Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan Kondisi SD KJ Lokamere di Ngada Flores

6 Maret 2018   11:44 Diperbarui: 8 Maret 2018   07:18 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswa sedang bermain sepak bola di halaman sekolah. Foto: Urbanus H A No

Panas begitu memuncak meski sekarang sedang musim hujan. Didihnya surya ini tidak memudarkan kegembiraan dan semangat para murid Sekolah Dasar Kelas Jauh (KJ) Lokamere yang terletak di Desa Nabalena, Kecamatan Bajawa Utara, Ngada, Flores NTT. Mereka tetap berlarian mengejar si kulit bundar, lalu mengumpan kepada rekan dan mendendang ke gawang di atas lapangan tanah depan sekolah.

Serentak mereka berhenti dan menyapa seirama paduan suara, "Selamat siang, Pak", ketika melihat kehadiran penulis. Lalu mereka melanjutkan permainan sepak bola itu.

Bermain sepak bola mini merupakan salah satu cara mereka meluapkan kegembiraan saat waktu "bersenang" (istrahat). Bola plastik adalah pilihan yang paling murah. Hanya dengan kaki telanjang. Tiada kostum, seragam sekolah pun jadi.

Sebagian siswa dalam ruangan kelas. Foto: Urbanus H A No
Sebagian siswa dalam ruangan kelas. Foto: Urbanus H A No
"Ini belum waktunya istirahat. Tetapi kami terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar karena takut akan ada dahan-dahan pohon di belakang sekolah yang bisa jatuh menimpa kelas ini. Saat ini angin lagi besar dan ruangan kelas kami tidak terlalu menjamin untuk keselamatan anak-anak," kata Pak Maksi, salah seorang guru.

"Kami kadang takut karena sewaktu-waktu bangunan ini bisa rubuh karena sebagian dinding dan atap sudah lapuk", tambah Ketua Pelaksana Sekolah Tarsisius Rema.

Papan nama sekolah. Foto: Urbanus H A No
Papan nama sekolah. Foto: Urbanus H A No
Sejenak melihat gedung SD KJ Lokamere sungguh jauh dari kata layak. Sangat memprihatinkan. Bangunan tiga ruangan itu berdinding bambu. Juga beratap bambu. Setiap ruangan kelas tanpa pintu. Dilengkapi papan tulis. Kondisi dinding dan atap sudah rapuh.

Sekolah Dasar KJ Lokamere berdiri sejak tahun 2015 atas spirit keswadayaan masyarakat Desa Nabalena. Sepeser-dua peser rupiah dikumpulkan. Pertama-tama untuk membeli sehektar tanah. "Harga tanah Rp140 juta", kata Ketua Pelaksana Sekolah. Sementara bahan -- bahan bangunan berasal dari bahan lokal masyarakat setempat. "Meski dalam keterbatasan, kami tetap bersyukur", lanjutnya.

Jalang masuk menuju sekolah sepanjang 2 km. Foto: Urbanus H A No
Jalang masuk menuju sekolah sepanjang 2 km. Foto: Urbanus H A No
Tiga ruangan SD KJ Lokamere kini menampung 50 siswa. Terdiri dari 11 orang murid kelas I. Murid kelas II 12 orang dan kelas III 22 orang. Siswa-siswa ini dididik oleh tiga (3) orang guru PNS, seorang guru honorer yang tidak digaji (sukarela) dan seorang kepala pelaksana. Kantor sekolah masih menggunakan rumah salah seorang guru.

 Kondisi SD KJ Lokamere ini pun dikeluhkan Ketua Komite Primus F Jodo. Ia menceritakan bahwa hingga saat ini, mereka sedang berusaha untuk membangun jalan masuk menuju sekolah yang masih setapak, sembari mengupayakan pembangunan gedung yang layak dan aman. "Kami berharap pemerintah dan pihak swasta bisa membantu kami. Tidak ada permasalahan lagi terkait tanah dan izin operasional sekolah ini," katanya. (Urbanus H.A No).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun