Mohon tunggu...
Rohmi Ardiansah
Rohmi Ardiansah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiwa universitas jambi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benar Belum Tentu Bijaksana

21 Februari 2023   22:28 Diperbarui: 21 Februari 2023   22:49 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apakah anda belum tau arti dari kebijaksanaan kendati sering mendengar kata tersebut ditulis maupun diucapkan?

Dengan ringkas dan indah, Dr. Fahruddin Faiz mengungkap arti dari kebijaksanaan saat sedang 'bertamu' dalam podcast Endgame milik Gita Wirjawan, Mantan Menteri Perdagangan RI.

Dalam video Youtube berjudul "Akal Budi Tidak untuk Disia-siakan", diungkap oleh D. Fahruddin Faiz, beliua menyampaikan:

kebijaksanaan itu melampaui sekedar kebenaran. Jadi bijaksana itu ngerti cara menggunakan dan mengaplikasikan kebenaran secara pas, tepat. Jadi misalnya dalam banyak omen kadang-kadang ini kalau saya sampaikan apa adanya, malah nambah masalah, meskipun saya tahu ini benar. 

Demi bijaksananya, saya sampaikan pakai simbol-simbol saja, ini namanya bijaksana. Kalau kamu saya tegur langsung, teguranku mungkin benar, tapi bisa jadi kamu tersinggung terus malah nggak jadi apa-apa dan nambah masalah. Nah saya pakai cara menegurnya, biar kamu tidak tersinggung, ini bijaksana, dan filsafat cinta yang semacam ini. Jadi tidak sekedar berhenti di kebenaran tapi masuk ke ranah kebijaksanaan. 

Mengerti strategi, mengerti retorika, mengerti jalan yang halus, yang pas, yang cocok, yang manfaat, karena kebenaran kalau kendaraannya tidak benar malah jadi masalah. Ini namanya tidak bijaksana. Ada kalimat bagus lagi dari Imam Ghazali yang saya ingat, "Orang melakukan kebenaran tapi jalannya tidak benar, itu seperti orang mencuci dengan air kencing."

Mencucinya kan bagus, tapi karena pakai air kencing jadi tidak bersih, jadinya cuma tambah kotor dan tambah najis. - Whitewashing. - Makanya kebenaran harus kita gunakan kita jalankan dengan jalan yang baik yang benar. Ini kalau bahasa filsafat: kebijaksanaan tadi, cinta pada kebenaran yang tepat. Orang-orang Sophist tadi yang berargumentasi dengan logika itu benar pakai akal argumentatif, tapi dia tidak bijaksana karena hanya untuk kepentingannya sendiri, egoismenya sendiri. 

Nah ini namanya tidak bijaksana. Nanti dalam banyak kasus banyak itu orang yang menegakkan kebenaran dan membela kebenaran, tapi terus tambah masalah baru, karena tidak bijaksana tadi. Melakukan kebenaran dengan jalan yang nggak benar. - Iya. Itu sering jadi masalah. Ingin memberantas sesuatu yang buruk, tapi dengan cara yang buruk, itu sama saja percuma.

Jadi, itulah mengapa kebijaksanaan melampaui kebenaran.

 Dr. Fahruddin Faiz adalah dosen dan wakil dekan di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penerima Short-Course on Research-Management, NTU Singapura (2006) dan Short-Course on Islamic-Philosophy, ICIS (International center for Islamic Studies), Qom, Iran (2007) ini juga merupakan seorang penulis yang cukup aktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun