Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Reuni

3 Agustus 2017   23:47 Diperbarui: 3 Agustus 2017   23:51 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci kontak aku cabut dari lubangnya. Kakiku menapak dihalaman parkir sebuah Sekolah Menengah Atas(SMA) yang 25 tahun lalu aku tinggalkan. Udara stagnan-gelembungnya menanti arah badanku akan dihadapkan pada posisi mana. Sosok tinggi sawo matang berbobot kira-kira 65 Kg melaju lugas menyongsong untuk menjabat tanganku. Dua tapak tangan erat membentuk formasi silaturahim, diguncangkan kuat serasa getaran tank melindas dataran Skandinavia. Itulah jabat erat temanku, Juni alias Geck-satu diantara sekian tim perumus: mengumpulkan "daun-daun" yang berserak, yang dulu pernah tumbuhkembang dijalan Yosodipuro. 

Mencoba dirangkai menjadi jalinan tawa dan canda-juga perenungan-bersama beberapa guru terundang. Reuni. Kami mencoba menghadirkan sisa-sisa kenangan lama yang masih bersembunyi disudut-sudut sekolah. Sebuah panggung bersama perangkatnya terhampar menempati tempat upacara bendera setiap hari Senin pagi. Satu demi satu, wajah-wajah '92 memenuhi sekolah perjuangan. Ya, disinilah-kami semua berjuang-untuk menuntut ilmu di sekolah Muhammadiyah. Walaupun tidak semua yang kami perjuangkan memenuhi ekspektasi guru-guru serta orangtua. Banyak cerita yang bisa ditulis-dikenangkan-ketika barisan langkah kaki menghasilkan bunyi gedebuk berirama panjang. 

Sekolah kami, SMA Muhammadiyah 2 Surakarta menjadi kawah candradimuka, menggembleng jiwa-jiwa muda kami agar bisa menerapkan petuah KH.Ahmad Dahlan: Hidup hidupkanlah Muhammadiyah-Jangan cari penghidupan di Muhammadiyah. Kami tidak begitu paham makna dibalik pernyataan sang kyai. Tapi, setelah usia bertambah dan kerap diguyur hujan ditengah belantara kehidupan, mungkin tafsir pernyataan itu adalah: Jangan Korupsi! Jangan Korupsi! dan Jangan Korupsi! Hiduplah dengan mengamalkan ajaran kanjeng nabi Muhammad saw yang bersumber pada Al Qur'an dan sunnahnya-penuh kesederhanaan, segaris dengan perjuangan hidup Kyai Ahmad Dahlan pun sederhana tanpa riba. Bermanfaatlah bagi sesamamu agar hidup punya nilai. 

Aku duduk di satu deretan kursi dibagian paling belakang. Ada beberapa sosok yang memaksa aku mengumpulkan memoriku agar mampu mengingat. Diantaranya seorang pria bertubuh padat berisi. Segar-wajah teduh, tidak ada awan hitam di parasnya. Berpakaian rapi: bagian bawah baju dimasukkan kedalam celana, contoh nyata pegawai kantoran.   

"Ijek kelingan aku ra!"(masih ingat aku nggak). Dia kembali menjabat tanganku. Diawal masuk, aku telah berjabat tangan. Dilakukan lagi, sepertinya nostalgia belum ikhlas menyudahi. Kehangatan terkumpul didiri kami.

"Aku Sutomo"

Sutomo?........Sutomo?..... . Aku terus mencari serpihan jejak tentang dirinya. 

"INKAI", dia menegaskan kembali. Mencoba membantuku agar memoriku segera terangkat.

Oooaalahh...ya...ya...yaaa...

"Aku ora lali karo awakmu", katanya.

INKAI merupakan kegiatan ekstrakurikuler disekolah kami. Institut Karatedo Indonesia menjadi lahan menyalurkan energi serta emosi yg meledak-ledak. Osh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun