Mohon tunggu...
Roikan
Roikan Mohon Tunggu... Ilustrator - Kartunis yang Belajar Gaya Hidup Ilmiah

Kartunis yang mendalami Antropologi Media dan Budaya Kreatif. Alamat cangkruk warkop ada di https://www.roikansoekartun.com

Selanjutnya

Tutup

Segar

Lari Sejenak dari Kepenatan Hidup bersama Mandiri Jogja Marathon 2019

20 Mei 2019   22:53 Diperbarui: 20 Mei 2019   23:52 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jogja Selalu Istimewa (Dokumentasi Pribadi)

Ada tiga olahraga yang menurut Saya menyehatkan namun murah meriah: renang, jalan kaki dan lari. Renang tidak harus menunggu kesempatan menginap di hotel. Ada kelas renang kelas kolam merakyat. Lebih murah dan semua badan bergerak. Jalan kaki aktivitas yang tidak disadari sedang melakukan olahraga. 

Terakhir lari, olahraga yang bagi Saya sangat menguras tenaga. Karena dasarnya suka jalan kaki dan berenang giliran lari langsung siap-siap bendera putih. Setiap tahun saya mengikuti acara napak tilas peringatan Hari Pahlawan dalam bentuk Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya, jalan kaki semalaman sejauh 56 km. Rekor berlari saya ketika ujian praktek olahraga kelas 12 SMA. 

Saat itu ditantang berlari mengitari lapangan stadion Sepak Bola Surajaya Lamongan. Saya bisa melampaui putaran rata-rata teman sekelas, tapi tak lama kemudian anemia kambuh dan terkapar di pinggir kereta. Beruntung ada tetangga yang melihat dan rela mengantar saya kembali ke sekolah.


Animo masyarakat pada olahraga lari tidak seantusias hari ini. Dulu saat tinggal di kampung jika pada pagi buta ada yang berlari, siang berjaket sambil lari dipastikan mereka adalah pemuda desa yang akan mengikuti tes masuk militer. Entah menjadi calon polisi atau TNI dengan beragam strata tujuan. Ada pula lari secara seremonial untuk memperingati momem hari besar tertentu, meskipun kebanyakan lebih pada jalan sehat atau sepeda santai.

Hari ini lari telah menjadi bagian dari gaya hidup sehat sebagian masyarakat.  Ada pula olahraga yang membutuhkan fisik super prima: lari-sepeda-renang. Perlu perjuangan keras, jiwa dan raga.

Lari saat ini mempunyai kedudukan yang setara dengan bersepeda. Olahraga sekaligus rekreasi. Dulu ada gerakan Bike to Work (B2W) berangkat ngantor dengan gowes. Belum ada Run to Work (R2W) jika adapun mungkin kelelahan sesampai di kantor. Berbicara tentang animo terhadap olahraga lari tidak melulu didominasi oleh para atlet. Semua bisa berlari, mulai dari generasi Forest Gump sampai generasi milenial. Bahkan lari malam hari secara berkelompok dengan atribut kelap kelip makin digemari orang kota. Lari dapat menjadi media bergabung dengan komunitas sehobi. Badan sehat persaudaraan bertambah.

Jogjakarta sebagai kota yang menjadi tempat belajar dan berkarya anak bangsa dari penjuru nusantara, turut mendukung bagi yang suka lari. Lari dari mana? Tentunya tidak lari dari kenyataan atau lari dari kenangan. Bagi yang pernah tinggal beberapa lama di kota pelajar pasti ada kalanya rindu dengan kota ini. Keramahan masyarakat, kuliner, kesenian, cagar budaya, wisata alam sampai keraton. Lain lagi buat yang pernah menuntut ilmu di Jogja. Ada ragam seperti kampus, kos, teman kos, burjo kuliner ala anak kos sampai interaksi dengan warga akan selalu terkenang.

Mandiri Jogja Marathon adalah salah satu even yang memanjakan para penghobi atau penggemar lari. Kompetisi Mandiri Jogja Marathon merupakan lomba lari marathon dengan skala tidak hanya untuk masyarakat Jogja, tapi skala internasional. Ribuan peserta lintas negara dan lintas benua ikut meramaikan lomba marathon yang mempunyai jalur unik ini. Terbagi dalam kategori Full Marathon, Half Marathon, 10K, dan 5K. Peserta pemula lebih mendominasi lari 10K dan 5K.

Biasanya lari maraton melintasi kawasan perkotaan dengan pemandangan yang itu-itu saja.  Lain dengan Mandiri Jogja Marathon melintasi 13 desa, 2 candi dan satu monumen. Berlari sekaligus berwisata dapat menjadi sarana refreshing dari aktivitas dan lari sejenak dari beban hidup. Lari sejenak dari kenyataan. Harapannya setelah lomba selesai peserta dapat kembali pada aktivitas hariannya dengan sehat, ceria dan makin produktif.

Lomba marathon yang tidak hanya berlari tapi turut blusukan melintasi 13 desa melihat bagaimana kondisi desa terkini bahkan berinteraksi dengan warga yang menonton. Jogja yang ramah dapat dibuktikan saat peserta melintasi jalan perkampungan maupun persawahan.

Bukti kebudayaan masa kerajaan Hindu-Budha dapat disaksikan secara dekat selama berlari. Ada kompleks  Candi Prambanan  dan Candi Plaosan. Keduanya adalah bangunan hasil budaya adiluhung peninggalan masa lampau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun