Pukul dua puluh lebih dua puluh dua menit
Dilapak bapak
"Kacang coklat satu, pak", pintaku
Anggukan hanya dua derajat
Dan pantulan cahaya dari jidatnya meletup
Pisau menari: memotong beberapa garis
Dilapisi mentega diguyur pecahan kacang
Sebelahnya diperciki butiran coklat mirip rerintik hujan
Ditekuk diatas lempengan logam panas
Bakaran merubah bongkahan empuk menjadi ruam-ruam matang
Sedikit asap
Bukan dupa, tapi bapak seperti berdoa
Lembaran kertas coklat dan plastik bening pembungkus roti
"Ramai, pak?"
Anggukan masih dua derajat
Dan pantulan cahaya dari jidatnya meletup
Pesananku sudah jadi
Terbungkus rapi dalam kresek transparansi
"Berapa, pak?"
"Aauoy..eh..ah..eh..ah yeo". Tangan bapak bergerak-gerak
menunjuk lembaran laminating daftar harga
Disabilitas
Aku tersadar
"Enam belas ribu rupiah?"
Aku memastikan
Anggukan tetap dua derajat
Dan pantulan cahaya dari jidatnya meletup
"Mari, pak"
Anggukan menjadi lima derajat
Kutinggalkan bapak dan sedikit asap tapi bukan dupa
Solo, 24 November 2021