Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengecup Dingin, Menangkup Rasa di Wana Wisata Mbang Sore Jatiyoso

24 Juni 2018   20:01 Diperbarui: 24 Juni 2018   23:31 3252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ini terealisasi dari gumpalan penasaran yang mendalam tentang sosok Mbang Sore. Bagaimana, apa, dimana Mbang Sore itu? Dari sekelumit info, Mbang Sore merupakan wisata alam yang menawarkan hamparan sawah dan kebun dengan dikelilingi perbukitan cemara juga pinus. Terletak di dusun Ngatirejo, desa Beruk, kecamatan Jatiyoso, kabupaten Karanganyar.

Kita bisa melihat rumah-rumah penduduk dengan segala modelnya, hamparan tanaman sayur dilerengnya, jalan yang meliuk-liuk mirip mainan ular tangga.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Kedatanganku di Mbang Sore disambut sepinya gardu penjaga. Harusnya aku membayar restribusi Rp.5000, jam segini tak ada penjaganya. Karena kamu kepagian, mas.

09.31 wib dibilang kepagian?

Segera saja saya menuju obyeknya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Ternyata sebuah bukit dengan tonggak-tonggak cemara yang menancap bak pasak. Mengelilingi tempat tersebut tidak butuh waktu panjang-7 menitan. Bahkan mungkin nggak nyampe.

Menaiki undakan tanah hasil serutan cangkul yang ditopang potongan dahan membawa kaki pada tempat tertinggi. Disitu tergelar venue berupa sebidang tanah dengan 3 payung besar untuk kongkow sembari melepas pandangan. Sedikit dibawahnya ada kolam renang dipadankan gardu pandang.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Penambahan kolam renang cukup menyita perhatian,- Kalian yang ingin merasakan berenang diatas ketinggian bisa mampir kesini-disamping gardu pandang dibeberapa titik lokasi.

Menceburkan diri dikolam akan menguji ketahanan tubuhmu. Beberapa anak usia belasan menjadi bukti bahwa betapa dinginnya berendam di ketinggian. Tak sampai hitungan jam rombongan kecil itu naik kepermukaan. Kopi bisa menjadi penghangat simpul syarafmu, pun bakaran jagung, sanggup meredam teriakan kecil dilambungmu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Mbang Sore adalah wisata rakyat lokal. Jadi jangan berharap banyak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Disitu hanya ada warung yang menyediakan kudapan sederhana; jagung bakar, popmie, serta kopi panas dalam cangkir belimbing.

Mengelilingi tempat menjadi ritualku agar dapat menangkap apa yang terdapat disitu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Tiba-tiba gerimis mengguyur di 10.58 wib. Gerimis? Iya gerimis. Musim kemarau sepertinya bukan penghalang bagi cairan langit untuk memberi nuansa romantis dataran tinggi ini. 

Tempias memaksaku untuk mengamankan diri jika tidak ingin kebasahan. Kabut telah sepakat menghantarkan putihnya agar Mbang Sore jadi kian mendingin. Bagi warga sekitar kondisi cuaca begini bukan hal aneh-kabut dan gerimis turun bersamaan.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Mbang Sore sebuah rupa kreatifitas kaum muda dusun memanfaatkan pemberian Tuhan dalam bentuk bukit kecil. Ternyata, landskap lereng lawu menyuguhkan pesonanya dibeberapa bagian. Dan itu menjadi virus kreatifitas hingga sebarannya memicu munculnya wana wisata lain-yang hampir serupa.

Bila kalian membuka Google map dan mengarahkan pencarian disekitaran Gunung Lawu maka akan mendapat item-item tersebut. Sebut saja; Bukit Hope, Rumah pohon Banyu Ayep, Tugu Lasi dan masih banyak lagi,  diantaranya yang belum tercetak di Google map adalah Wana wisata Watu Lawang-saya ketahui dijalur ke arah Mbang Sore, ketika lewat Jumantono.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Rehat sejenak pagi hari itu mengapungkan hening alam. Bukan berarti permanen, karena dikejauhan suara pesinden dengan diiiringi gamelan terdengar jelas menyelubungi Mbang Sore. Sebelum sampai disini, saya melewati liukan jalanan pedesaan yang diramaikan dengan 3 hajatan pernikahan bersamaan.
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Begitulah alam perbukitan, selalu menghadirkan nuansa keunikan. Daerah yang mengandalkan lahan perkebunan dengan beberapa tanaman sayuran sangat lumrah jika pandangan mata kita disuguhi aktifitas para petani peladang. Bertemu petani tua sambil memanggul rerumputan atau berkendara dengan gundukan karung sesuatu yang biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun