Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Penghasilan: Pajak dan Korupsi

15 Maret 2017   15:30 Diperbarui: 16 Maret 2017   00:00 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jika penghasilan Anda dipotong untuk Pajak, apakah Anda akan bayar pajak karena ingin negara maju.. atau menghindari pajak karena takut dikorupsi..”

Pernahkah terpikir bahwa di satu sisi kita ingin pembangunan nasional maju, di sisi lain kita enggan bayar pajak karena khawatir uang kita dikorupsi pejabat..? Apalagi Anda wajib pajak yang harus membayar ratusan bahkan mungkin milyaran rupiah untuk pajak, relakah Anda membayar pajak?

Kondisi ini diperparah pengemplang pajak yang tidak mau bayar pajak dengan motivasi tamak, lalu menjadikan korupsi sebagai alasan.

Hubungan pemerintah, DPR dan masyarakat dalam urusan pajak adalah manifestasi segitiga setan. Lihat artikel saya dengan judul “Segitiga Setan Demokrasi.

Sebut saja contoh kasus seperti e-KTP dan Hambalang yang didalamnya ada nama-nama pihak pemerintah (menteri) dan DPR sebagai pelaku korupsi. Mereka semua menggunakan uang negara yang sama artinya dengan uang masyarakat. Tindak pidana korupsi tidak jauh-jauh dari kegiatan suap-menyuap yang uangnya berasal dari berbagai sumber, tapi ujungnya tetap merugikan negara secara finansial.

Setiap tahun KPK menemukan kasus tindak pidana korupsi. Di saat yang bersamaan, Presiden kita sekarang sedang bekerja keras mencari investor demi membiayai pembangunan infrastruktur negara kita. Melalui Menteri Keuangan ibu Sri Mulyani, pemerintah juga sedang berusaha meningkatkan pendapatan negara melalui program amnesti pajak, tujuannya sama: menggunakan uang itu untuk pembangunan.

Apa yang harus kita lakukan jika tahu uang kita melalui pajak masih rentan dikorupsi?

Korupsi adalah perbuatan dosa, begitu juga dengan mengemplang pajak. Ini adalah dilema para wajib pajak.

Kita harus berdamai dengan diri kita sendiri terlebih dahulu. Agar kita bisa menjernihkan emosi dan bertindak dengan bijak. Apa yang dibuat manusia dapat dihancurkan juga oleh tangan manusia. Bagaimanapun peraturan dibuat, tetap akan ada yang berusaha melanggar peraturan tersebut.

Sebagian besar manusia Indonesia tidak menginginkan korupsi terjadi. Tapi kita pun harus menyadari bahwa jika kita tidak membayar pajak, maka hancurnya bangsa ini adalah karena dosa kita juga.

Mari kita nilai dengan sungguh-sungguh kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Selama mereka bisa menunjukkan hal-hal yang logis, nyata dan bermanfaat, kita pun bisa berlapang dada memberikan sebagian dari penghasilan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun