Mohon tunggu...
romadhona diah
romadhona diah Mohon Tunggu... Guru - pencinta alam

Menulis itu bagaikan mengukir pada batu prasasti versi soft file.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kerinduku di Kota Padang

23 Desember 2017   20:01 Diperbarui: 23 Desember 2017   20:38 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua puluh delapan tahun sudah kutinggalkan kota tercinta itu. Keinginan untuk berkunjung ke sana ,mengenang tempat-tempat yang pernah kusinggahi serta bertemu sahabat kecilku akan segera terwujud.


Teman-teman SMP 7 Padang angkatan 87 bermaksud mengadakan reuni. Jujur saja semula aku ragu untuk hadir dalam reuni tersebut. Keraguanku karena aku  bergabung sebagai siswa SMP 7 Padang saat di kelas 3 saja. Aku sebagai 'new comer' saat itu belum banyak mengenal semua teman-temanku. Aku banyak lupa. Aku tidak punya banyak kenangan untuk berbagi cerita. Aku akan merasa sendirian dalam beberapa hari dan beberapa alasan yang membuatku ragu.

Namun bayangan kota itu, wajah sahabatku serta rundown perjalanan yang dibuat oleh panitia  dengan jadwal perjalanan Padang -Bukiktinggi- Payakumbuah begitu kuat menari-nari di benakku. Melihat bukit barisan lagi, pantainya, tebing-tebing yang berdinding 90 derajat menguatkan langkahku untuk ikut dalam pertemuan itu.


Setibanya di bandara Minang Kabau, kekhawatiranku akan merasa sendirian saat di sana tidak terbukti. Kawan-kawanku ternyata begitu perhatian, aku dijemputnya di bandara . kebetulan mereka juga menjemput salah seorang teman yang datang dari Jakarta juga. 

Totok, teman kecilku di kelas 3, aku hampir tidak mengenalinya. Dengan memberitahu ciri-cirinya serta pakaian yang dikenakannya, dia melambaikan tangannya dari jauh. Diahhh teriaknya. 

Aku begitu menikmati perjalanan menuju Padang. Bukit Barisan yang memang benar-benar berbaris serasa menyambutku. Indaaah sekali. Rinduuuu sekali. Aku akan selalu merindukannya.

Bersyukur sekali aku pernah menjadi bagian dari mereka 28 tahun yang lalu. Jujur saja aku  merasa minder jika kumpul-kumpul dan berbagi cerita lama karena memang aku tidak punya banyak cerita bersama mereka apalagi aku yang beda suku sendiri, dengan bahasa Minangku yang pas-pasan. Ondeehh...Maak!


Setibanya di Padang, kami berkumpul di posko  yang letaknya di jalan S. Parman depan makam Pahlawan milik salah satu kawan kami. Namonyo kafe Viki. posko favorit tampek kawan-kawan bakumpua.

Sebenarnya itu nama yang asing bagiku. Aku belum pernah kenal dengannya. Jangankan beda kelas, 1 kelas pun aku hampir lupa semua. Hadew !

Kamipun  sampai di posko kafe Viki. Ibarat  tamu, selayaknya permisi dulu dong sama tuan rumahnya. diam-diam kucari tahu mana ya orangnya?,  mana sih yang namanya Viki? Belum nampak juga. Akhirnya aku makan saja apa yang ada di meja tanpa permisi lagi. Kawan-kawanku banyak menyediakan makanan di sana. Semuanya adalah makanan yang pernah kutemui  28 tahun yang lalu  ketika aku masih sekolah di padang. Akhirnya pilihanku jatuh sama mie goreng padang. Enaakk banget. nyam...nyam...

Masih belum ketemu juga sama yang punya kafe. he..he...padahal perut lah kanyang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun