Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jeritan Anjing di Tengah Malam, Pasca Kotaku Berstatus KLB Corona

16 Maret 2020   17:55 Diperbarui: 16 Maret 2020   17:58 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terjaga oleh lolongan anjing tetangga depan rumahku. Tidak biasa. Ya tidak biasa, karena hewan berbulu tebal itu jarang bahkan boleh dikatakan tidak pernah menjerit menyayat hati. Malam ini, jeritannya mendentum penuh aura kematian. 

Seperti ratapan narapidana menjalani hukuman gantung dihadapan serdadu abad pertengahan. Apakah ia melihat rombongan malaikat atau setan gentayangan? Batukku juga sanggup membuyarkan tidurku. Keterjagaanku mampir bila tenggorokanku gatal seperti ada ulat bulu melintasi. 

Sudah hampir dua minggu aku dirajam sakit. Awalnya diare selama empat hari. Rasanya melilit dibawah perut, ada tusukan pedang disitu. Peperangan meledak sering tanpa komando. Bolak-balik ke toilet untuk membuang amunisi hingga menganggu aktivitas tidur. Antara ngantuk dengan lilitan sakit yang menerjang. 

Hawa dingin yang menyerang telapak kaki memaksa aku memakai sepatu bot karet jika akan BAB. Diantara jongkok aku menahan perih sekali bak digerinda. Mukaku meringis. Obat sakit perut telah aku telan berbutir-butir dalam kurun waktu itu. Perubahan mengemuka walau sedikit. 

Dalam keheningan malam didalam toilet, sebersit pikiran melintas, "Apakah aku kena Corona?". Perasaan jadi tidak enak. Beruntung akhirnya sembuh dalam beberapa hari. Tapi susulannya makin menyiksa. Lepas dari sakit perut, tenggorokan ganti diganjal pisau pencacah es, perih. 

Dan hingga malam ini aku mengalami siksaannya. Jeritan anjing itu kian menganggu. Apakah warga kampungku juga terjaga dengan lolongannya? Menurutku suasana malam ini berbeda. Apakah ini ada hubungannya dengan penetapan Kejadian Luar Biasa(KLB) oleh pak walikota? Kampungku mengalami kesunyian sangat tragis. 

Anjing itu masih melolong. Aku bangun menuju dapur untuk meneguk segelas air putih. Kembali ke peraduan berselimut sarung. Untuk membantu menghilangkan ulat bulu yang bersarang ditenggorokan, obat hirup dengan bintang iklan Agnes Monica aku gunakan. 

Ada kenyamanan kala rasa semriwing mengarungi jalur napasku. Badanku telentang. Aku merasa Agnes Monica memelukku. Usapan tangannya membelai tenggorokan. Aku berharap segera terlelap kembali, tapi gagal. Anjing itu masih melolong.

"Tidurlah kembali, jangan gubris jeritan itu", ujar Agnes Mo, "Batukmu bisa kian parah kalau kamu tidak istirahat yang cukup"

"Istirahatku sudah cukup"

"Jangan membantah! Sakitmu akibat kamu keras kepala dan suka coba-coba!", gertaknya. Aku kaget, Agnes Mo bisa segalak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun