Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Senja di Pelabuhan Bung Karno Ende

31 Juli 2016   13:26 Diperbarui: 31 Juli 2016   13:35 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KM Wilis sedang bertolak dari Pelabuhan Bung Karno Ende. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016

MENGUNJUNGI Ende, Flores, NTT belum dirasa lengkap apabila belum menikmati matahari terbenam di ujung pelabuhan laut Ende. Pelabuhan laut Ende baru saja dua tahun lalu, 12 Mei 2014, diganti dengan nama Pelabuhan Bung Karno. Pemberian nama pelabuhan yang terletak di Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, ini sebagai kenangan akan Bung Karno, menemukan lima butir Pancasila di Ende, 1934-1938.

Tidak seperti pelabuhan laut lain, pelabuhan Bung Karno menyajikan keindahan yang tak mudah diungkap dengan kata-kata. Menyaksikan semburat sinar senja di ufuk barat, terlihat seperti gadis muda malu-malu mengintip dari balik gunung Ebulobo sana, berkasnya membias, membentuk sorotan kuning kemerahan di sisi Pulau Ende, lalu hilang merayap bersama temaram yang menggusur pergi. Keindahan ini hanya dari pelabuhan Bung Karno Ende kita bisa berdecak kagum.

Semburat senja di Pelabuhan Bung Karno Ende. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016
Semburat senja di Pelabuhan Bung Karno Ende. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016
Sementara itu, kita pun disuguhkan dengan aktivitas, sebagai mana layaknya sebuah pelabuhan penumpang dan barang. KM Wilis dan KM Awu menyinggahi pelabuhan ini. Dua kapal motor ini sudah lama melayani penumpang di NTT, NTB, Bali hingga Jawa Timur.

Kini, pelabuhan Bung Karno semakin ramai dengan kehadiran KM Mila Utama dan KM Mahkota Nusantara. Dua kapal jenis roro ini yang mengangngkut penumpang dan barang dari dan ke Surabaya ini pun sangat ramah dengan warga Kota Ende yang ingin melihat dari dalam. Lebih dari sekali saya ikut bersama warga lain yang berbondong-bondong, masuk ke dalam KM Mahkota Nusantara. Hanya sekedar melihat-lihat secara lebih dekat. Yah, namanya saja orang gunung seperti saya pasti jarang melihat kapal besar. Ini semacam obyek wisata baru. Beberapa warga asyik berselfi-ria. Saya pun senang, akhirnya bisa melihat kota Ende dari atas kapal itu.

Anak-anak berlari dan melompat berenang. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016
Anak-anak berlari dan melompat berenang. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016
Puas menikmati kota Ende dari atas KM Mahkota Nusantara, kita bisa memancing di darmaga pelabuhan ini. Saya yang tidak begitu berminat memancing, lebih senang menyaksikan anak-anak terjun dari dermaga, berlomba berenang ke tepian tanpa ada wasit, lalu berlari naik ke atas dermaga, lompat lagi dan berenang. Begitu seterusnya hingga adzan magrib berkumandang. Mereka pulang bersama senja yang perlahan menyelinap.

Dan saya pun ikut pulang. Singgah sebentar menikmati kopi Kelimutu racikan petani Desa Golulada, Kecamatan Detusoko di Pantai Ria – persis sepelemparan batu dari pelabuhan Bung Karno. Nikmatnya sangat berani. Ditemani pisang goreng gurih dan renyah. Serasa saya sedang menyentuh bibir surga.

Senja merayap pergi meninggalkan temaram. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016
Senja merayap pergi meninggalkan temaram. Foto: Roman Rendusara. Diambil: 30 Juli 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun