Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pasca-Bencana, Listrik Baru Menyala di Mauponggo, NTT

16 April 2021   07:56 Diperbarui: 16 April 2021   08:43 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Paulundu, Desa Jawapogo, di Mauponggo, Nagekeo saat membersihkan batang pohon dan rantai yang tumbang di jalan raya. Foto: Pos Kupang.com

Bencana alam yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT)  yang berpuncak pada Minggu (4/4/2021) lalu bukan hanya mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor. Siklon Seroja juga menyebabkan angin kencang. Dampaknya pepohonan dan tanaman pertanian warga diterjang badai.

Infrastruktur jalan dan listrik tak terkecuali. Pohon yang tumbang menindih tiang-tiang listrik. Gardu-gardu rusak ditendes pohon besar.

Hal ini terlihat di sepanjang jalan di Kecamatan Boawae menuju Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. Beberapa pohon cengkeh dan kemiri tumbang. Jati dan mahoni roboh dan tertidur pasrah di badan jalan raya itu.

Akses jalan sudah bisa dilalui kendaraan. Warga bersama aparat daerah setempat saling membahu, memotong dan menyingkirkan batang-batang pohon ke tepi jalan.

Sarana listrik seperti tiang dan gardu sedang diperbaiki. Pihak perusahan plat merah itu terus giat berupaya membenahi gardu yang rusak. Mereka membenahi kabel arus yang putus.

Atas kerja keras itu, warga Kecamatan Mauponggo menikmati cahayanya pada Rabu (14/4) pukul 23.00 Wita. Meski demikian, warga tetap merasa kuatir. Pemadaman mungkin dilakukan lagi, sebab perbaikan belum tuntas.

Terutama bagi warga yang sedang menjalankan ibadah puasa, sahur dan berbuka di tengah suasana gelap benar-benar tak nyaman. Sholat mungkin tak khusuk lagi. Sebab, deru generator berbatuk-batuk di samping masjid.

Sebelumnya, lembaga keuangan yang berada di Mauponggo tidak melakukan pelayanan keuangan secara optimal. Manajer Koperasi Kredit Kenisa Dorotheus Dhae Teku mengatakan, sejak bencana melanda dan kendala gangguan, pelayanan keuangan menggunakan genset.

“Pulsa listrik untuk kantor sebulan 100-200 ribu rupiah. Dengan genset, sehari habiskan bensin 50 ribu rupiah,” kata Dorotheus. Artinya, telah 9 hari listrik padam, sudah menelan biaya 450 ribu rupiah.

Lanjutnya, infrastruktur listrik yang belum pulih turut menyebabkan jaringan komunikasi terganggu. Sinyal telepon tak muncul setongkat pun. Internet sulit diakses. “No internet connection” datang bak tamu tak diundang di layar telepon genggam dan laptop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun