Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menengok Situs Candi Menggung di Desa Nglurah Karanganyar

30 Mei 2019   12:21 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:06 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian akan menangkap suasana kesegaran bila berada di tempat ini. Dikelilingi ladang tanaman hias beralur aliran air dari limpahan yang menyeruak lepas. Rumah-rumah penduduk menyembul seperti bergandengan erat. Pohon pinus merangkul cemara beranakpinak berjejeran menjulang di bukit belakang. 

Kondisi cuaca di sekitaran Situs ini seringkali berubah cepat, maklum saja karena masih di kawasan lembah gunung Lawu. Bila awalnya menampilkan nuansa redup tetiba kemudian cerah. Disebabkan kabut datang tanpa permisi, langit berhias mendung abu-abu mendekat gelap, dan pelan tapi pasti matahari tahu-tahu menyibak keras. Berubah-ubah.

Angin sesekali memberi jejak dengan semilir disekujuran badan. Burung-burung beterbangan menari di sekitaran situs. Serangga mendengung kencang mengikuti gerak kepalaku. Mengganggu. Lumut bertimbulan meluas di hampir pelataran bak permadani Persia. Seekor semut mencoba mencabik di atasnya.  

dokpri
dokpri
Berada di desa Nglurah, Tawangmangu kabupaten Karanganyar, situs candi Menggung menyuguhkan kekontrasan. Jika kakimu belum menyentuh areal tersebut tidak akan terasa, tapi masukilah semakin kedalam atau mendekati pohon besar yang dibalut kain poleng, hawa mistis mampu bikin bulu kuduk berdiri. 

Tembok setinggi dada mengitari sebuah sesajen yang dihamparkan dialtar batu kecil depan arca. Sedangkan di luar, aktivitas warga desa terlihat semarak. Jauh dari jangkauan mistis. Anak-anak kecil berlarian sambil melemparkan petasan. Gembira ria. 

Begitulah, Ramadan pagi itu-Rabu, 29 Mei- saya mengiris waktu untuk menyambangi tumpukan bebatu dengan beberapa arca yang didirikan. Ketika datang, hal pertama yang saya lakukan adalah lapor kepada penjaga situs. Seorang pemuda aku temui sedang asik dengan notebooknya. Di dalam juga terlihat seorang anak usia belasan teronggok tidur pada sebuah balai.

"Monggo mas, menawi badhe mersani", jawabnya ramah

dokpri
dokpri
Setelah melapor segera saja langkah kaki menaiki tangga batu yang ditata sedemikan rupa-sebelumnya saya disarankan agar motor dimasukkan saja dekat pos. Bilik pos terletak di pojok kanan. Sebuah tulisan: Tamu Harap Lapor terpampang dibalik kaca.  

Jam digital masih menunjuk di posisi sembilan pagi lebih banyak. Tapi aktivitas masyarakat desa Nglurah sudah sedemikan masif. Pandangan mata disuguhi tanaman hias di halaman tiap-tiap rumah. Pot-pot tertata rapi. Beberapa pembeli sedang membincangkan sesuatu. Negosiasi harga?

Itu memang pasti, karena desa Nglurah mengklaim sebagai sentra tanaman hias. 130 jenis tanaman hias dibudidayakan disini. Jelujur rapi berwarna warni akan kita temui bila kita menuju situs Menggung.  

dokpri
dokpri
Mengelilingi areal situs, yang kita dapati dominasi tumpukan batu dengan bentuk ragam. Beberapa arca dengan bentuk dwarapala dan lainnya dipasang di beberapa titik. Menurut saya, penatahnya kurang ahli. Saya bandingkan dengan arca dan relief dicandi Borobudur. Buatannya halus dan jelas. Sebaliknya dengan di situs Menggung."Jangan begitu, om. Beda era beda keahlian. Mungkin juga beda guru"
"Sak karepku to"

Yang tidak berminat pada wisata batu, mungkin akan mencibir, "Watu e didelok. Kurangmen gawean" (batu saja dilihat. Kurang kerjaan)
Memang benar bagi mereka, tapi bagi yang minat pada peninggalan nenek moyang, inilah ladang pengetahuan.

"Alaaah... pengetahuan opo?"
Biarkan saja para penyibir. Mereka akan lelah pada akhirnya.

dokpri
dokpri
Menurut saya, Candi Menggung ini mungkin merupakan candi pertapaan, yang biasanya terdapat di lereng atau lembah gunung. Ini berdasarkan beberapa ciri dari sumber yang saya dapatkan. Skema kompleknya mirip dengan Candi Cetho.

"Terlalu dini menyimpulkan, om."
"Kan tadi saya bilang 'Mungkin', jadi bisa saja benar atau meleset."

Karena tidak adanya petunjuk yang jelas, pengunjung hanya bisa mengapungkan 'dugaan-dugaan'.

dokpri
dokpri
Sedikit keluar areal situs, ada sebuah musium dengan nama Musium Lumpang. Woooww...? Mungkin di dunia, satu-satunya hanya ada di sini. 

Tumpukan lumpang yang diakui sebagai milik warga Nglurah dikumpulkan oleh para pemuda desa sebagai pengingat bahwa alat tradisional dari batu ini pernah mengalami masa keemasan sebagai alat penting bagi perempuan desa tersebut. Karena perkembangan jaman, akhirnya alat penumbuk itu ditinggalkan. Dibuatlah monumen untuk mengingat jasa si alat itu manakala diikutkan dalam mengarungi bahtera rumahtangga di tiap keluarga. Kalau presiden pertama negara kita, Ir.Soekarno bilang, Jasmerah (Jangan sekali-kali melupakan sejarah), di sini berlaku Jasmelumpang (Jangan sekali-kali melupakan alu serta lumpang). Boleh juga.

dokpri
dokpri
"Kalau mau mengunjungi situs candi Menggung rutenya bagaimana, om?"

"Gampang, tong"

"Maaf, om. Nama saya bukan Tong, tapi Renaldi. Nama adalah doa. Jangan sembarangan manggil orang. Kasihan orangtua saya"

"Oh maaf, Ren. Jadi begini, dari terminal bus Tawangmangu, kamu lurus naik saja 200 meter arah timur. Nanti disebelah kanan ada jalan bertulis 'Nglurah'. Susuri saja jalan itu"

"Sepertinya gampang, om"

"Ya, memang. Tapi saya sarankan bawa kendaraan sendiri. Sebab tidak ada transportasi sampai ke sana. Bisa juga naik ojek dari terminal. Tapi baliknya mau naik apa? Jalan kaki? Numpang moda penduduk? Ya kalau ada"

dokpri
dokpri
Sebenarnya, dengan mendatangi situs candi Menggung, pengunjung bisa sekalian memborong tanaman hias yang dijual di sekitaran. Banyak jenisnya-bermacam-macam warnanya. Anggrek, Bonsai, Krisan, Anturium dan lain sebagainya. 

Saya sempat menyusuri lorong-lorong jalan didesa itu dan menjumpai semarak kesegaran berbalut kerapian dari ragam tanaman. Melihat bentuk rumah serta perabot yang sempat saya lihat, sepertinya taraf kehidupan mereka rerata sangat mapan. 

Jangan lihat performance fisik, lihat saja, beberapa mobil keluaran baru terpampang digarasi rumah dan yang menaiki ibu-ibu bersenyum ramah. Dari berjualan tanaman hias mampu mendongkrak status ekonomi.

Tawangmangu memang terkenal dengan hasil ladang kebunnya. Baik berupa sayuran, buah ataupun tanaman hias. Dari mengolahnya, kehidupan ekonomi mereka terajut kuat. Banyak anak-anak mereka menempuh pendidikan dilain daerah. Diantaranya teman SMA saya, beberapa di antaranya berasal dari sini. Mereka bersekolah, kuliah di Solo bahkan lebih jauh lagi.

Dengar-dengar, tanaman hias dari Nglurah juga merambah mancanegara. Hebat ya? Bahkan untuk permintaan dalam negeri saja kadang kewalahan. Tidaklah heran sekitaran Soloraya juga jadi lubang masukan bagi tanaman hias tersebut. Hotel atau Mall yang betebaran menjadi tempat bagi tanaman hias Nglurah mendapat tempat untuk mempercantiknya. 

Taman-taman di beberapa sudut bangunan mereka mendapat kontribusi olahtangan warga Nglurah. Banyak sebab, mungkin membeli banyak lebih murah disentranya daripada dari tangan ke tiga. Pembeli yang tahu langsung datang ke Nglurah.

dokpri
dokpri
Keberadaan situs candi Menggung menjadi daya tarik lain. Sebenarnya didaerah tersebut ada beberapa obyek wisata yang belum banyak diketahui. Diantaranya air terjun Jurang Sundo. Kondisi kontur Nglurah yang turun naik serta kehadiran lukisan Tuhan cocok untuk hiking. 

Dari atas Candi Menggung kalian bisa melihat bentang alam atau beberapa sudut desa. Duduklah sejenak dengan santai dikursi batu. Resapi dan hirup udara segarnya. Dongakkan kepalamu keatas, pandang tanpa batas diatas sana, supaya tahu bahwa langit tidak akan runtuh walau istrimu cemberut melulu. (Selesai)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun