Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pantai Kalimirah, "Perawan" di Pesisir Wonogiri

22 Mei 2018   22:09 Diperbarui: 23 Mei 2018   04:56 3050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petualang kok jirih (penakut), Ora jirih bro, muk waspada. Takut itu diberikan Tuhan agar kita tidak jumawa. Setelah agak lama suasana menjadi kondusif.

Dari beberapa literatur yang pernah saya baca, laut adalah tempatnya jin main dakon, eh maaf, bersemayam. Selain itu, tempat sepi yang jarang dijamah orang juga spot favorit bagi jin peri perayangan membuat base camp. Seteguk dua teguk menjadi penawar dahaga juga penenang hati. Tadi sempat mampir di Indomart di Pracimantoro. Beberapa botol minuman dan sebungkus roti menjadi pilihan sederhana.

Angin memporak-porandakan rambutku. Dari jauh ombak bergulung-gulung datang dan pergi. Sepertinya memberi bujukan agar aku segera turun. Setapak jalan telah dibuat untuk dilewati.Desir angin mengawal derap kaki menyapa gemuruh ombak.

Pasir putih menyambutku bersama buih berjumpalitan. Menyisir berbagai sudut bagian dari upayaku agar lebih tahu tentang pantai ini.

Melihat kondisinya, bisa dipastikan pantai ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Masih alami-masih perawan. Cekungan yang terbentuk menjadi rendezvous beberapa ikan. Tanganku menangkup air menghasilkan bunyi tapi terpangkas gelegar ombak. Beberapa batu berserak dengan berbagai ukuran, warnapun beragam: merah, kuning gading, biru, putih.

Perasaan tenang terapung begitu jari kaki dikerumuni butiran pasir.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Seonggok buntalan rumput melayang, tersembul dari balik batu karang. Aku dibuat kaget. Ternyata seorang petani bersenjata sabit memanggulnya diatas kepala.

"Monggo pak", sapaku.

bapak itu tersenyum. "Rencangi pundi, mas?", tanya si bapak

"Kulo piyambakan"

Wajah kaget tercetak. Sepertinya tidak percaya kalau saya sendirian ke pantai ini.

"Ngatos-atos mas", nasehat petani tersebut, langkahnya dilanjutkan menuju sisi tebing sebelah barat. Ternyata bapak itu tidak sendirian. Menyusul kemudian dua rekannya yang juga memanggul rumput. Saya yakin buat pakan ternak, kalau tidak sapi atau kambing. Bisa juga dua-duanya. Mereka beristirahat dibawah keteduhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun