Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Harus Ada Surat dari Ahok Menjelang Pilgub NTT

22 Desember 2017   11:08 Diperbarui: 29 Agustus 2020   08:35 3894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isi surat dari Ahok. Istimewa

Bersamaan dengan HUT Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ke-59 kemarin, Rabu (20/12), salah satu paket bakal calon (balon) Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2018 - 2023 dalam pemilihan kepala daerah 2018 mendeklarasikan diri di hadapan ribuan pendukung dan simpatisan. Pasangan ini didukung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Golongan Karya (Golkar) dan Hati Nurani Rakyat (Hanura). Mereka adalah Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) sebagai calon gubernur dan Josef Nae Soi calon wakil gubernur.

Hemat saya pasangan ini merupakan paket "pulang kampung". VBL adalah politisi Partai Nasdem. Ia saat ini aktif sebagai anggota DPR RI, berasal dari daerah pemilihan (dapil) 2 NTT. Sedangkan JNS merupakan politisi senior Partai Golkar. Ia pernah menjabat anggota DPR RI selama dua periode sejak 2004 hingga 2014, berasal dari dapil 1 NTT.

Acara deklarasi dimeriahkan oleh penampilan Dewi Persik, penyanyi dangdut yang terkenal dengan "goyang gergaji"-nya dan pelantun lagu "Terima Kasih", lagu kemenangan The Voice Indonesia 2016, Mario G. Klau.

Sebelum cagub VBL menyampaikan pidato politik yang membakar semangat massa pendukung, adik kandung mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Leti Inda Purnama, didaulat membacakan surat yang ditulis dengan tinta emas oleh Ahok dari balik bilik penjara Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jakarta.

Massa dihipnotis menjadi hening saat mendengar cerita Leti. "Sejak Pak Ahok divonis oleh majelis hakim 2 tahun penjara, Pak Josef dan keluarga selalu bersama kami. Mereka sudah kami anggap keluarga sendiri. Karena itu, saya ada di panggung deklarasi ini untuk membacakan surat dari Pak Ahok untuk Pak Josef juga Pak Viktor, yang akan menjadi pemimpin di NTT."

Begini isi surat Ahok, kata Leti, "Terima kasih atas dukunganya selama ini kepada saya dan keluarga saya. Semoga selalu sehat dan berada dalam sukacita dan damai sejahtera, yang melampaui segala akhlak. Dan, Tuhan Yesus senantiasa menyertai seluruh aspek dalam hidup kita semua. Semoga sukses dipakai Tuhan untuk menjadi berkah bagi Provinsi NTT. Wujudkalah keadilan sosial untuk NTT. Bantulah yang miskin dan yang membutuhkan agar mereka melihat kasih Tuhan dalam diri bapak sebagai pribadi maupun pejabat. Tuhan memberkati rencana bapak untuk memimpin NTT. Salam. Ahok." Surat itu ditulis di Mako Brimob, tertanggal Senin 18 Desember 2017.

Suasana nampak haru, beberapa meneriakan dukungan kepada Pak Ahok dan meminta untuk datang ke Kupang NTT. Emosi massa pendukung ini menyentil saya untuk bertanya lebih menukik, mengapa mesti ada surat Ahok? Ditulis dengan tinta emas pula, hanya demi sekadar meraup suara dan merebut kursi NTT 1.

Mengapa paket VBL - JNS tidak membaca saja salah satu pasal, atau ayat, dan atau perikop tertentu dari Kitab Suci (Alkitab) yang menjadi keyakinan mereka. Apakah surat dari Ahok lebih "mujarab" dari ayat-ayat (pesan-pesan) suci Alkitab. Sedemikian hebatkah Ahok, sampai-sampai surat tulisan tangannya dari bilik penjara yang pengap lebih dimaknai ketimbang sabda Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Toh, isinya sama, substansinya tidak beda dengan pesan Yesus, tentang cinta kasih, dan tentang membantu yang miskin.

Sampai di sini, hemat saya, kita sedang mendidik masyarakat tentang politik kepura-puraan. Saya memang mengagumi karya-karya Pak Ahok ketika memimpin DKI Jakarta, sebagaimana saya juga mendukung program-program Pak Jokowi yang pro rakyat. Namun, ketika sosok dan sepak terjang Pak Ahok "dibawa-bawa" ke dalam pilkada NTT, bukankah kita sedang membangun kemunafikan dibalik topeng sosok orang lain bernama Pak Ahok, biar masyarakat berilusi ria bahwa JNS sama dengan Ahok, dan NTT kemudian disulap seperti DKI Jakarta ketika dipimpin Pak Ahok.

Kita cenderung membangun citra diri dengan sosok orang lain, dengan karya tokoh lain, dengan sejumlah prestasi orang lain yang terkenal di masyarakat. Saat bersamaan, kita lupa, kita sedang mempertontonkan citra diri kita yang lemah, rapuh, dan tak berprestasi. Kita sedang menampilkan politik kepura-puraan, kemunafikan yang bodoh.

Saya tidak mencurigai, bahwa tiga paket lainnya akan berpolitik dengan cara yang sama; dengan "mengojek" sosok/pribadi terhebat/tertentu. Misalnya; pasangan Benny K Harman (BKH) dan Benny Litelnoni yang didukung Partai Demokrat menggandeng SBY, ketua umum Demokrat dan mantan presiden 2 periode. Pasangan Marianus Sae dan Emi Nomleni yang didukung PDIP dan PKB mungkin akan mengajak Presiden Jokowi ikut berkampanye di NTT, sambil melihat infastruktur, lalu berswa-foto di Bukit Cinta (Km 17 arah Barat Ende) untuk masuk vlog, lumayan 'kan turut mempromosikan keindahan Flores.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun