Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malas Jalan Kaki dan Ngawurnya Angkutan Umum di Jakarta

16 Juli 2017   08:36 Diperbarui: 18 Juli 2017   00:16 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas.com)

Para peneliti Universitas Stanford menggunakan data menit per menit dari 700.000 orang yang menggunakan Argus, aplikasi pemantau aktivitas, pada telepon seluler mereka. Hasilnya, warga Hong Kong menempati urutan teratas dalam daftar penduduk paling rajin berjalan kaki. Rata-rata penduduk Hong Kong berjalan kaki sebanyak 6.880 langkah setiap hari.

Adapun penduduk paling malas berjalan kaki di dunia adalah orang Indonesia yang berada pada posisi terbuncit dengan mencatat 3.513 langkah per hari. Kompas.com

Fenomena ini menurut pendapat saya, berpengaruh terhadap kedisipilinan angkutan umum di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Saya  sering melihat banyaknya calon penumpang yang menunggu kendaraan umum di depan sebuah jalan, padahal halte hanya berkisar 50 meter dari tempat itu. Karena banyaknya calon penumpang, angkutan umum saya perhatikan seringkali ngetem di tempat itu. Akhirnya macetlah jadinya. Halte yang sudah disediakan malah sepi dan seringkali fungsinya berubah menjadi warung.

Memang seperti telur dan ayam, Apakah tidak disiplinnya atau ngawurnya angkutan umum disebabkan oleh penumpang atau sebaliknya? Penumpang akan berkata " yah mumpung angkotnya mau berhenti dimana saja. Ngapain capek jalan kaki?" Sedangkan pengemudi angkutan umum akan berkilah" Kalau kita tak mengikuti kemauan penumpang, habislah kita. Apalagi sekarang saingan bertambah berat dengan munculnya transportasi online"

Saya pernah membaca bahwa Transjakarta menggunakan bus yang berlantai tinggi adalah untuk mencegah orang meminta kepada supir untuk berhenti di tempat yang bukan halte. Hal ini saya lihat berhasil, dengan tingginya lantai bus semua orang mau tidak mau berhenti di halte. Apakah sudah menjadi kebiasaan? Masih harus diuji lebih lanjut.

Pengalaman saya sendiri dalam menggunakan angkutan umum, memang sangat mudah untuk meminta supir berhenti di tempat yang kita mau. Malah pernah di luar kota, saya penumpang terakhir dan ditawari untuk diantarkan ke stasiun kereta (tujuan akhir saya) dengan tambahan biaya tertentu, padahal bukan rute angkot yang saya naiki.

Lingkungan dan aturan yang tegas akan bisa berpengaruh terhadap sikap seseorang. Pernah saya baca di Singapura, banyak pengemudi bus adalah warna negara Tiongkok. Di Singapura dengan aturan yang tegas mereka bisa disiplin di jalan raya. Tetapi begitu kembali ke negaranya, tingkat disiplinnya langsung berkurang jauh.

Di Indonesia disiplin mengikuti aturan memang masih kurang. Bukan hanya pengemudi angkutan umum, motor, mobil bahkan pengemudi mobil mewah juga tidak disiplin. Masuk jalur busway, menyerobot antrian, melawan arah dan masih banyak lagi contoh yang bisa mencerminkan ketidakdisiplinan pengemudi.

Disiplin harus dilatih dan diterapkan setiap hari. Tanpa latihan dan penerapan disiplin akan luntur. Lingkungan juga berpengaruh dalam menanamkan disiplin. Memaksa diri untuk disiplin adalah kunci untuk menjadi orang disiplin.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun