Mohon tunggu...
Romi Novriadi
Romi Novriadi Mohon Tunggu... -

Sehari-hari bekerja di Balai Budidaya Laut Batam, Menamatkan pendidikan Master di bidang Akuakultur dari Universiteit Gent - Belgia. Berupaya untuk terus terlibat aktif dalam mewujudkan peningkatan produksi perikanan budidaya di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pentingnya Teknologi untuk Pembangunan Perikanan

30 Mei 2013   01:18 Diperbarui: 4 April 2017   17:57 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13698643382102763176

[caption id="attachment_264406" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber: http://defishery.files.wordpress.com"][/caption] Secara global, insan budidaya perikanan cukup bisa berbangga hati dengan adanya peningkatan produksi yang cukup signifikan. Hal ini mengimbangi trend penurunan jumlah produksi hasil tangkapan laut akibat dampak dari over eksploitasi sumber daya ikan. Pada tahun 2010, berdasarkan laporan FAO, jumlah tangkapan ikan dunia berkisar 88,6 juta ton, jumlah ini mengalami penurunan sekitar 1,4 juta ton jika dibandingkan dengan tahun 2006. Sementara produksi budidaya perikanan di tahun 2010 meningkat hingga mencapai 60 ton dan memiliki peningkatan produksi tahunan sekitar 7,5 persen jika dibandingkan dengan 55,7 juta ton hasil produksi di tahun 2009. Kemudian yang menggoda kita untuk bertanya adalah apakah cukup dengan mengandalkan sistem teknologi yang ada saat ini untuk melanjutkan produksi budidaya perikanan? Dan apakah dengan adanya peningkatan sekitar 7 persen setiap tahunnya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (nutrisi) ikan terutama di Indonesia?. Ini menjadi menarik karena berdasarkan fakta yang ada, dengan teknologi yang dikuasai saat ini saja, jumlah produksi perikanan selalu meningkat. Ditengah euforia produksi budidaya ikan yang meningkat, tanpa disadari beberapa dampak negatif dari kegiatan budidaya mulai bermunculan. Dan umumnya didominasi oleh dampak penggunaan pakan yang berlebihan, eksploitasi lahan untuk perluasan tambak tanpa disertai dengan kajian lingkungan secara komprehensif, hingga meningkatnya akumulasi residu obat (antibiotika) dan hormon dalam tubuh ikan. Namun kendala yang dihadapi budidaya juga berasal dari kegiatan industri dan pertambangan yang tidak ramah lingkungan sehingga mengganggu kualitas air perairan dan persepsi negatif masyarakat tentang produk budidaya yang dapat mempengaruhi genetik seseorang dengan isu Genetic modified organisms (GMOs) yang banyak diaplikasikan di beberapa spesies ikan budidaya, seperti ikan nila. Semua dampak dan ancaman ini membutuhkan sebuah solusi yang terintegrasi dengan peningkatan hasil produksi, dan itu hanya bisa dilakukan dengan penguasaan dan penerapan teknologi budidaya.

Berkaitan dengan teknologi, mungkin kita dapat belajar dari sebuah negara di Eropa dengan luas hampir sama dengan provinsi Jawa Barat : Belgia. Negara yang memegang rekor dunia tanpa pemerintahan ini berhasil memegang peranan penting dalam memajukan budidaya karena perhatian besar dari pemerintah untuk pengembangan Artemia, yang merupakan pakan hidup penting untuk kelangsungan hidup larva ikan dan udang. Ekspansi produk komersil Artemia hasil pengembangan teknologi di Belgia ini sudah merambah ke semua benua dan kita (Indonesia) termasuk negara dengan permintaan impor terbesar. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah: Kok bisa?. Secara teori Artemia hanya hidup di lingkungan dengan salinitas tinggi atau di lingkungan tanpa ada predator sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan tersebut. Sumber alami Artemia ini pun salah satunya berada di Great Salt Lake, Utah, USA dan Belgia tidak punya lingkungan yang mendukung untuk pengembangan Artemia secara massal. Namun semua ini bukan menjadi alasan untuk tidak berperan aktif dalam pengembangan komoditas ini dan akhirnya terbukti bahwa dengan ketekunan yang tinggi, negara kecil ini berhasil menjadi pusat pengembangan komoditas Artemia.

Sangat miris jika kita bandingkan hal ini dengan realita yang ada di negeri tercinta. Kita dianugerahi sumber daya alam namun sangat sedikit dari kita yang berpikir untuk mengoptimalkan sumber daya tersebut menjadi sumberdaya yang dapat bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak. Dan ini diperparah dengan sistem birokrasi yang pada akhirnya mengendurkan semangat pengembangan teknologi. Hal-hal seperti ini harus segera diantisipasi kalau kita tidak ingin jumlah produksi perikanan budidaya semakin berkurang dan tertinggal dari negara lain.

Beberapa teknologi budidaya perikanan saat ini yang sedang digandrungi adalah Sistem resirkulasi (Recirculation Aquaculture System) dan pengendalian mikroba dalam usaha pencegahan penyakit ikan. Kedua sistem ini sudah sangat umum kita dengar, namun kalau mau jujur, sudah sampai mana tahapan yang kita lalui? Apakah sebagai sumber informasi atau hanya sebagai pengguna. Kita patut berbangga bahwa kita memiliki beberapa pakar yang mendalami kedua bidang ini, namun dukungan yang tidak optimal membuat pengembangan teknologi ini terkesan berjalan di tempat, dan akhirnya, kembali kita hanya puas sebagai pengguna.

Teknologi sistem resirkulasi sangat penting untuk terus dikembangkan dan diaplikasikan, mengingat kondisi kualitas perairan kita yang semakin terdegradasi. Seperti yang kita lihat di Kepulauan Riau, aktivitas industri dan pertambangan yang sudah melewati daya dukung lingkungan mengakibatkan banyaknya kematian ikan di beberapa sentra produksi budidaya. Beberapa daerah sudah menginstall teknologi ini, namun perlu dilakukan sistem pelatihan secara berkala dan riset yang lebih mengarah kepada optimalisasi kualitas air yang dihasilkan dan efisiensi nilai ekonomi untuk aplikasi teknologi ini.

Untuk pengendalian mikroba dalam lingkungan budidaya, pemahaman komunikasi antar bakteri (Quorum sensing) menjadi dasar untuk produksi beberapa bahan alami yang dapat menghambat komunikasi bakteri ini, yang biasa disebut dengan quorum quenching. Beberapa bahan alami seperti : Halogenated furanones yang diekstrak dari makro alga D.pulchra atau bahan alami seperti Cinnamaldehyde. Kedua bahan ini memiliki kemampuan untuk menghambat komunikasi antar bakteri. Teknologi ini dapat diterapkan untuk mengurangi pemggunaan antibiotika dalam sistem budidaya kita, karna seperti yang kita ketahui bersama bahwa penggunaan massal antibiotika yang tidak bertanggungjawab dapat mengakibatkan resistensi pada bakteri yang pada akhirnya tidakan pengobatan menjadi tidak efektif.

Teknologi lain yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pengendalian mikroba adalah aplikasi Poly-β-hydroxy butirate (PHB) yang dapat mengendalikan akumulasi jumlah bakteri di lingkungan budidaya. Poly-β-hydroxy butirate (PHB) yang saat ini sangat diharapkan untuk menjadi solusi pengendalian mikroba juga sedang dikembangkan oleh sebuah perusahaan komersil, yang sangat disayangkan bukan berada di Indonesia. Beberapa teknologi pencegahan juga dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan penerapan probiotik dan immunostimulan. Dua tindakan prophylaxis terakhir ini bukanlah hal aneh lagi bagi pembudidaya dalam penerapan. Namun, pengembangan teknologi yang tepat untuk komoditas yang dikembangkan masih sangat diharapkan sehingga tidak terkesan seperti tumpang tindih aplikasi sebuah produk untuk banyak komoditas dan sistem budidaya.

beberapa teknologi yang dikemukakan diatas merupakan bagian kecil dari pengembangan teknologi budidaya perikanan dan sangat disayangkan untuk sebahagian besar kita masih tertinggal. Hal ini terasa sangat kontradiktif dengan tersedianya pusat pendidikan dan riset perikanan budidaya baik milik pemerintah ataupun swasta. Kuncinya adalah perhatian dan dukungan dari pemerintah terutama untuk dana pengembangan riset dan teknologi. Kita dapat membayangkan kalau Indonesia menjadi satu dari pemain kunci dalam riset budidaya tentu hal ini akan berdampak positif terhadap peningkatan produksi. Angka statistik yang dikemukakan di awal tulisan memberikan gambaran betapa jika pengembangan sektor perikanan budidaya ini dilakukan secara komprehensif tentu akan berdampak kepada peningkatan devisa negara dan peningkatan penyerapan angka tenaga kerja.

Sektor perikanan di Indonesia ibarat bidadari yang sedang tertidur dan menunggu sentuhan teknologi untuk membangunkannya. Penguasaan teknologi dari hilir hingga ke hulu harus dapat dimantapkan terutama tentang kepastian ketersediaan benih ikan untuk budidaya yang sehat dan berkelanjutan. Saat ini, Kita patut berbangga hati bahwa revolusi udang windu di wilayah pantura sudah mulai menuai kesuksesan berkat pengembangan teknologi “ double screening “ dalam perbesaran udang. Tekonologi yang telah ada saat ini harus terus ditingkatkan untuk dapat mengoptimalkan keuntungan dari pengembangan teknologi tersebut.

Kita sebagai bangsa maritim tentu akan merasa terpanggil dengan situasi saat ini dimana jumlah produksi perikanan budidaya kita berada dibawah jumlah produksi yang dihasilkan oleh Vietnam. Sementara jumlah potensi lahan untuk pengembangan budidaya perikanan yang dimiliki Indonesia (±26.606.000 ha) 26 kali lebih besar dibandingkan Vietnam (902.229 hectares). Hal ini menjadi bukti lain bahwa konsistensi dalam penerapan teknologi dapat mendorong optimalisasi penggunaan lahan untuk peningkatan jumlah produksi. Vietnam saat ini memiliki 3 pusat riset perikanan yang fokus terhadap pengembangan perikanan air tawar, payau dan laut.

Kita harus bangkit dengan potensi yang kita miliki. Diseminasi dan informasi teknologi terkini harus terus dikomunikasikan dengan masyarakat. Dukungan riset baik dengan melakukan kerjasama bilateral, regional, ataupun dukungan terhadap pengiriman anak bangsa utnuk belajar ke luar negeri juga harus ditingkatkan. Kita sangat berharap bahwa sentuhan teknologi yang diiringi dengan meningkatnya publikasi ilmiah baik secara kualitas maupun kuantitas dapat berdampak positif terhadap pembentukan citra positif produk budidaya perikanan Indonesia dimata dunia. Sehingga segala bentuk embargo terhadap beberapa produk budidaya dapat dihapuskan.

Melalui tulisan ini, pesan yang ingin disampaikan adalah untuk membangun perikanan budidaya tidak cukup hanya dengan mengandalkan potensi alam dan sumberdaya manusia. Namun kita juga harus menitikberatkan pembangunan dengan pengembangan dan penerapan teknologi sehingga produksi dapat ditingkatkan dan memiliki daya saing tinggi di dunia Internasional. Kita tentu berharap bahwa Indonesia dimasa mendatang dapat memainkan peranan penting dalam ekonomi internasional dan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat salah satunya melalui peningkatan hasil produksi perikanan budidaya.

Semoga ****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun