Dalam satu minggu terakhir ketika Indonesia sedang berduka dengan terjadinya gempa di Palu dan Donggala. Masyarakat malah dihebohkan oleh kasus Ratna Sarumpaet yang melakukan operasi plastik namun mengaku dianiaya.
Sebuah kebohongan yang dipercaya oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Sandi beserta timnya. Bukan hanya percaya namun juga ikut mengabarkan kebohongan tersebut ke publik.
Ketika polisi membongkar kebohongan tersebut dan membuktikan bahwa Ratna bukan dianiaya melainkan melakukan operasi plastik. Semua minta maaf dan mengatakan sudah tertipu oleh Ratna Sarumpaet.
Bayangkan!
Seorang purnawirawan jendral, pengusaha besar, wakil ketua DPR yang terhormat, ketua pemuda sebuah organisasi besar, orang yang ikut menjatuhkan rezim Soeharto dan anaknya yang dokter serta lainnya bisa tertipu oleh hoax.
Bagaimana dengan orang biasa atau rakyat biasa yang sumber datanya lebih terbatas?
Hoax di Luar Negeri
Mengingat internet dan media sosial bukan ditemukan di Indonesia. Tentu saja fenomena hoax bukanlah dimulai di Indonesia. Suatu hal yang menarik ketika pernah ditemukan hoax yang sudah terjadi di luar negeri beberapa waktu lewat, bisa masuk ke Indonesia dan dipercaya sebagai kebenaran.
Amerika Serikat (AS) sebagai negara maju juga tidak terbebas dari fenomena hoax. Bahkan dijadikan sebagai bisnis bagi sebagian orang.
Veles sebuah kota yang berada di Macedonia mendapat reputasi yang kurang bagus dan dikatakan sebagai pusat industri hoax untuk konsumsi AS.