Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Daya Beli Masyarakat Benar Turun?

29 Juli 2017   09:16 Diperbarui: 7 Agustus 2017   04:43 5506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (tribunnews.com)

Arti daya beli menurut Kamusbesar.com adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yg dikehendaki atau diperlukan. Menurut pendapat saya daya beli adalah adanya uang untuk membeli barang jika memang mau membeli. Penekanan pada kata mau membeli.

Banyak sekali berita yang menyebutkan bahwa karena daya beli menurun maka penjualan ritel di ritel modern menurun. Apakah tepat?

Dok Pribadi (sumber data Bank Indonesia)
Dok Pribadi (sumber data Bank Indonesia)
Dilihat dari tabel di atas, dana pihak ketiga rumah tangga di perbankan pada bulan Mei 2017 secara total naik  9,259% jika dibandingkan dengan Mei 2016.  Dari sumber yang sama jumlah rekening rumah tangga Mei 2017 adalah 211 juta rekening bertambah 23 juta dibandingkan dengan Mei 2016.  Hal ini menurut saya berarti sebenarnya masyarakat memiliki uang untuk berbelanja namun mungkin tidak mau berbelanja.

Beberapa hal yang menurut saya mempengaruhi,

  • Masih panasnya suhu politik sejak Pilkada DKI 2017, hal ini menyebabkan penundaan pembelian barang tahan lama (durable goods) seperti kendaraan bermotor
  • Penyesuaian terhadap sistem pajak yang baru. Sebagai contoh, setiap kali membeli properti, kita wajib memberikan NPWP sehingga data pembelian itu akan langsung dideteksi oleh Ditjen pajak. Butuh waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan sistem perpajakan sekarang.

Kesimpulannya bukan daya beli menurun tetapi ada perubahan pola belanja masyarakat. Tadinya habis-habisan belanja sekarang lebih memilih untuk menyimpan uangnya di Bank. Sangat dekatnya Lebaran dengan tahun ajaran baru juga menjadi penyebab mengapa penjualan ritel menurun di masa puasa dan lebaran  dibanding dengan tahun lalu.

Kemungkinan perubahan pola belanja dari offline pindah ke online juga bisa terjadi, sayangnya saya tidak memiliki data tentang penjualan online sehingga tidak bisa memastikan. Namun pendapat seorang teman yang bekerja di Standard Chartered Bank  juga menarik,  menurutnya dengan perpanjangan libur Lebaran 2017 maka terjadi perpindahan tempat belanja yang tadinya di kota-kota besar ke kampung yang kemungkinan besar tidak memiliki ritel modern, sehingga tidak tercatat.

Adanya berita beberapa waktu yang lalu menyebutkan bahwa banyak masyarakat mengurangi belanja ke hipermarket dan supermarket. Pindah belanja ke minimarket sebagai bukti turunnya daya beli. Bagi saya pribadi yang juga melakukan hal yang sama (belanja ke minimarket) adalah karena harga yang ditawarkan hampir sama. Bahkan beberapa kali saya perhatikan harga minyak goreng yang sedang promosi lebih murah di minimarket dibandingkan dengan hipermarket maupun supermarket.

Jadi untuk apa belanja ke hipermarket di tengah kemacetan Jakarta dan terkadang sulit mencari parkir?

Namun untuk barang-barang yang tidak tersedia di minimarket tetap saya berjuang dan belanja ke supermarket.

Penurunan daya beli di masyarakat menengah bawah bisa saja betul terjadi. Perubahan pola belanja terutama penundaan pembelian barang tahan lama, bisa berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat menengah bawah. Untuk itu saya ingin menghimbau pemerintah agar berhati-hati terhadap rencana untuk menurunkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Pengaruhnya akan sangat besar terhadap daya beli karyawan yang masih menerima UMP dan yang penghasilannya hanya sedikit di atas UMP.

Akhir kata, menurut saya penggunaan perkataan " daya beli yang turun" perlu dilihat lagi. Apakah sudah tepat?

Referensi BI 1, BI 2

Salam

Hanya sekadar berbagi

Tulisan ini juga tayang di Ngawursiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun