Mohon tunggu...
Rohmat Sulistya
Rohmat Sulistya Mohon Tunggu... menulis, karena ingin.

Kesuksesan terbesar adalah mendapat hidayah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Juga Membaca Mindset-nya Carol Dweck

18 Februari 2025   14:52 Diperbarui: 18 Februari 2025   15:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul sebenarnya adalah Semua Orang Adalah Guru.

Bagian dari Eartenware.

Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Banget. Ceritanya begini. Suatu saat saya mengikuti bimtek atau mungkin workshop di sebuah hotel. Bimtek selama dua hari. Yang menjadi pembicara kala itu adalah narasumber dari Jakarta. Beliau berasal dari sebuah institusi di Jakarta. Dari kegiatan itu saya banyak belajar tentang beberapa hal. Yang pertama, tidak semua penampilan kita adalah kesempurnaan. Yang kedua, membangun interaksi dengan audiens itu mutlak. Yang ketiga, kondisioning di awal itu penting banget. Yang keempat, kita harus banyak belajar, menggunakan metode yang tepat yang disesuaikan dengan kondisi. Dan masih banyak lagi mengenai hal-hal penting yang saya dapatkan. Pemateri tentu saja tidak menayangkan slide bagaimana menjadi pemateri yang baik. Justru dari penampilannya saya banyak belajar. Karena memang materinya bukan tentang itu. Saya belajar dari mengamati, mencari sisi lebih, sisi kurang, dan berpikir maupun berimajinasi apa yang harus saya lakukan untuk menjadi penampil yang lebih baik. Dalam kesempatan tersebut saya sama sekali tidak ada perasaan merendahkan atau apa pun. Setiap hal yang disampaikan saya dengarkan dengan maksimal untuk lebih saya mengerti. Meskipun pada saat itu suasana menjadi kurang kondusif karena sebagian besar kurang memperhatikan hal yang disampaikan. Ini juga yang menjadi pembelajaran yang lain, bagaimana agar audiens pay attention secara sukarela karena mereka butuh terhadap ilmu.  Pemateri itu adalah guru penting bagi saya.

Di saat rehat saya biasanya menonton Youtube sebagai sarana belajar untuk wawasan-wawasan di luar pekerjaan. Apa yang sering saya tonton?. Yang pertama kanal kajian agama dan yang kedua, ketiga dan seterusnya adalah kanal sosial budaya termasuk didalamnya politik, humaniora, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan sebagainya. Bagi saya, kanal pertama, ini adalah momentum bagi saya untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu-ilmu penting bahkan terpenting. Belajar dengan mendengarkan kajian bukan saja menambah wawasan ilmu, tetapi juga dapat menyeimbangkan antara perspektif pekerjaan dan perspektif beyond pekerjaan. Maksud saya adalah terkadang bahasan tentang ilmu dalam pekerjaan itu sangat dangkal. Sebatas pada bagaimana berkinerja yang baik, bagaimana mencintai pekerjaan, bagaimana membuat materi, bagaimana mengelola keuangan dan seputar itu. Tetapi jika kita menambahkan wawasan dengan kajian, maka kita akan mendapatkan insight yang jauh lebih dalam. Bahwa kita bekerja pasti untuk memenuhi kebutuhan keluarga, meraih kapasitas diri, dan menumbuhkan etos; tetapi dengan melengkapinya dengan kajian maka kita mendapatkan pesrpektif yang lebih panjang dan tentu saja menenangkan. Tentu saya tidak akan berbicara dalam konteks agama, tetapi yakinlah jika anda mendengarkan kajian maka anda seperti memasuki ruangan hidup yang jauh lebih luas. Kajian adalah sarana escape sejenak untuk lari dari hiruk pikuk perkerjaan dan ketenangan akan didapatkan. Anda pasti paham yang saya maksud. Jika anda termasuk orang yang belum tertarik pada kajian, tidak mengapa. Tetapi cobalah sesekali waktu anda mampir ke sebuah kanal dan tentu saja anda harus unlearn, dengan hati dan pikiran terbuka untuk mencerna ilmu-ilmu dalam kajian tersebut. Saya termasuk orang yang kagum pada guru/ustadz yang dapat menyampaikan ilmu dengan baik. Bahkan saya mengatakan ilmu-ilmu dalam kajian tersebut lebih pasti daripada matematika/ilmu pasti. Saya tidak bisa menerangkan banyak, tetapi ketika seorang ustadz mampu menyampaikan ilmu dengan sangat menarik, saya jadi menganggap kecil ilmu-ilmu dalam pekerjaan. Saya menyadari bahwa yang saya tulis ini, bisa jadi ada yang menganggap, mengada-ada. Dan ustadz dalam kanal kajian itu guru penting bagi saya.

Saya membaca buku Mindset-nya Carol Dweck atau Atomic Habbitnya James Clear. Menarik banget dan sangat menginspirasi. Banyak hal-hal -sebenarnya sederhana- yang disampaikan dengan metode bertutur. Bagaimana kita harus membangun mindset agar kita berada dalam kelompok orang dengan growth mindset atau teori yang sangat bagus sekali disampaikan oleh James Clear agar kita menjadi orang yang semakin baik dari hari ke hari dengan membiasakan berubah secara positif meskipun itu perubahan kecil sekali. Perubahan kecil kalau dilakukan konsisten dalam jangka waktu lama pasti menghasilkan deviasi positif yang besar. Tetapi ada sesuatu yang agak mengganjal buat saya pribadi. Apa itu? Kita hanya dibatasi umur. Bagi saya ini sangat mengganggu. Kita melakukan pembiasaan positif dengan garis finish saat tua tetap sehat, saat tua tetap berfinansial cukup. Penting, tapi dangkal (banget). Sehingga timbul ketidakpuasan ketika selesai baca. Tetapi buku itu pasti sangat bermanfaat besar bagi perbaikan diri.

Oleh karena itu, mencari wawasan yang jauh lebih luas, dalam, dan tajam sangat penting. Dan itulah mengapa ilmu-ilmu yang melampaui kehidupan ini jauh sangat dibutuhkan ketika kita memiliki pikiran terbuka (bersambung).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun