Mohon tunggu...
Romy Roys
Romy Roys Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Muhammadiyah 2 Depok

Demi menghemat kertas, maka ku pilih kompasiana untuk mencurahkan isi pikiran dan hatiku...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seberapa Hebat Nanti Anakku???

8 April 2013   14:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:31 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus dijaga, disayang, dididik, dan diajari menjadi manusia hebat. "HEBAT" kata ini begitu asyik didengar dan memang terdengar spektakuler. Namun, bagaimana cara menjadikan anak hebat seperti kata hebat itu sendiri? Orang tua yang seperti apa, yang bisa membuat anaknya hebat? Apakah semua orang tua bisa, atau hanya orang tua tertentu saja?

Berbagai pertanyaan tentu muncul berkecamuk dipikiran kita. Ahh, mana mungkin saya bisa menjadikan anak saya hebat sedangkan saya sendiri bukan orang hebat. Apakah ini yang muncul dibenak orang tua? ataukah, Aku bisa membuat anakku hebat. Kusuruh saja anakku belajar terus, kubuatkan jadwal kegiatan, kuleskan berbagai mata pelajaran, dan kuleskan berbagai kegiatan musik, drama, dll. Apakah ini yang muncul dibenak orang tua?

Hanya orang tua hebatlah yang bisa membantu anak menjadi hebat. Tapi, bagaimana menjadi orang tua hebat itu? Apa kriteria orang tua hebat itu? Sebelum menjawab dua pertanyaan itu, sebaiknya kita berpikir terlebih dahulu, mau dijadikan sehebat apa anak kita. Minimal seperti apa. Ahhh tambah bingung euiii..

Ada orang tua yang ingin anaknya menjadi juara matematika. Kalau ini sih gampang, les kan saja matematika dan terus dilatih, saya yakin anak ini akan jago matematika. Ada orang yang ingin anaknya menjadi juara IT. Sediakan saja perlengkapan IT di rumah, undang gulu les privat. Saya pun yakin, anak ini langsung bisa jadi juara. Apakah hebat semacam ini yang dicari?? Semua tergantung keinginan dan cita-cita orang tua.

Tidak semua orang tua bercita-cita anaknya mencapai kehebatan duniawi, seperti contoh di atas. Apalagi di zaman sekarang dimana banyak remaja bahkan anak-anak berperilaku menyimpang, membuat orang tua berpikir dalam, agar anak-anaknya bisa menjadi hebat. Hebat dalam hal ibadah, perilaku, sikap, dan lain-lain yang berhubungan dengan budi pekerti. Naahhh....kalau hebat yang ini, gimana ya caranya. Apakah guru les bisa menjadikan mereka hebat???? hi hi hi hi....kalau ada, sini bawa ke saya.. saya mau kok bayar mahal asal anak saya jadi hebat ibadah, perilaku, sikap, berbudi pekerti luhur.

Teman, memang penuh tantangan membimbing akhlak anak. Lebih mudah menjadikan anak hebat matematika, hebat IPA, hebat bahasa Inggris, hebat menyanyi, atau kehebatan duniawi. Membimbing akhlak anak agar menjadi anak solih dan soliha dibutuhkan waktu panjang, berliku, dan pengkondisian yang sangat lama serta dari mereka ketika berusia dini. Jika sudah remaja, orang tua baru berpikir membimbing akhlak anak, memang agak terlambat...dan sangat luar biasa tentu usaha orang tua membimbing anak yang sebelumnya tidak pernah atau jarang mendapat contoh perilaku-perilaku baik.

Yuuppssss....inilah hebat sesungguhnya. Orang tua, bisakah menjadikan anak hebat ibadah, akhlak, dan berbudi pekerti luhur jika orang tuanya tidak demikian??? Bisa saja jika ada keajaiban. Tapi bilamana keajaiban itu datang, jika tanpa usaha yang konsisten dan terus menerus. Jika orang tua ingin anaknya berkhlak mulia, maka orang tua pun harus berkhlak mulia. Jika orang tua ingin anaknya sopan santun, maka orang tua pun harus sopan santun. Jika orang tua ingin anaknya berbudi pekerti luhur, maka orang tuanya harus demikian. Tak mungkin ada anak berkhlakul karimah jika orang tuanya jauh dari akhlak mulia..

bersambung.... (sudah ditungguin Mas Kanwa, anak Mama Mia yang solih....) Ayo Mam...kapan selesai nulisnya....ha ha ha ha.....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun