Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Membangun Wisata Syariah di Tanah Air

21 Januari 2015   21:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14218256531612595866

[caption id="attachment_392271" align="aligncenter" width="295" caption="Museum Fatahillah, salah satu destinasi wisata syariah. (Sumber : Indonesia Travel)"][/caption]

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),  kini bernama Kementerian Pariwisata, pada akhir bulan Oktober 2013 tahun lalu mencanangkan program wisata syariah dengan mengusung tema “Indonesia as Friendly Muslim Destination” atau Indonesia sebagai tujuan yang ramah bagi wisatawan Muslim. Ada dua belas daerah yang dikembangan untuk wisata syariah di Indonesia, yaitu Aceh, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pencanangan ini dikarenakan pertumbuhan wisata syariah di dunia sangat menggembirakan dan Indonesia merupakan salah satu destinasi wisata syariah favorit wisatawan Muslim dari mancanegara. Data kementerian Kemenkeraf menyebutkan nilai omset wisata syariah mencapai US$ 137 miliar (Rp 1.659 triliun) dan pada tahun 2018, akan bertumbuh hingga US$ 181 miliar (Rp 2.191 triliun). Tingginya potensi bisnis ini terjadi seiring bertumbuhnya produk domestik bruto (GDP) negara Islam yang tergabung dalam OKI. Saat ini GDP negara-negara OKI mencapai US$ 9,6 triliun, di atas Cina yang mencapai US$ 8,5 triliun. Pertumbuhannya mencapai 6,3 persen, lebih tinggi dibandingkan kelompok negara lain sebesar 5,3 persen.

Tahun 2014, Indonesia dimasukkan dalam satu dari  Top 10 Muslim-friendly destinations (sepuluh besar tujuan wisata yang ramah kepada umat Islam). Kesepuluh Negara tersebut adalah Malaysia, Uni Emirat Arab, Turki, Indonesia, Arab Saudi, Singapura, Maroko, Jordan, Qatar dan Tunisia.

Wisata Sejarah Islami

Salah satu obyek wisata syariah yang perlu mendapat perhatian adalah wisata sejarah Islami. Seperti kita ketahui Jakarta menyimpan banyak sekali ceritasejarah Islam pada masa lalu. Salah satu peristiwa bersejarah adalah serangan heroik yang dilancarkan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dari Kesultanan Cirebon kepada Kerajaan Penjajah, Portugis di Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H. Bersama dengan Fatahillah, akhirnya Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan dan Kerajaan Portugis dipaksa angkat kaki dari tanah air.

Nama Sunda Kelapa kemudian diganti dengan Jayakarta yang dilhami oleh Al Quran Surat Al Fath, ayat 1, “Inna Fatahna laka Fathan Mubina” Makna “Fathan Mubina” adalah kemenangan yang nyata atau Jayakarta. Selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Jakarta.

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah (2009), nama Jayakarta melambangkan rasa syukurkepada Allah atas kemenangannya dalam menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa. Pergantian nama ini seperti peristiwa sejarah tanpa makna, hanya mengubah nama pelabuhan Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Namun, empat ratus tahun kemudian bangkit kembali. Fathan mubina-Jayakarta-Jakarta menjadi nama ibukota NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sejarah juga mencatat bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Fatah di Jayakarta. Ketika Jayakarta jatuh ke tangan VOC Belanda, masjid ini dirobohkan dan diganti dengan Benteng VOC. Pada masa Bung Karno, Sang penyambung lidah rakyat ini kembali membangun Masjid Al Fatah di bekas lokasi Benteng VOC. Masjid ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Istiqlal, nama yang diusulkan oleh Menteri Agama RI, KH Mohammad Ilyas.

Kisah sejarah seperti ini tentu masih terasa asing bagi wisatawan muslim dari mancanegara. Jangankan untuk wisatawan asing, untuk wisatawan dalam negeri pun masih banyak yang belum tahu kisah seperti ini. Tradisi studi tur setiap tahun di sekolah-sekolah kita sangat jarang menyentuh wisata sejarah ini. Studi tur sekedar mengedepankan aspek bersenang-senang belaka daripada aspek edukatifnya.

Jejak sejarah Islam juga bisa dilihat di Museum Nasional Jakarta. Di museum ini masih bisa ditemukan mata uang Islam abad ke-15 dan 16 M yang bergambar Damarwulan di sisi kiridan Semar di sisi kanan. Dalam buku “Api Sejarah” disebutkan bahwaSemar sebagai Punakawan Pandawa yang mulai tampil pada tengah malam. Wajahnya putih seperti menangis dan tertawa, rambutnya mengarah ke atas dan jari telunjuknya berposisi attahiyat, postur tubuhnya bulat seperti antara duduk dan berdiri. Memberikan gambaran kehidupan seorang hamba Allah yang selalu ingat kepada Allah pada waktu berdiri, duduk, berbaring di atas punggungnya dan di waktu malam tidak lupa shalat tahajud.

Damarwulan sebagai simbol pelita bagaikan bulan di malam hari. Penerang hati di tengah gelap gulita ketika memasuki malam hari. Dari gelap menuju terang sebagai dampak hamba Allah yang selalu dekat dengan Allah menjadikan dirinya seperti pelita, bagaikan bulan penguak gulitamalam.

Peran Kementrian Parenkraf

Untuk mewujudkan hal ini, Kementerian Parenkraf bisa melakukan beberapa usaha untuk menguatkan wisata syariah.

Pertama, membuat rancangan wisata syariah holistik. Wisata syariah terpadu tentu tak hanya memberikan label syariah kepada dunia pariwisata melainkan secara hakekatada perubahan paradigma. Paradigma wisata syariah adalah meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan melihat ayat-ayat Allah dimuka bumi.Ruang lingkup wisata syariah jauh lebih luas daripada wisata religius. Karena banyak praktik wisata religius yang tak sesuai dengan syariah.

Wisata syariah holistik tetap menjunjung tinggiaqidah Islam dengan tetap memberikan kesenangan jiwa-raga dalam naungan ridha ilahi. Bukan kesenangan yang lepas dari nilai syariah. Wisata konvensional yang ada saat ini pun bisa dikemas menjadi wisata syariah yang menarik. Semua tergantung cara pengemasannya.

Kedua, menyusun strategi promosi yang terpadu. Salah satu kelemahan utama pengelolaan wisata di tanah air adalah tiadanya keterpaduan dan koordinasi pengelolaan obyek wisata.Pengelola obyek wisata lebih suka berjalan sendiri-sendiri.Masing-masing obyek wisata merasa lebih unggul dan lebih penting daripada yang lain, hasilnya bukan keuntungan yang diperoleh, tetapi kebuntungan bersama. Seharusnya, sesama obyek wisata yang berdekatan saling mempromosikan untuk menguatkan dunia pariwisata di tanah air.

Untuk wisatawan mancanegara, bisa ditawarkan satu paket wisata sejarah Islam yang terpadu yang meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Sehingga destinasi wisata di daerah juga turut terangkat.

Ketiga, mengajak para stakeholder wisata syariah untuk meningkatkan kualitas layanan. Saat ini masih cukup banyak masjid-masjid di tanah air yang tidak dilengkapi dengan toilet-toilet yang memadai. Bahkan ada yang terlihat kotor dan bau. Padahal Islam mengajarkan bahwa kebersihan itu sebagian daripada iman. Menjaga kebersihan sama dengan menjaga iman.

Masalah tolilet, mungkin terlihat sepele. Namun syariah mengajarkan bahwa urusan buang air kecil dan air besar pun harus sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Rasulullah mengajarkan cara buang air kecil dengan berjongkok. Ironisnya, toilet-toilet di masjid ada yang didesain untuk kencing berdiri.

Hotel dan restoran juga perlu diberi edukasi agar memberi ruang yang layak untuk mushola maupun masjid. Sebaik ketika mereka memberi fasilitas untuk kolam renang dan ruang fitness. Jangan sekedar memberikan ruang sisayang tidak layak. Demikian pula dengan makanan dan minuman yang dihidangkan juga harus halal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun