Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Pertanyaan Penting untuk Hannah (Bagian 1)

10 April 2017   02:59 Diperbarui: 10 April 2017   11:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 1 (dari 2 bagian)

Aku bisa! Pasti dapet hari ini. Ugh, dasar! Gimana mau dapet berita.. mau pergi kemana aja aku ga tau !?! Jangan sampe dimarahin bu Linda lagi.. harus dapet berita.. berita.. berita..... yess!!

Orang-orang berlalu-lalang di kantor redaksi majalah Indonesian Urban. Dari lantai 7 terlihat jalanan ibukota tidak kalah sibuk. Macet dimana-mana, manusia seperti kerajaan semut yang sedang menguasai lautan gula. Seolah tidak ada hari esok, mereka semua terlihat tergesa sekali.

Siang itu Hannah dipanggil menghadap pemimpin redaksi, atasannya. Hannah berjalan sedikit cepat sementara lagu Wannabe dari Spice Girl masih terdengar dari headphone Hannah. Rambutnya dikepang dua seperti anak sekolah tanpa makeup yang berarti. Teman-temannya menjuluki Hannah dengan sebutan cueQueen (baca: cuek queen).

Kamu sudah hampir setahun kerja di sini, Hannah. Tapi kamu belum pernah liput berita-berita besar.” Ibu Linda memulai pembicaraan di dalam kantornya yang terlihat sangat elegan. Ibu Linda orang yang ramah tapi terkenal tegas luar biasa, karena itu ia disegani tidak hanya di lingkungan Indonesian Urban tapi ia dikenal baik oleh para selebriti dan public figure.

Hari ini saya pasti dapat sesuatu, bu Lin.” jawab Hannah singkat.

Saya kasih waktu satu minggu. Kalau kamu belum dapat berita bagus juga, mungkin saya harus kasih kamu peringatan ke-3 dan itu yang terakhir. Setuju?

Ok..

Ok..?! Seharunya aku bilang ngga setuju. Tapi biar aku buktikan kalau aku mampu! Huh..!

Hannah segera meninggalkan ruangan ibu Linda lalu mengajak pergi Brandon, cameraman rekan Hannah yang selalu mendampinginya bekerja.

Mereka berdua pergi mengitari Senayan......... hampir tiga kali lamanya. Tiba-tiba Brandon mendapatkan ide. Ia mengajak Hannah pergi meliput kelompok ibu-ibu yang berusaha memecahkan rekor membuat roti buaya terpanjang di dunia di sekitar Pulo Asem.

Tayangannya paling cuma 2-3 menit trus dilupain penonton. Aku perlu berita besar, Brand..

Sudah 7 ide Brandon yang ditolak Hannah mentah-mentah. Ya, tidak mudah menjadi berita yang bisa jadi heboh. Hannah sudah dua kali diperingatkan ibu Linda, tapi ia tidak mau mengundurkan diri dari IU. Tidak sekarang! Hannah berjuang terlalu keras untuk bekerja di IU dan ia baru bekerja di situ selama 10 bulan.

Brandon sedang memesan minuman dingin dan Hannah sibuk mengotak-atik gadget-nya di pinggir jalan. Brandon terlihat membeli dua bungkus cemilan juga dari mini market. Belum sempat Brandon meneguk minumannya, Hannah langsung bersiap sambil sedikit berteriak “Kita jalan sekarang, Brand!”.

..???.. kita istirahat bentar dong Hani (baca: honey) ku, kayaknya kita baru muter-muter Semanggi 10 kali deh.

Pesawatnya landing 35 menit lagi.. Ayoo..!” Hannah mendesak. Brandon yang sudah mengenal watak rekannya itu hanya tersenyum sambil mengatakan “Oke deh.. apa sih yang ngga buat Hannah ku..

Di tengah perjalanan Hannah memberi tahu Brandon kalau ada seorang pengusaha Indonesia yang baru diangkat jadi wakil PBB untuk misi perdamaian di Mogadishu, Afrika. Namanya pak Simon. Ia baru pulang dari Afrika untuk menggalang donasi yang dibutuhkan masyarakat di sana dan pesawatnya landing jam 2 siang ini.

Simon Darmawan kurang disukai wartawan karena terkenal pelit informasi. Namanya sudah cukup populer tapi ia jarang terlihat berbicara di media. Jika sedang ditanyai wartawan, pak Simon sering menjawab hanya dengan senyuman atau dengan frase “Tidak ada komentar”, juga sambil tersenyum.

Rupanya sudah banyak reporter yang menunggu kedatangan pak Simon. Sekitar dua jam yang lalu ia diinformasikan akan tiba di bandara Soekarno-Hatta tepat pukul 2 siang. Tapi benar saja, setibanya di depan para awak media, pak Simon hanya melambaikan tangan dan tersenyum. Ia hanya mengatakan bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan para pengusaha donatur di hotel Hilton besok pagi.

Pak Simon yang dikelilingi petugas keamanan pribadinya berjalan cepat menuju dua buah mobil minibus yang telah disediakan. Para awak media sudah memahami karakter pak Simon, mereka pun tidak ada lagi yang berusaha mengejar keterangan lebih lanjut. Hanya Hannah yang masih penasaran karena tidak tahu sifat pak Simon yang ‘pelit informasi’ itu.

Hannah berlari mengejar pak Simon. Di belakang Hannah ada Brandon yang tergopoh-gopoh mengejar Hannah. “Sebentar pak, saya Hannah dari majalah Indonesian Urban. Boleh-tanya-tanya sedikit lagi pak?”. Brandon sudah siap merekam dengan kameranya. Pak Simon terlihat sedikit mengerenyitkan alisnya lalu tersenyum ramah kepada Hannah.

Kalau Anda bisa memberikan satu saja pertanyaan yang paling penting, saya bersedia melakukan wawancara eksklusif.

Eek.. eksklusif? Ini saatnya. Ini berita yang ditunggu-tunggu, bu Linda pasti bangga dan aku bisa dipromosikan. Aku bisa.. bisa.. bisa!................eh, pertanyaan paling penting ya.... ?!?

Apa Anda punya pertanyaan paling penting untuk saya, nona?” pak Simon kembali bertanya.

Ya.. Mmm.. pertanyaan.. eh.. ee.. Ya! Saya punya pertanyaan untuk bapak.” Tangan Hannah berkeringat dan tampaknya ia lupa merapihkan rambutnya setelah berlari-lari tadi.

Silahkan..

................. Bersambung ke bagian 2 (tamat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun