Mohon tunggu...
Romi assidiq
Romi assidiq Mohon Tunggu... Lainnya - Rumah Buku Firza

Puisi, Novel dan Cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Sebuah Dendam

19 Februari 2021   09:32 Diperbarui: 19 Februari 2021   10:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perut-perut yang terkoyak itu adalah hasil sabetan benda tajam dan mengkilat berbentuk pisau yang tersambung tali rantai panjang.
Makhluk berjubah itu yang melemparkan pada korbannya dari jarak jauh, setelah melihat sasarannya tidak berdaya mereka pun menerjang buas dengan menggunakan gigi dan kuku mereka yang tajam.


Tak ada kata ampun, mereka merobek kulit dan daging semua orang, mulut-mulut mereka yang monyong dan mengerikan seakan sangat kehausan mengisap darah dan memakan daging orang-orang.


Tak bisa dihindari, pasukan berjubah itu berkelebat seperti angin di bawah remang-remang cahaya bulan, mereka masuk lewat jendela, lubang-lubang atap yang sempit bahkan mereka bisa menembus lubang kunci daun pintu yang sangat kecil.


Orang-orang berteriak histeris, bahkan sebelum menyadari apa yang terjadi pada mereka, leher, perut dan badan mereka sudah koyak, darah mereka pun sudah terhisap puas oleh makhluk itu.


Ada pula yang berusaha melawan namun sia-sia makhluk berjubah itu jauh lebih kuat, lebih cepat dan sangat beringas dari manusia normal. Sekali kuku panjang mereka menyentuh kulit maka seketika itu juga langsung robek dan tembus sampai ke tulang.

...

Saat tetuah kampung ditempat itu menyadari kalau kampungnya sedang tertimpa masalah serius.
Karena rumah mereka yang terpisah agak sedikit jauh dari warga maka ada kesempatan untuk berisap-siap.


Dia dan istrinya pun segera menyiapkan perlawanan dari dalam rumah. Mereka menyuruh ke 3 anaknya bersembunyi di dalam lemari lalu memberi tanda lingkaran berwarna hitam dan putih, ini adalah ajimat yang memiliki unsur penyelamat bagi orang-orang yang berhadapan dengan hantu dan sejenisnya.


"Kak aku takut" kata Mei di dalam lemari sambil menatap ke 2 kakaknya yang berdiri mematung tanpa suara tanpa ekspresi.


Dari luar terdengar suara gedebuk dan bedebam berkali kali, sesekali suara orang tua mereka terdengar mengerang kesakitan membuat si kecil Mei ingin beteriak sekuat kuatnya memanggil Ayah dan Ibunya, tapi mulut nya di cengkeram kuat oleh Chen, "sekali kau bersuara kita semua akan mati" bisik Chen pada adiknya.


Setelah hampir 1 jam berada didalam lemari, mereka tidak lagi mendengar suara apapun didalam rumah termasuk suara perkelahian orang tua mereka dengan makhluk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun