Mohon tunggu...
Rohmawati Z
Rohmawati Z Mohon Tunggu... Guru - .

Keluargaku duniaku ❤

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Bunuh Diri" Tak Selamanya Buruk

15 April 2018   09:59 Diperbarui: 15 April 2018   10:14 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bunuh diri (sumber: okezone.com)

Apa yang anda pikirkan ketika membaca judul ini? Heran? Tak sependapat? Mungkin banyak sekali kontra. Untuk itu baca artikel ini hingga selesai agar tidak terjadi kesalah pahaman.

Adalah suatu hal yang wajar jika setiap manusia memiliki masalah. Antara satu dengan yang lain memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Tidak ada manusia di dunia ini yang bebas dari suatu permasalahan hidup. Akan ada saatnya dimana manusia berada pada titik puncak dimana ia merasa memiliki banyak masalah yang sulit untuk diselesaikan. Karenanya, banyak pula yang memilih jalan pintas ketika berada pada posisi tersebut yaitu dengan cara mengakhiri kehidupannya. Karena merasa dengan dilakukannya hal tersebut, semua masalah tak perlu lagi ia selesaikan.

Namun, apakah setiap kita berada pada posisi tersebut hanya ada satu pilihan? Jawabannya jelas tidak. Ada dua pilihan yaitu terus melangkah atau berhenti. Mereka yang berhenti adalah orang yang tidak percaya diri "bunuh diri itu hanya untuk orang yang tidak percaya diri, dan jangan pernah merasa tidak percaya diri". Begitulah kiranya jika dilan yang berpendapat.

Dalam islam terdapat suatu kisah tentang seseorang yang mendapat masalah bertubi-tubi dalam hidupnya. Ialah Nabi Ayub as yang mendapat banyak cobaan dalam hidupnya namun tak pernah memilih untuk berhenti, Nabi Ayub terus melangkah dengan keyakinan dan kesabarannya.

Mungkin akan muncul argumen  "tapi beliau adalah nabi, berbeda dengan kita yang hanya manusia biasa" lalu apa masalahnya? Bukankah kisah tersebutdapat kita jadikan teladan? Dari kisah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa "berhenti" ketika mendapat suatu masalah adalah kesalahan besar.

Ya, bunuh diri adalah kesalahan besar. Namun tak selamanya bunuh diri merupakan hal yang buruk, mengapa? Ketika seseorang ingin bunuh diri, hal tersebut dikarenakan perasaan putus asa. Sebenarnya yang harus "dibunuh" bukanlah raga kita sehingga menyebabkan melayangnya sebuah nyawa, namun yang seharusnya kita "bunuh" adalah perasaan putus asa yang muncul pada saat kita berada di puncak suatu masalah. Yakinlah bahwa masalah tersebut datang sebagai suatu ujian dalam hidup. Layaknya ujian Nasional untuk bisa lulus sekolah, begitupun ujian hidup. Ketika seseorang berhasil melewati ujian tersebut, maka derajatnya akan naik.

Orang-orang yang merasa tidak memiliki jalan lain ketika berada pada titik puncak masalah memerlukan bimbingan konseling. Dalam bimbingan konseling, terdapat suatu bimbingan berkelompok yang bernama Terapi Kelompok. Di dalamnya terdapat orang-orang dengan masalah yang hampir sama yang kemudian dimasukkan dalam satu kelompok. Terapi kelompok berisi tentang penyedian pengalaman-pengalaman mendalam bagi individu yang memerlukan bantuan bagi penyesuaian diri, gangguan emosi atau hambatan perkembangan yang serius. Dari bimbingan kelompok ini, mereka akan belajar membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, dan juga belajar mendengar saran atau pendapat orang lain.

terapi kelompok (sumber: wordpress.com)
terapi kelompok (sumber: wordpress.com)
Jadi tidak selamanya "bunuh diri" menjadi hal yang buruk. "bunuh diri" yang baik adalah dengan membunuh rasa putus asa dan menghidupkanrasayakin, ikhlas, dan percaya diri.

semoga bermanfaat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun