Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

NTT Menatap Asa Pariwisata, Menabur Derita Masa Depan

2 Oktober 2020   14:23 Diperbarui: 4 Oktober 2020   07:41 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para murid SMP Negeri 6 Amarasi Timur, Satap Kuanneke, Desa Oebesi, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sedang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah mereka yang reot mirip kandang ayam (Foto: KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE)

Kemarin (1/10), Joko Widodo berkunjung ke Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kunjungan Presiden RI ini dalam rangka melihat lebih dekat pembangunan proyek APBN Tahun 2020 di Labuan Bajo yang merupakan proyek super premium.

Tiga minggu yang lalu, (10/9), Menteri Kooordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga mengunjungi Labuan. Keduanya memantau proyek prioritas di kawasan pariwisata premium.

Bahkan dalam satu bulan, ada kunjungan beberapa 'orang besar' di kota kecil, ujung barat Pulau Flores ini. Tidak lain, karena komitmen sekaligus keberpihakan yang tinggi pemerintah pusat terhadap nasih NTT umumnya.

Namun tidak bisa disangkal, tatkala pusat sangat gencar memperhatikan NTT terutama di Labuan Bajo dengan membangun sarana penunjang sektor pariwisata berkelas premium, hal-hal lain mesti juga disentuh (diperhatikan), minimal oleh pemerintah daerah.

Pelajar SDN Glak, di Kabupaten Sikka, NTT sedang belajsr di teras sekolah karena kekurangan ruang kelas. (Liputan6.com/Ola Keda
Pelajar SDN Glak, di Kabupaten Sikka, NTT sedang belajsr di teras sekolah karena kekurangan ruang kelas. (Liputan6.com/Ola Keda
Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2019, angka kemiskinan mencapai 20,62 persen atau lebih dari dua kali lipat angka rata-rata kemiskinan nasional sebesar 9,22 persen. Lalu pada Maret 2020 sudah menginjak 20,90%.

Hal ini menempatkan NTT sebagai provinsi termiskin ketiga setelah Papua dan Papua Barat. NTT tidak lebih baik dari provinsi baru seumur jagung Gorontalo.

Sementara indikator pengeluaran rata-rata per kapita sebulan di NTT sebesar 57,21% untuk pangan dan 42,79%  untuk non-pangan, dengan rata-rata sebulan Rp 750.692,48.

Pengeluaran non-pangan paling tinggi disumbangkan oleh perumahan dan fasilitas rumah tangga (53,00%), aneka barang dan jasa (13,60%), dan pendidikan dan kesehatan tingkat 4,00% dan 6,82% dari total pengeluaran non pangan.

Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan menurut Kelompok Makanan dan bukan Makanan. Diolah dari BPS NTT
Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan menurut Kelompok Makanan dan bukan Makanan. Diolah dari BPS NTT
Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan yang kecil turut menempatkan NTT dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah ketiga di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat.

IPM NTT pada 2019 adalah 65,23 atau jauh di bawah IPM nasional, yakni 71,92. IPM dibentuk dari penilaian terhadap tiga dimensi, yakni pendidikan, kesehatan, dan standar hidup layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun