Mendapati batu nisan tergeletak  tidak pada tempatnya, tergeser beberapa senti, cuil sedikit, bukan hal aneh manakala kita menziarahi kuburan ditempat tertentu-baik di perkotaan maupun pedesaan.Â
Ketika sol sepatu beradu kuat dengan apa yang dipijak menghasilkan ragam bunyi: krak, srek, dep. Rerumputan setinggi lompatan katak bersembulan muncul disudut- sudut nisan,
Kembang kamboja kering atau layu berserakan menimpa areal makam-ada yang bertanya, kenapa pohon kamboja selalu ada di areal pemakaman? Kenapa kok tidak palem botol, pucuk merah, singkong,atau jambu Dersono?
Kayu penopang bangunan keropos karena serbuan rayap. Posisi nisan jonjing(tidak rata) karena tanah tak kuat menahan beban dosa anak manusia.
Sepi, dengan ditingkahi angin yang mampu menggoyang dedaunan hingga menghasilkan bebunyian. Dikejauhan deru motor sayup-sayup mengambang kemudian menghilang.
Kain-kain putih penutup nisan berubah kuning kecoklatan terkoyak oleh periode masa, memberikan gambaran tentang hubungan dunia dengan akherat hanyalah duka sesaat, bila didramatisirkan berupa muka sedih-tertunduk bermuram durja-mata menerawang silang sengkarut-apa yang tengah kau pikirkan, wahai anak manusia?
Nabi Muhammad SAW dalam sebuah kesempatan menganjurkan umatnya untuk melakukan ziarah kubur. Ziarah kubur merupakan stimulus agar manusia selalu mengingat kematian. Kematian hal pasti bagi tiap makhlukNya. Berharap akan menguasai bumi secara permanen adalah cara berpikir kaum materialistis.
Ziarah kubur itu sunnah yang asik. Bagaimana tidak asik, karena kita bisa menciptakan dialog imajiner.
"As-salamu'allaikum, wahai ahli kubur"
"Wa'allaikumsalam, wahai hamba Allah yang beruntung", jawab mereka serentak, bergemuruh bagai ledakan ombak membuat seekor burung terbang terbirit-birit.
"Bagaimana keadaan kalian?"