

Paling gampang lagi, contohnya kalau orang Indonesia ditilang, banyak bapak-bapak mesti dengan marah-marah dan mengelak dulu mau sogok dan sebagainya, kalau disuruh diajak bersih-bersih justru marah-marah dulu dengan alibi ada petugas kebersihan lah dan sebagainya. Belum lagi kalau diajak berbaris tertib dan antri lebih suka dorong-dorongan dan menyerobot antrian. Rasa kesal sudah pasti, dan barang tentu anda bisa membayangkan perasaan yang sudah susah-susah antri malah diserobot lagi. Sudah pasti amarah yang timbul kan!.

Cerita kematangan usia, saya ingat jaman saya menempuh pendidikan Strata 1 di Jogja, pernah ada mata kuliah Bahasa Inggris Hukum, yang barang tentu bukan seperti model les-les an  ya, belajar grammar, vocabulary dan sebagainya. Di mata kuliah ini kita diajarkan problem solving manakala kita bertemu dengan sebuah kasus bisnis atau perjanjian bisnis dalam bahasa inggris. Sejujurnya itu mata kuliah yang paling saya benci, kenapa? kami disuguhi dengan berbagai bacaan dan kami harus pelajari dan baca dengan bahasa inggris yang pas-pasan.

Sebelum masuk ke problem solving, dosen mengajak kita diajak berpikir keras untuk mengasah kemampuan tersebut, mulai dari cara berpikir out of the box hingga dikaitkan dengan kisah filsuf yunani yang banyak mengandung filsafat. Dari sekian banyak bacaan, ada satu bacaan dari seorang filsuf yang saya lupa namanya, namun saya ingat pasti kisahnya. Disitu dituliskan "Bahwa kita ini manusia memang suka bermain dengan bayangan kita sendiri", padahal bayangan itu kan semu. Kita Manusia lebih suka bermain dengan bayangan dibandingkan bermain dengan peran aslinya. 

Jika dikaitkan dengan masa sekarang, rasa-rasa saya kenyataan filsuf itu yang makin lama semakin terbukti di tengah kehidupan modern orang Indonesia. Contoh gampang seperti yang saya sebut dengan "MEDIA SOSIAL". Kita lebih senang melihat foto dan video dibanding aslinya, lebih senang melihat secuil informasi, kalimat dan cerita pendek, daripada melihat segala sesuatunya dari sisi kenyataan.

Contoh gampang saja jaman saya S1, ada mahasiswa yang secara definisi sebenarnya bukanlah mahasiswa yang gemar organisasi beneran. Namun, kerjaanya setiap ada kegiatan adalah berusaha mencari spot foto sekeren mungkin, aktif datang ke acara organisasi, duduk sebagai peserta, tapi sering meng-caption "Panjang Umur Perjuangan" atau kalimat-kalimat lain yang seolah-olah dia itu adalah mahasiswa yang organisasinya kelas berat.

Nah, orang-orang atau adik kelas yang tidak paham dunia ini akan dengan mudah percaya dengan "bayangan semu" yang diciptakan tersebut. Hanya mereka yang kenal dan benar-benar melihat yang tahu kalau segala postingan-nya hanyalah "bayangan." Aslinya dia hanya duduk sebagai penggembira atau peserta

Itu hanya contoh kecil saja bagaimana bayangan diciptakan. Selain itu, ada contoh manakala ketika ada suatu kegiatan yang hype dan berjalan heboh, serta menarik perhatian orang banyak. Lalu ada yang sok ramai-ramai seolah ikut berbuat atas kesuksesan acara itu, padahal dia hanya ikut ramai-ramai saja. Sementara jika melihat di balik layar, banyak yang kemudian bekerja dengan sangat keras di balik layar yang kalau boleh dikatakan jauh lebih berbuat daripada dia yang sok-sok ramai tersebut.

So, pintar-pintarlah anda untuk memilih, dunia media sosial kita sekarang dipenuhi dengan banyaknya postingan-postingan "bayangan" yang beredar di dunia medsos sekarang ini. Membuat kita terpana dan seolah-olah lebih tertarik melihat bayangan ketimbang aslinya. Mau bagaimana pun, dalam menikmati kuliah atau menonton acara konser lebih nyaman menggunakan mata dan telinga kita langsung ketimbang menyaksikan lewat layar laptop atu hape yang kecil. Dan mau bagaimanapun mata adalah bentuk visual terbaik dari pencipta kita, sehingga lebih baik mata kita sendiri yang bergerak dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, daripada melihat rekaman gambar yang bergerak monoton saja.

Menjadi Dewasa adalah pilihan, pengalaman hidup tentu sedikit banyak yang nantinya menentukan karakter hidup anada. Usia boleh saja bertambah tua, tetapi kita nggak akan penah bisa untuk bersikap bijak manakala sebuah masalah datang. Tentu hal ini berbeda dengan orang yang sudah ditempa dengan berbagai masalah dalam jangka waktu yang lama, mereka akan mampu bertindak dewasa dalam hidupnya.

*)Ronald Anthony

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun