Mohon tunggu...
Rohmat_053
Rohmat_053 Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

𝓑𝓮 𝓪 𝓿𝓸𝓲𝓬𝓮, 𝓷𝓸𝓽 𝓪𝓷 𝓮𝓬𝓱𝓸

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penggores Gagasan Tinta Emas di Masa Putih Biru

8 September 2022   10:11 Diperbarui: 8 September 2022   10:16 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Putih biru, sebuah julukan saat kita berada di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Untuk sebagian orang, masa putih biru ini memiliki banyak arti dan keistimewaan yang membawa inspirasi. Inspirasi tersebut dapat membantu kita untuk menemukan tujuan dan gagasan dalam menentukan masa depan kita. Itulah yang terjadi pada diri saya, yang mendapatkan sebuah inspirasi di masa putih biru dengan dorongan sosok seorang guru. Bukan hanya inspirasi, namun semangat tinggi dan tekad pantang menyerah saya dapatkan darinya.

Kita tahu, seorang guru adalah mereka yang rela menghabiskan setiap detik hidupnya untuk ilmu dan membagikan ilmu tersebut kepada kita yang tak pernah tahu akan arti luasnya dunia, dalamnya lautan, dan banyaknya pengetahuan. Guru adalah seseorang yang mulia dimata kita dan semua orang. Seorang guru adalah mereka yang penuh dengan kerja keras, selalu sabar, dan tentunya senantiasa memberikan hal terbaik untuk murid-muridnya.

Setiap guru mempunyai cara pengajaran dan penyampaian materi yang berbeda-beda. Ada yang lemah lembut dan ada pula yang tegas. Tapi kita harus selalu ingat, apa pun cara seorang guru mengajar, tapi mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu mencerdaskan anak didiknya, mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka juga memberikan suri teladan yang baik untuk murid muridnya dengan perilaku disiplin dan bertanggung jawab.

Ela Nurlaela Yusuf, seorang guru matematika yang memberikan banyak sekali pelajaran pada saya dan semua murid-muridnya dimasa putih biru. Bukan hanya sekedar pelajaran matematika, namun mengajarkan arti kehidupan dan semangat menjalani hidup tanpa mengenal sikap menyerah dan mental mudah lelah. Itulah mengapa, saya sangat senang dan bangga bisa merasakan indahnya pendidikan bersama beliau pada 5 tahun yang lalu. Banyak hal-hal positif yang beliau ajarkan terhadap murid-muridnya. Gaya penyampaian belajar yang lembut, membuat semua murid-muridnya merasa sangat nyaman dan mudah mengerti akan materi yang beliau sampaikan. Tak hanya itu, di sela-sela pembelajaran pun biasanya kita diberikan sebuah lagu yang isinya tidak lain adalah materi yang beliau sampaikan. Hal tersebut membuat kita lebih mudah dalam mengingat materi dan juga lebih menikmati alur dari pembelajaran itu sendiri.

Teringat sebuah pesan dari beliau saat pembelajaran kelas di kala itu sedang berlangsung, beliau mengatakan : “lelah pasti dimiliki oleh setiap orang. Tapi, lelah tersebut akan menjadi pahala jika kita mengerjakannya karena lillah“. Sebuah pesan sederhana, namun saya sendiri masih mengingatnya sampai sekarang dan berusaha menerapkan pesan tersebut dalam setiap perjuangan yang sedang saya lakukan sekarang ini.

Selain itu, sikap pantang menyerah dan tidak mudah lelah itulah yang mungkin dapat menjadikan beliau bertahan sampai sekarang. Mengapa? Karena, tepat 5 tahun yang lalu Bu Ela dilarikan ke rumah sakit dan kabar buruk datang. Bahwa beliau menderita penyakit kista. Sekitar 3 bulan, beliau dirawat di rumah sakit, penuh perjuangan di usianya yang tidak lagi muda. Namun, dengan semangatnya yang tinggi untuk sembuh, akhirnya beliau dinyatakan sehat dan dapat melakukan aktivitas mengajar seperti sebelumnya. Maha besar Allah atas segala bentuk rahmat dan anugerah-Nya.

Itulah sekilas cerita tentang perjuangan Bu Ela dalam melawan penyakitnya. Dengan sikap pantang menyerah dan tidak mudah lelah itulah, beliau sanggup melawan rasa sakit yang dideritanya. Tentunya dibalik semua itu, ada campur tangan kekuatan yang tiada tandingannya, Dialah yang maha Agung, sang pemilik kekuatan, Dialah Allah SWT. Hal tersebut juga meyakinkan diri saya bahwa, hidup ini butuh perjuangan yang tinggi, semangat yang menggelora, dan disertai dengan pengabdian ikhlas kepada Allah SWT.

Pernah saya berbicara empat mata bersama Bu Ela, untuk sekedar berbagi cerita dan menghidupkan semangat dalam diri saya dalam menghadapi kehidupan setelah masa putih biru. Pada waktu itu, banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil dari beliau tentang arti semangat untuk selalu bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Karena menurut Bu Ela, “sesukses apa pun kita di masa yang akan datang, kita tak akan dianggap orang lain jika kita tidak bermanfaat bagi mereka “. Karena sebaik – baiknya manusia, adalah mereka yang bermanfaat bagi orang di sekitarnya.

Peribahasa “Guruku Pahlawanku” adalah ungkapan yang tepat di lukiskan pada Bu Ela dan juga guru-guru di dunia ini, pahlawan untuk kita, untuk keluarganya, juga untuk bangsa ini. Mereka tidak banyak mengeluh tapi terus dan terus berusaha untuk tercapainya tujuan serta tanggung jawab yang ada di pundak mereka.

Jadi, anggaplah guru kita sebagai orang tua kita juga, selalu kita hormati, dan junjung tinggi martabatnya. Jangan pernah membuat guru kita marah, sedih, maupun lelah dengan tingkah laku kita yang tidak seharusnya. Selalu ingat akan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan guru kita. Saat kita berhasil nanti, lihatlah guru-guru yang pernah mengajar kita akan tersenyum bangga atas keberhasilan murid didiknya. Karena sedikit banyaknya perantara merekalah, kita dapat mengukir goresan tinta emas di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Namun, semuanya kembali pada diri kita sendiri dalam menentukan niat dan tujuan hidup kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun