Mohon tunggu...
Romi assidiq
Romi assidiq Mohon Tunggu... Lainnya - Rumah Buku Firza

Puisi, Novel dan Cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Sebuah Dendam

19 Februari 2021   09:32 Diperbarui: 19 Februari 2021   10:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Mungkin karena merasa tidak melihat apa-apa makhluk menjijikkan itu pun kembali berkelebat menjadi bayangan hitam lalu menghilang dalam kegelapan malam.


Chen, Mei dan Ming pun bisa kembali bernapas lega.


"Kita harus pergi sekang juga" kata Chen, menarik lengan adik-adiknya.


"Tapi kak, bagaimana dengan jasad Ayah dan Ibu?" tanya Ming menepis tangan kakaknya.


"Tidak ada tapi tapi, cepat kita harus bergegas atau kita akan segera mati juga" jawab Chen, kembali menarik tangan Ming.


"Aku tidak mau meninggalkan jasad mereka, kita harus menguburkan mereka kak..." Mei menangis dihadapan jasad orang tuanya yang tergantung.


Tiba tiba bayangan hitam itu muncul lagi berkelebat diantara pohon-pohon bambu lalu singgah di salah satu pohon, mata hitamnya mengawasi sekitar, namun sepertinga hanya mayat tergantung yang mampu dia lihat.


Mei terdiam ketakutan dia mendekap erat tubuh kakak nya.
Ini makhluk yang lain, tubuhnya lebih kecil dari yang tadi, wajahnya lebih tirus, lebih menakutkan, mulutnya tidak bisa tertutup rapat bibirnya terhalang gigi-giginya yang panjang dan runcing menjurus keluar seperti ikan piranha.


Ditangannya ada sepasang kepala manusia. Itu kepala dari tetua kampung dan istrinya.
Dari bawah Chen menatap makhluk itu dengan mata yang penuh kebencian.


Sepertinya makhluk itu juga mencium bau mereka, dia juga turun ke tanah lalu melakukan hal yang sama seperti makhluk sebelumnya tadi, karena tidak melihat apa-apa makhluk itu pun langsung duduk ketanah dengan posisi bersila lalu melahap kepala yang ditangannya.


Chen menggeram, di dalam hatinya sangat marah, tidak terima melihat kepala orang tuanya dimakan makhluk itu seperti memakan buah, namun dia juga tidak berani bergerak sedikit pun, bahkan Ming dan Mey menangis tanpa suara melihat kejadian mengenaskan itu dihadapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun