Sampailah di gerbang lanud Abdul Rachman Saleh-berseberangan dengan SPBU. Keadaan lengang, tapi aktifitas masih ada. Penjual makanan eksis. Â Apakah kami akan tidur disini?
Sepertinya tidak. Motor dipacu kembali. Sesuai keterangan penjual makanan didepan SPBU tadi, Tumpang sudah mulai dekat-tapi Bromo masih jauh.
Menyibak pekat malam menjadi keharusan bila ingin mencapai tujuan.
Berhenti kembali untuk bertanya tentang arah. Dua orang bapak pemilik usaha pinggiran menjadi asa selanjutnya. Sambutan ramah dengan petunjuk yang tergenggam. Motor kami geber. Tak beberapa lama sampai di sebuah SPBU lagi. Mungkin ini yang dimaksud bapak yang kami tanyai terakhir kali..
Motor diparkir bersebelahan dengan motor lain. Yang ternyata milik rider Jakarta.
Terlihat dua anak manusia telah tertidur pulas. Meringkuk dengan posisi udang galah-Keletihan berhasil merajam raga mereka.
Kami bertiga segera ambil bagian untuk melepas kantuk.
SPBU 24 jam itu luas. Ada musholla lengkap dengan toilet bersih. Anjungan Tunai Mandiri(ATM) juga tersedia. Beberapa waktu kemudian baru tahu bahwa dimana SPBU itu berdiri jalannya diberi tetenger Sumber Pasir. Jadi sebut saja SPBU Sumber Pasir.
Merebahkan tubuh dilantai dingin terpaksa dilakukan karena tidak bawa sleepingbag. Dengan jaket berharap dingin bisa di resistensi.
Suasana habis hujan berpengaruh pada kondisi tidur.
Kaki telanjang menjadi sasaran empuk cabikan dingin. Beruntung aku bawa sarung. Langsung aku kerubuti kakiku. Kepala aku bebat dengan kopiah.