Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Merah

5 April 2020   10:56 Diperbarui: 5 April 2020   10:58 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto gratis dari PicArts

"Iya, mas. Semenjak wabah datang penumpang semakin jarang"

"Becaknya milik sendiri?"

"Iya, mas"

Bapak itu membantuku membangunkan rekan-rekannya yang tertidur pulas. Balutan sarung apek melindungi mereka dari sengatan nyamuk serta udara malam. Kegembiraan melekat ketika tangan mereka menggenggam pemberianku. Itu uang merah dari Pak Jauhari. 

Selama hidup belum pernah aku mempunyai uang sebanyak itu. Setengahnya aku putuskan untuk dibagi pada kaum tuna. Dengan nilai segitu aku bisa hidup sederhana dua tahun tanpa kerja.  

Aku menghela napas. Pikiran melalang berkelindan tanpa tangkapan. Anak muda dihadapanku hanya menatapku. Ia menunggu sesuatu keluar dari mulutku.

"Bagaimana kabar, pak Jauhari?"

Wajah Andreas tertunduk. Aku menduga ada hal menyedihkan menimpa mantan tutorku.

"Ayah sakit stroke. Sudah sepuluh tahun, pak"

"Innalillahi....", lirihku

"Ayah meminta kami untuk mencari keberadaan muridnya, yaitu bapak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun