Mohon tunggu...
Roisul
Roisul Mohon Tunggu... Guru - Kunjungi tulisan saya yang lain di roisulhaq.blogspot.com saat ini sedang menjadi Guru demi mendidik, mencerdaskan anak bangsa.

Menulis tak harus menunggu galau~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mapel Agama dan PPKn Mau Dilebur. Nggak Matching Mas Nadiem!

23 Juni 2020   10:09 Diperbarui: 23 Juni 2020   10:01 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Mendikbud/dialeksis.com

Munculnya isu mengenai peleburan mata pelajaran agama dengan mata pelajaran PPKN berawal dari salinan rancangan penyederhanaan kurikulum, yang akan berlaku di masa New Normal Pendidikan di masa pandemi covid-19. 

Kondisi yang tidak memungkinkan melakukan pembelajaran secara langsung, dimungkinkan standart kurikulum tidak terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk menyederhanakan kurikulum.

Mapel agama memiliki spektrum yang luas bahkan bahasannya tidak ideal dilakukan hanya dalam satu semester. Kita ambil contoh materi sejarah kejayaan islam yang diajarakan pada kelas 12 memuat beberapa masa kepemimpinan serta perang-perang yang dilalui. Jika ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam 4x pertemuan tidak cukup untuk dapat mencakup semua  materinya. Bagaimana jika digabung dengan mapel PPKN? Jelas ini tidak relevan sama sekali.

Menyederhanakan Kurikulum dengan Mengurangi KD

Mas Menteri, lebih baik Kompetensi Dasar (KD) yang disederhanakan. yang awalnya 10 dijadikan 5, saya yakin guru sudah berpengalaman soal menyederhakan hal ini, saya yakini juga guru juga sering melakukan ini jika dirasa KD tak dapat tersampaikan semua. Biasanya disampaikan point-point pentingnya saja tanpa perlu mengurangi penyampaian dari masing-masing KD.

Kita umpamakan setiap mapel adalah menu makanan. Guru adalah Chefnya sedang siswa adalah pelanggan yang akan memakan variasi menu dari chefnya. Setiap hari pelanggan akan menikmati berbagai macam makanan dari orang yang berbeda-beda, karena keterbatasan waktu, pemilik resto ingin menyederhanakan menu yang ada. Jika setiap harinya ada 3-4 menu pemilik resto lebih baik mencampur menu yang hampir sama atau mengurangi variasi menu?

Mengurangi variasi menu dalam satu hari, hal ini lebih baik dibanding mencampur satu menu dengan menu yang lain, misalkan mapel agama kita ibaratkan dengan pangsit dan PPKN kita ibaratkan dengan mie ayam. Dengan mencampur pangsit dan mie ayam akan otomatis mebuat bingun pelanggan. Dari segi toping dan isi dari menu isi tidak sama walaupun sama-sama mienya. Chef yang sudah punya menu andalan juga akan keberatan jika makanan yang dibaut dicampur dengan makanan yang lain. 

Mengurangi menu yang saya maksud adalah mengurangi bobot kompetensi dari masing-masing mapel tanpa harus mengapus atau menggabungkan dengan mapel yang lain. Tanpa harus menggabungkan dengan mapel yang lain, artinya tidak semua materi harus tersampaikan.

2 Guru dalam satu Mapel?

Terlebih lagi yang perlu dipikirkan adalah bagaimana pengaturan guru pengajarnya. Jika memang jadi digabung guru mapel agama tidak punya jam untuk mengajar, atau kemudian 2 guru mengajar satu kelas. Hal seperti ini perlu dicarikan solusinya karena jangan sampai membuat kebijakan baru sekaligus membuat pengangguran baru. Mau membuat simpel jutru malah membuat orang lain rugi.

Memaknai kalimat Menyederhakan bukan soal merubah dari yang banyak menjadi sedikit, dari yang bercabang-cabang menjadi satu atau dua cabang. Karena bukan hanya pencapaian kompetensi yang ditekankkan melainkan juga tersampainya semua kompetensi walaupun hanya sedikit.

Jika kita ingin mengadopsi sistem pendidikan Finlandia yang hanya 4-5 jam saja, apakah sudah siap tenaga pendidiknya padahal perguruan tinggi masih mencetak lulusan-lulusan mata pelajaran yang dianggap "tidak penting" lagi sekarang. Mau dikemanakan lulusan jurusan yang tadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun