Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pada Suatu Hari

29 Agustus 2021   12:36 Diperbarui: 29 Agustus 2021   12:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putriku, Deogratia Quinozha Dhiru sedang membaca di atas pohon kersen. Foto: Ermelinda Sato

Bagi saya, bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende adalah tempat paling menyedihkan yang dibangun di dunia ini. Orang yang merencanakan dan membangunnya tidak punya hati, saya berpikir begitu. Saya bayangkan, betapa indahnya hidup jika tidak ada bandara ini. Tidak ada yang namanya perpisahan.

Seperti pagi itu pukul 07.00 waktu biasanya, saya melangkah, menapak anak tangga, lalu masuk ke dalam pesawat udara Citilink dengan hati teramat sedih. Selama perjalanan, di dalam pesawat, saya diam menahan kata. Haru menusuk-tusuk sekujur tubuh. Tersisa pandangan hampa yang tertuju pada bertumpuk-tumpuk awan yang mengintip di balik jendela pesawat.

"Ayah, ayah, ayah...beli tiket untuk nona juga, ya. Hati-hati, ya. Ayah naik pesawat? Naik pesawat?"

Suara kecil putriku kuat mendobrak seluruh raga. Hingga langkahku nyaris tertahan. Tak terasa airmata jatuh sangat pasrah.

Saya tahu, ia akan merasa ada yang hilang, dari sisinya. Tentang kebersamaan sebagai ayah-anak, sebagai teman bermain petak umpet, dan sebagai teman baca yang setia, akan menjadi kenangan masa kecilnya yang tak bisa diulang kembali.

Nak, saya rindu ketika menyebut "pada suatu hari....". Sebab itu mujarab bagimu, kau tiba-tiba meninggalkan semua permainanmu, datang dan memelukku dengan manja, lalu kau simak kisah cerita dongeng yang dibacakan untukmu dari Kunang-Kunang. Setiap hari dilakukan untukmu.

Nak, tiba saatnya kau akan tahu makna "pada suatu hari..." di bandara itu. Kau pasti naik pesawat. Sama seperti ayahmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun