Mohon tunggu...
Romi Lie
Romi Lie Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Hubungan Gereja dan Negara Menurut Reformator Johanes Calvin

27 November 2018   14:14 Diperbarui: 27 November 2018   14:30 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN 

Pada tahun 2019, Negara Republik Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi (atau yang disebut PEMILU) untuk yang kesekian kalinya. Pemilu 2019 adalah sebagai puncak dari pesta demokrasi setiap 5 tahunan sekali. Acara ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 untuk memilih para anggota dewan legislatif DPR RI, DPD RI dan DPRD serta akan memilih presiden dan wakil presiden.

Acara ini diikuti oleh seluruh Warga Negara Indonesia; baik dari antar suku, bahasa, sosial, dan agama, untuk menentukan/memilih siapa yang akan menjadi pemimpin atau wakil rakyat di pemerintahan. Jika dilihat secara komprehensip, ternyata suatu negara tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan dari hubungan sosial dan agama. Agama bisa memberikan kontribusi positif bagi suatu negara tertentu, atau sebaliknya.

Hubungan antara Negara dan Agama, sudah berlangsung bertahun-tahun di bangsa ini ataupun di negara-negara lain. Apakah suatu negara dan agama adalah dua lembaga yang terpisah? Atau suatu negara dan agama adalah dua lembaga yang berjalan berdampingan? Atau salah satunya ada yang lebih berotoritas.

Dalam tulisan ini, penulis ingin melihat sejauh mana hubungan antara Negara dan Agama (khususnya agama Kristen), untuk menghadapi pesta demokrasi yang akan dilaksanakan pada tahun 2019, yang ditinjau dari salah satu tokoh Reformator Johanes Calvin.

BIOGRAFI JOHANES CALVIN

Johanes Calvin (Jean Cauvin) lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di sebuah desa sebelah Utara kota Paris, Perancis-Noyon. Ayahnya bernama Gerard Cauvin yang berasal dari keluarga yang biasa saja; dari keluarga penambang perahu. Ayah Calvin berhasil menduduki beberapa jabatan penting dalam gereja dan masyarakat; ia pegawai keuangan kota dan sekretaris dari uskup Charles de Hangest. Ibunya bernama Jeanne Lefranc dan meninggal dunia pada waktu Johanes Calvin masih muda. Calvin memiliki empat saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan pertamanya ditempuh dalam istana bangsawan Noyon, Mommor, bersama-sama dengan anak-anak bangsawan. Itulah sebabnya, Calvin memperlihatkan sifat-sifat kebangsawanan.

Dalam usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1523, ayah Calvin yang berprofesi sebagai seorang pengacara, mengirimnya ke Universitas Paris untuk belajar humaniora dan hukum. Konon, Calvin berangkat ke Perancis bersama dengan tiga pemuda dari keluarga Hangest. Pada tahun 1532, ia telah menjadi Doktor Hukum di Orlans. Terbitannya yang pertama adalah sebuah edisi dari buku karya filsufRomawi Seneca, De clementia, yang diberinya komentar mendalam.

Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia dihentikan dalam perjalannya ke Basel, oleh bujukan pribadi dari William Farel, seorang reformator. Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di sana hingga kematiannya pada 1564.

Yohanes Calvin berniat menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan daripada kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan bisa merawat kesehatan saya." Pada 1539 ia menikah dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan perempuan dari almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin menulis bahwa istrinya telah banyak menolong dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa besar. Setelah kematian istrinya, Calvin tidak menikah lagi.

KERANGKA BERPIKIR JOHANES CALVIN TENTANG HUBUNGAN GEREJA DAN NEGERA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun