Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan: Akar Tak Berubah, Tapi Berbuah

19 Februari 2017   03:33 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:28 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah ide untuk dunia Pendidikan dan ditujukan kepada pemerintah melalui kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Makna dari ungkapan ‘Akar tak berubah, tapi berbuah’ adalah bahwa dalam dunia Pendidikan, dasar-dasar dari materi ilmu pengetahuan tidaklah berubah dan sudah digunakan berabad-abad lamanya. Dari dasar-dasar inilah kemudian berkembang banyak hal karena manusia dari segala jaman memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya, itulah buahnya.

Materi Sejarah memiliki ceritanya sendiri yang diakui semua bangsa dan dilengkapi dengan bukti-bukti sejarah yang paling akurat. Matematika memiliki perhitungan yang tidak terbantahkan melalui rumus-rumus yang sangat akurat dan manusia sangat bergantung padanya. Begitu juga dengan Fisika, Biologi dan Kimia yang untuk mendalaminya, manusia tetap harus mempelajari ilmu dasar pengetahuan tersebut sebelum menggunakan dan mengembangkan segala sesuatunya. Demikian juga dengan ilmu pengetahuan yang lain.

Latar Belakang

Dapat kita perhatikan bahwa buku-buku pelajaran di Indonesia  selalu marak diproduksi dengan berbagai variasi. Hal ini kemudian kerap memunculkan persaingan bisnis diantara pihak produsen swasta. Harga buku pelajaran yang beragam dan cenderung mahal membuat batas-batas tertentu bagi masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan. Telah banyak kita temui masyarakat yang tidak mendapatkan ilmu pengetahuan yang layak dengan alasan kemampuan ekonomi yang rendah.

Persaingan komersil buku-buku pelajaran ini juga sempat dan mungkin masih memicu para pendidik dan lembaganya untuk turut serta mengusahakan penghasilan dari penjualan buku kepada murid-muridnya. Kegiatan bisnis pendidik dan lembaganya menjadi halangan proses misi pendidikan karena harga satu buku tidak selamanya sesuai dengan kemampuan ekonomi orang-tua murid. Perhatikan juga bahwa buku yang diproduksi, murah atau mahal, sangat belum tentu bermutu.

Biaya produksi buku-buku pelajaran tidaklah sedikit, sama halnya dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli buku-buku tersebut. Sudah berapa yang dihabiskan hanya untuk mencetak materi pelajaran yang sama dari masa ke masa? Belum lagi permasalahan mengenai pengadaan buku-buku pelajaran di daerah terpencil.

Dasar-dasar ilmu pengetahuan tidak berubah. Yang berubah adalah metode belajar-mengajar! Kondisi ini berlaku di dalam dunia Pendidikan tingkat TK sampai SMA. Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dasar-dasar ilmu pengetahuan yang mereka dalami tetap juga, tidak berubah. Namun ada kalanya perguruan tinggi menemukan hal-hal yang baru yang belum pernah diketahui sebelumnya melalui riset ataupun penelitian; mereka juga terkadang membuat hal-hal yang baru, membuat inovasi-inovasi materi baru.

Pendidik di sekolah hanya harus mengajarkan materi-materi dasar yang sama di kelas, namun dengan metode mengajar yang dinamis. Alasan mengapa metode mengajar harus dinamis juga sangat sederhana: Karena murid-murid memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan yang dimaksud mencakup karakteristik, kepribadian, tingkat pemahaman, IQ dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini didapatkan dari perbedaan kultur, latar belakang keluarga, lingkungan, agama, suku dan sebagainya. Dinamika metode belajar-mengajar juga ditentukan perubahan jaman.

Yang diinginkan adalah:

  1. Memastikan semua peserta didik (murid) mendapatkan buku pelajaran tanpa halangan apapun.
  2. Memastikan semua peserta didik (murid) mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar (dan tanpa perbedaan-perbedaan pendapat para penulis buku yang dapat membuat kebingungan dalam lingkungan Pendidikan serta tanpa kesalahan-kesalahan teknis maupun pemahaman yang dilakukan para penulis buku).
  3. Memastikan semua pendidik/tenaga pendidik (guru) mengajarkan apa yang semestinya diajarkan.
  4. Memastikan semua pendidik/tenaga pendidik (guru) untuk lebih menggali kemampuan mencari, membuat atau menggunakan metode-metode mengajar yang tepat ketimbang mengeneralisasi satu gaya mengajar untuk satu materi pengajaran yang sama kepada semua murid-muridnya.
  5. Memastikan semua pihak dalam dunia Pendidikan menghadapi segala perkembangan dengan dasar yang kuat.
  6. Memastikan peserta didik (murid) siap menghadapi soal-soal termasuk materi UN. Memastikan pendidik/tenaga pendidik (guru) tahu apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan murid-muridnya menghadapi soal-soal termasuk materi UN (bukan malah berusaha menolak Ujian Nasional).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun