Sebuah  kisah asmara akar rumput terbentuk di abad ini.  Seperti kotak pandora yang isinya beragam rasa. Sepasang makhluk Tuhan berlainan jenis mencoba memasaknya.
Beberapa hari ini Jono meradang. Hatinya panas. Jealous menempati podium kosong. Jiwa lelakinya diprovokasi kelakuan Atikah.
Perempuan yang ia pacari melakukan blunder. Lewat bahasa tubuh Atikah, Jono merasa ada sesuatu yang mengganjal dihati soulmatenya. Akhir tindakan  Jono bertanya padanya. Keluarlah ungkapan  jujur dari mulut gadis usia 20 tahun itu.
"Mantan pacar ingin bertemu denganku"
Sesuatu yang tidak diharapkan. Hantaman menebas ganas.  Udara pengap menyesaki hidung. Nafasnya terseok-seok laksana  kereta bermesin tua. Inilah tsunami disiang terik.
Diawal merekatkan hati, keduanya memang melakukan ikrar untuk saling  jujur. Mereka punya pendapat bila jalinan asmara tidak didasarkan pada kejujuran bisa dijamin kehancuran akan berdampak.
Tapi senarai kata yang terlontar dari mulut tebal menantang itu telah mengoyak perasaan pria jebolan SMK.
Jono bersedekap geram. Pandangan  tidak lepas pada sosok lugu cintanya.
"Sebuah permintaan gombal penuh akal-akalan"
"Ia minta bertemu terakhir kalinya karena dua minggu lagi ia menikah"
"Itu penipuan! Jangan dituruti!". Kalimat bertendensi pukulan menyala.