Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Djoe Johanis: Bukan Sekedar Mie Goreng Special

21 Oktober 2016   08:13 Diperbarui: 21 Oktober 2016   08:30 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Djoe Johanis, sejenak berdiskusi di Taman Ria Ende Flores. Foto: Roman Rendusara

Yesterday was a history. Today is a story, and tomorrow will be a mystery”. Seperti inilah kata peribahasa  asing. “Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah cerita dan besok akan menjadi sebuah misteri”. Ketiga bentuk waktu di atas adalah alur pengalaman kita manusia, yang saling berkaitan. Sejarah masa lalu menjadi dan berakibat cerita hari ini, dan esok akan menjadi misteri. Tak ada yang tahu, bagaimana setting dan alur cerita seorang manusia di hari esok. Hanya, yang pasti, sesuatu yang terjadi nanti tergantung bagaimana kita memaknai sejarah masa lalu, menentukan langkah sejak saat ini, lalu dengan tekad kuat ‘tuk menggapai asa di hari nanti.

Seperti tadi malam, di Taman Ria Ende, saya bertemu lagi dengan teman sekolah semasa SMP dulu. Delapan belas tahun kami tak pernah bertemu. Hanya bertegur sapa lewat dunia maya. Dulu, kami sekelas. Juga semeja belajar di asrama Lembah Sasa (Seminari Mataloko, Ngada, Flores) penuh asa itu. Dia orang Ende dan saya juga. Kalau bicara, logat Ende-nya ‘dapat banget’. Dia pendiam dan cool abis, tanpa melupakan ke-Ende-annya yang otentik, yakni ‘tukang jodho’ (memuji-muji sangat berlebihan) yang jago.

Sama seperti saya, nilai rapornya ‘rata net’ (standar) saja, bukan golongan yang biasa juara kelas, dan juara umum. Dalam seminar bulanan OSIS kami, ia tak acap bicara dan berdiskusi. Ia lebih memilih diam. Ia tak hebat menulis. Juga seperti saya, setiap tulisan untuk mading sekolah selalu dikusak di tong sampah ruang redaksi.

Sepak bola memang bukan hobinya. Menendang bola cenderung pakai lutut. Namun sudah ada tanda-tanda menjadi pemain voli yang hebat. Tosser yang lihai dan lincah. Setamat SMP, ia hijrah ke non calon pastor. Saya tidak heran, kemudian mendengar cerita, anak Paroki Wolonio ini, jadi dedengkot keenaman voli SMAK Ndao di masanya. Spike-nya selalu tajam dan menukik di garis serang.

Tapi, teman Yohanes Japa Ole, demikian nama lengkapnya, tetap memilih sabar. Tekun belajar. Giat bekerja. Rajin sapu dan slaber (mengepel) kamar makan setiap jadwal kerja. Tak jijik spulen (bersihkan) tempat cuci piring dan toilet. Ia tak perlu menunggu titah pembina asrama tuk menyiram taman depan kelas setiap pagi. Dan yang pasti, dia calon pastor (seminaris) yang setia dalam doa kala itu.

Ia biasa disapa Anis. Sebuah nama yang berkhasiat ketika menulis surat kores (cinta) ke anak-anak Khar-Math (penghuni asrama putri) di Mataloko. Sebagaimana bagian NB lebih panjang dan penting daripada isi suratnya. Terdapat ‘Salam ANIS’ – Andai Ngantuk Ingat Saya. Dan untuk soal surat cinta, teman Anis adalah berperan penting di belakang layar. Ia juru tulis yang setia. Dipilih karena hurufnya yang indah dan lentur, bak pinggang penari dangdut.

Itulah teman Anis. Entah lantaran tuntutan profesi, kini namanya diganti dengan Djoe. Katanya, biar lebih bernilai jual tinggi. Djoe dengan segala sejarah masa lalu, yang kuat direkam dalam layar ingatan. Bagi saya, ia telah melukiskan ‘yesterday was a history’ secara serius. Pengalaman-pengalaman semasa di Lembah Sasa itu adalah pelajaran mahal dan bermakna. Berkat keuletan, ketekunan dan kesabarannya, cerita malam tadi (today is a story) menjadi sangat bernas.

Sambil meneguk teh hangat, Djoe yakin, cerita-cerita itu adalah serpihan-serpihan pecah dan rusak, yang dikumpulkannya dengan keringat dan airmata. Ada tangis dan tawa. Terlebur dalam ngarai dan jurang harus dilalui. Kerikil dan jalan berlubang mesti ditapaki. Djoe dibentuk menjadi pribadi yang pantang menyerah. Tak kenal putus-asa. Hingga, saat ini menjadi marketer yang hebat.

Pernah suatu waktu, lewat pesan inbox, Djoe mengatakan, tantangan yang paling berat menjadi seorang marketer adalah melawan diri sendiri. Ia sadar, menjadi penjual sebuah produk, menawarkannya dari toko ke toko, dari kios ke kios dan dari orang ke orang bukanlah pekerjaan mudah – semudah mengedipkan alis mata. Pekerjaan ini banyak acap kali dianggap sinis. Terlebih saat itu di tahun 2005, ketika PNS masih menjadi profesi kebanggaan yang menaikkan status sosial. Djoe tak mundur selangkah pun. Musuh terbesar hanya dirinya sendiri. Bukan orang lain. Dan terbukti, ia melakoninya sudah lebih dari sepuluh tahun.

Kesuksesan tak dilihat dengan uang, harta dan jabatan. Bagi Djoe, kesuksesan adalah menikmati setiap proses dengan sabar. Hanya orang-orang setia yang bisa meraih sukses. Sebab, “ada tertulis, baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu,” kata Djoe mengutip kata Kitab Suci (Matius 25:21).

Di sinilah, pria kelahiran Juni 1983 itu berteguh prinsip, setitik rezeki selalu dimulai dengan setetes keringat. Makin banyak keringat yang dikucurkan, makin besar rezeki diterima. Djoe yakin, guta cavat lapidem non vi sed saepe cadendo – titik air melubangkan batu bukan dengan kekuatan tetapi jatuh setetes demi setetes. Itulah sebabnya, ia memulai dari yang terkecil, seribu dua ribu, tapi penuh gigih. Pelari marathon yang hebat selalu dimulai dari langkah pertama yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun