Mohon tunggu...
Rolando Agustian
Rolando Agustian Mohon Tunggu... -

Seorang dokter muda yang hobi beropini dan berakrobat dengan kata dan aksara

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Brigadir Petrus, Skizofrenia atau Pura-pura?

29 Februari 2016   12:44 Diperbarui: 29 Februari 2016   18:53 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

E. Tidak di bawah pengaruh obat-obatan atau zat terlarang

F. Tidak menderita Autistic Spectrum Disorder

Jika kita menganalisa kasus yang telah dipaparkan di atas dengan menggunakan panduan diagnosis dari DSM-V, diagnosis penyakit yang diderita oleh Brigadir Petrus memang mengarah ke skizofrenia. Kriteria A terpenuhi karena sudah jelas terdapat 3 dari 4 gejala utama, yaitu:

1. Adanya delusi atau waham. Waham diartikan sebagai perasaan atau kepercayaan yang salah akan sesuatu yang memang tidak terjadi atau tidak masuk di akal. Dalam kasus ini terduga penderita menderita waham dikendalikan, suatu subgrup dari waham paranoid, di mana pada waham ini terdapat keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh suatu entitas dari luar.

2. Adanya halusinasi. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi palsu akan sesuatu yang tidak ada. Terduga penderita mempersepsi adanya suara “bisikan dari Tuhan” yang sebenarnya tidak ada dalam realita.

3. Perilaku dan cara bicara yang kacau. Pada kasus ini yang sangat prominen muncul adalah cara bicara terduga penderita yang kacau. Penderita skizofrenia biasanya mengalami inkoherensi (ide antar pembicaraan tidak nyambung dan melompat-lompat) serta neologisme (pembentukan kata-kata baru yang tidak dimengerti oleh orang sekitarnya).

Gejala negatif pada kriteria A tidak jelas keberadaannya pada terduga penderita karena ketidaklengkapan data. Gejala negatif adalah pola perilaku yang cenderung diam, tidak peduli dengan lingkungan, dan tidak ada semangat untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Seberapa lama gejala pada kriteria A ini sudah dialami oleh Brigadir Petrus juga masih belum jelas, apakah sudah mencapai 1 bulan atau belum, sehingga tidak dapat dipastikan apakah kriteria A sudah terpenuhi atau tidak.

Untuk kriteria selanjutnya, kriteria B, sudah terpenuhi karena gejala yang diderita sudah menyebabkan gangguan sosial dan okupasi. Kriteria C masih belum jelas terpenuhi atau tidak, namun diduga penyakit sudah berlangsung bertahun-tahun, ditilik dari penyataan bahwa terduga penderita pernah mengalami episode serangan yang sama pada usia 4 tahun, di mana serangan didominasi oleh halusinasi. Untuk kriteria D, E, dan F, perlu data hasil pemeriksaan yang lebih lanjut, mengenai apakah terduga penderita mengalami gangguan mood (depresi atau manik), menggunakan obat-obatan atau zat terlarang atau menderita autis pada masa kanak-kanak.

Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa diagnosis memang mengarah ke skizofrenia. Namun perlu dipertimbangkan diagnosis lain seperti gangguan psikotik sekunder akibat kondisi medis umum atau penggunaan zat terlarang, gangguan skizofreniform atau gangguan psikotik singkat (ditinjau dari durasi waktu penyakit yang lebih singkat dari skizofrenia), gangguan skizoafektif (jika ternyata disertai dengan gangguan mood depresi atau manik) atau bahkan sekedar kepura-puraan untuk menghindari hukuman (malingering).

Yang menarik dari beberapa diagnosis lain di atas adalah bagaimana membedakan gangguan kejiwaan sungguhan seperti skizofrenia dan gangguan kejiwaan pura-pura belaka atau yang sering dikenal dengan istilah malingering. Kecurigaan bahwa seseorang akan melakukan malingering harus timbul jika terdapat keuntungan yang bisa diperoleh (seperti terbebas dari hukuman) dari peran sakit yang didapat setelah berhasil melakukan malingering. Dalam kasus ini, terang saja kecurigaan itu otomatis muncul. Namun, mengingat episode serangan yang sama pernah ada di saat terduga penderita berusia 4 tahun, kecil kemungkinan episode yang saat ini merupakan kepura-puraan belaka.

Dua gejala utama skizofrenia (delusi dan halusinasi) cenderung dapat menjadi pembeda yang jelas antara skizofrenia dan malingering. Pada penderita yang berpura-pura, umumnya akan menyatakan bahwa ia mendengar suara halusinasi yang sayup-sayup, memerintahkan dia untuk melakukan sesuatu dengan bahasa yang teramat kaku dan formal (seperti: bunuh anakmu!), serta selalu menuruti setiap perintah dan tidak berusaha melawan. Hal ini berlawanan dengan penderita skizofrenia sungguhan yang cenderung mendengar halusinasinya dalam bahasa awam sehari-hari dan berusaha melawan halusinasinya dengan melakukan aktivitas lain untuk menekan suara-suara yang mengganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun