Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Apakah Sewa akan Menjadi Tren Masa Depan?

16 Mei 2019   05:30 Diperbarui: 17 Mei 2019   03:36 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sewa adalah hal yang biasa di dunia dan Indonesia. Mulai dari baju, komputer, tv, rumah, dan masih banyak yang lainnya. Sekarang ini malah sewa kendaraan bisa berupa jasa antar seperti Grab dan GoJek yang menggunakan model bisnis ekonomi berbagi (sharing economy). Apakah sewa akan menjadi tren masa depan?

Amerika Serikat

Steven T. Johnson (27 tahun) bekerja di bidang iklan media sosial dan tinggal di Hollywood. Steven boleh dikatakan tidak banyak memiliki barang pribadi (secara nilai).

Menggunakan taksi daring ke tempat kerja, Steven tidak memiliki mobil. Menyewa loker di tempat fitness dan menggunakan fasilitas cuci di sana, karena tidak memiliki mesin cuci.

Steven tidak memiliki apartemen atau rumah, baik secara sewa ataupun beli. Dia menyewa tempat tidur melalui aplikasi Podshare. Di tempat itu semua penyewa berbagi dapur dan kamar mandi.

Steven T. Johnson (NPR.org)
Steven T. Johnson (NPR.org)
Lebih gilanya lagi, Steven bekerja bukan di kantor, tetapi menyewa meja kerja melalui WeWork. Baju yang dimilikinya hanya dua setel ( dua setel baju yang sama persis). Karena sedikit barang yang dimiliki, maka tas punggung ternyata sudah tidak lagi dibutuhkan dan akhirnya dibuang.

Steven mengatakan "Ketika kita tidak lagi memiliki barang maka kamu tidak lagi perlu mengingat-ingat barang apa ditaruh di mana. Kamu tinggal jalan dan bekerja"

Kehidupan di atas mulai menjadi tren di Amerika Serikat (AS). Steven memiliki edukasi tinggi dan menjalankan bisnis sendiri. Dia boleh dikatakan cukup kaya, namun di sisi lain memilih hidup bagai gelandangan.

Kesulitan untuk membeli rumah bagi generasi milenial AS terjadi karena harga rumah yang cukup mahal. Alasan lainnya adalah tingginya hutang biaya pendidikan yang masih harus dibayar.

Skyler Wang seorang peneliti tentang ekonomi berbagi yang sedang menyelesaikan pendidikan S3 di University of California mengatakan meskipun kehidupan minimalis menjadi tren sekarang ini. Minimalis yang memiliki barang lebih sedikit dibanding generasi orangtua mereka.

Di sisi lain para minimalis ini sebenarnya tetap memiliki barang yang banyak. Tetapi barang yang tidak nyata, seperti foto digital, posting di Instagram, dan lainnya. Mereka juga masih membutuhkan sesuatu yang bernilai ekonomi, namun bukan lagi barang tetapi pengalaman.

Rumah

Kebutuhan dasar manusia adalah pangan, sandang dan papan. Artinya sampai saat ini kita masih membutuhkan makanan, baju dan tempat tinggal.

Bagi yang lajang memutuskan untuk menjalankan kehidupan minimalis tanpa memiliki rumah, saya pikir bisa saja dilakukan. Walaupun buat saya kebutuhan tempat tinggal tetap sangat penting, sehingga perlu diusahakan untuk dimiliki.

Karena dalam kehidupan selalu ada risiko kita bangkrut atau mengalami PHK jika bekerja untuk orang lain. Di saat kita tidak memiliki penghasilan tetap, jika kita telah memiliki rumah sendiri maka minimal walaupun tanpa listrik dan air, kita tetap memiliki tempat berteduh dan beristirahat. Apalagi bagi yang berkeluarga dan memiliki anak.

Kebutuhan lainnya

Selain tiga kebutuhan dasar pangan, sandang dan papan. Saya pikir tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan sewa.

Misalnya kendaraan, di masa depan taksi daring akan semakin berkembang. Faktor utama yang akan membuat taksi daring akan semakin berkembang adalah teknologi mobil otonom. Ketika teknologi mobil otonom sudah matang, maka kemungkinan besar model bisnis pabrik mobil akan berubah. Dari menjual mobil menjadi menjual jasa transportasi.

Di era sekarang saja, jika seseorang memiliki mobil sekelas Avansa misalnya. Maka cicilan per bulan yang akan dibayar akan berkisar di angka 4-5 juta rupiah per bulan tergantung jumlah uang muka dan panjangnya masa pinjaman.

Jika kita ambil 3 juta per bulan, maka setiap hari Anda harus membayar 100 ribu rupiah cicilan. Baik Anda gunakan maupun tidak. Akan lebih murah menyewa taksi daring, jika Anda tidak sering menggunakan kendaraan tersebut.

Barang selain kendaraan, jika memang sewa lebih murah dibandingkan nilai ekonomi suatu barang, akan lebih baik sewa dibandingkan beli.

Misalnya harga sebuah laptop adalah 4 juta rupiah, dengan usia pakai diperkirakan 4 tahun. Sedangkan ada perusahaan yang menawarkan sewa 60 ribu per bulan, maka dalam 4 tahun Anda hanya akan menghabiskan biaya Rp 2.880.000,- lebih murah dibanding beli serta keuntungan kalau terjadi kerusakan akan diganti oleh pemilik barang dan juga di akhir masa sewa kita bisa memperbarui laptop yang kita sewa.

Apakah sewa akan menjadi tren masa depan?

Kemungkinan besar bisa terjadi, terutama untuk barang-barang yang bukan kebutuhan dasar manusia. Komputer misalnya, mungkin saja kita akan menyewa komputasi awan sehingga yang dibutuhkan bukan komputer yang canggih, hanya komputer yang bisa mengakses internet dengan lancar.

HP, kenapa tidak? Dengan cukup tingginya tren gonta ganti hp, mungkin saja akan muncul perusahaan yang menyewakan hp.

Sewa adalah tren yang sangat mungkin terjadi di masa depan.

Referensi : NPR.org

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Tulisan ini juga ditayangkan di situs pribadi penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun