Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Spiritualitas Hemat Energi

11 Maret 2018   11:50 Diperbarui: 11 Maret 2018   12:03 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: blog.tribunjualbeli.com

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), spiritual adalah kehidupan manusia yang dijalani sesuai dengan hakikat spiritualnya dan karunia rahmat. Kehidupan spiritual tidaklah bertentangan atau terpisah dari kehidupan kodrati manusia, tetapi tumbuh dan menjadi dewasa dalam keserasian dengan kehidupan kodrati.

Semua makhluk hidup dalam dirinya mempunyai sesuatu  yang menjiwai dan menghidupkan suatu  daya hidup yang mewujudkan eksistensinya.  Daya yang menghidupkan ini terdapat pada semua makhluk hidup baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Makin tinggi tingkatan makhluk itu, makin tinggi dan makin spiritual daya hidupnya serta makin sempurna aktivitasnya.

Spritualitas itu jauh melebihi  peradaban. Melalui kehidupan spiritual manusia memasuki dunia pengetahuan dan cinta yang melebihi kodrat.  Berpikir dan bertindak tidak atas dasar budaya dan nalar, melainkan atas dasar iman kepada Tuhan.

Spritualitas hemat energi  listrik bisa dilaksanakan melalui pertama, membangun spiritualitas hemat energi melalui institusi keagamaan. Indonesia  memang bukan negara agama tetapi memiliki harmoni kehidupan spiritual yang baik. Ini merupakan peluang yang cukup besar bagi pemerintah untuk membumikan hemat energi melalui masjid, gereja, vihara, pura, dan klenteng. Setiap agama tentu memiliki pesan moral untuk melakukan gaya hidup hemat energi dan menentang keras praktik boros energi.

Dalam Al Quran, Surat Al Isra, ayat 26 -- 30, Allah memerintahkan, "   Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.  Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Pesan Tuhan ini sangat jelas bahwa manusia yang melakukan pemborosan  energi sehari-hari adalah saudara-saudara syaithan. Artinya, perilaku boros akan membawa dampak yang buruk kepada umat manusia, lingkungan, dan semua makhluk hidup yang ada di planet bumi. Syaithan adalah sebuah lambang keburukan perilaku sehingga harus dijauhi dan diingkari.

Tuhan juga berpesan bahwa kita harus bijak untuk menggunakan energi, tidak boleh terlalu mengulurkan (boros), tetapi juga tidak boleh terlalu pelit energi yang juga memiliki potensi keburukan sama dengan boros energi. Bijak menggunakan energi adalah solusi dari langit untuk seluruh penghuni planet bumi.

Dalam Agama Hindu, ada tradisi nyepi yang salah satu ritualnya adalah dengan "amati geni" yaitu mematikan semua sumber cahaya termasuk listrik. Pada Hari Raya Nyepi, seluruh rumah penduduk yang penghuninya beragama Hindu tentu akan mematikan lampu dan alat elektronik lainnya selama sehari penuh sebagai ritual keagamaan yang wajib dilakukan.

Dalam Perayaan Nyepi di Bali tahun lalu terbukti mampu menghemat listrik sebesar 50  persen. Data PLN tahun 2014 menyebutkan bahwa Perayaan Nyepi di Bali bisa menghemat penggunaan listrik hingga hampir separuh dari kapasitas normal, yakni dari semula 700 megawatt menjadi 400 MegaWatt (MW) dalam sehari.

Kedua, institusi pendidikan. Dunia pendidikan merupakan institusi yang sangat ampuh untuk membangun spritualitas hemat energi. Ini tak berarti harus menjadikan spiritualitas hemat energi sebagai mata pelajaran sendiri melainkan melakukan internalisasi hemat energi ke dalam setiap pelajaran yang relevan. Pelajaran Agama, Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk membumikan spiritualitas hemat energi. Melaksanakan hemat energi bukan karena paksaan melainkan karena kesadaran sebagai makhluk Tuhan yang harus turut bertanggungjawab untuk merawat bumi.

Pendidikan merupakan kawah candradimuka untuk membiasakan peserta didik melakukan kebiasaan hemat listrik setiap waktu di setiap tempat. Pendidikan adalah sarana untuk melakukan revolusi mental dari mental boros energi menjadi hemat energi. Tak perlu anggaran yang cukup banyak untuk membentuk mental ini. Proses ini hanya perlu praktik yang dilakukan secara berulang-ulang sebagaimana yang dikatakan oleh Howard Gardner. Hakekat kecerdasan seseorang itu lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan, yaitu perilaku yang diulang-ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun