Haul atau khol-kholan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi tahun ini menginjak ke 108, diperingati setiap 20-21 Rabiul Akhir. Bagi kalangan para pecinta habaib, acara ini sangat ditunggu-tunggu.Â
"Episentrum"nya adalah masjid Riyadh. Di mana letak makam keturunan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, yaitu makam Habib Alwi bin Ali, makam Habib Ahmad bin Ali serta makam Habib Anis bin Alwi.
Adapun Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi sendiri lahir dan meninggal di Yaman. Beliaulah pengarang kitab Maulid Simtudduror yang tersohor.
Acara haul tahun ini dibagi menjadi 3 tahapan. Tanggal 14 sampai 16 Desember diadakan majlis rauhah, tanggal 17 Desember acara Haulnya, sedang 18 Desember Maulid.
Dilihat dari kacamata ekonomi, dampak haul ini sungguh mencengangkan. Selama lima hari perputaran ekonomi ditaksir mencapai angka milyaran. Dari pedagang kaki lima hingga pengusaha besar mendapat cipratan rejeki. Â
Selasa pagi, 17 Desember pukul 08.30 wib kondisi dilapangan sudah padat merayap. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pihak Dishub kota Solo serta Kepolisian melakukan rekayasa arus lalu lintas.Â
Jalan Kapten Mulyadi ditutup. Dua hari sebelum acara, postingan-postingan mengenai himbauan betebaran di group-group WA. Pas hari puncak lebih intens lagi dengan kondisi terkini.
"Daerah Gemblegan macet, bro"
"Nek ora penting rasah lewat Baturono. Macete poll"(Kalau tidak penting tidak usah lewat Baturono. Macetnya poll).
"Padahal aku meh ngetan ni?"(padahal saya mau ke timur)
"Yo nggolek dalan liyo"(ya cari jalan lain)
Mencoba muter lewat jalan kampung percuma saja. Tidak menemukan kelonggaran. Jalan seperti dikunci rapat. Kendaraan membeku.Â
"Solo kok dadi ngene ya?"
"Itu masih mending. Kalau di Jakarta om bisa stres"
"Aku ora nggagas Jakarta. Sing tak gagas Soloku"
Hari ini demi melihat keriuhan haul Solo, Saya menitipkan motor di sebuah swalayan yang jaraknya 1 kilometer dari pusat acara. Berjalan kaki lebih masuk akal, menembus keramaian kemudian masuk kampung Gurawan.Â