Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Habis Klirufikasi Terbitlah Klarifikasi

2 Agustus 2020   20:22 Diperbarui: 2 Agustus 2020   20:22 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna sosial media dari shutterstock  - Sumber Foto: shutterstock dalam kompas.com (01/08/2019)

Perkembangan sosial media memang semakin menunjukkan wajah aslinya sebagai sebuah pedang bermata dua. Di satu sisi sangat bermanfaat untuk mengasah dan menajamkan banyak pemikiran, pengetahuan dan informasi yang berguna, tapi di sisi lain juga bisa melukai pemakainya sendiri dengan kebodohan dan kedunguan yang terkadang bagaikan racun yang secara sporadis mampu viral dan menginfeksi banyak kalangan.

Sebut saja bagaimana kita pernah dihebohkan oleh kasus prank bantuan sosial berisi sampah yang dilakukan youtuber Ferdian Paleka, ternyata hal serupa segera ditiru oleh konten kreator lainnya. Sanksi sosial dan sanksi hukum yang sempat diterima Ferdian Paleka, ternyata tidak membuat semua konten kreator berhat-hati dan pantang menirunya.

Boleh jadi viralnya kasus yang menimpa Ferdian Paleka tersebut justru menginspirasi youtuber lainnya untuk mencoba keberuntungan dengan metode yang hampir sama.

Kali ini, bersamaan dengan pelaksanaan perayaan hari raya Idul Adha atau lebaran kurban yang ditandai dengan pemotongan hewan kurban dan dilanjutkan dengan pembagian daging kurban, youtuber bernama Edo Putra melakukan prank yang mirip dengan yang dilakukan Ferdian Paleka.

Namun bukan bantuan sosial, Edo Putra dan kawan-kawannya membagikan paket berisi sampah yang dikatakannya sebagai daging kurban kepada emak-emak yang tengah beraktivitas di depan rumah.

Tentu saja hal semua ibu-ibu yang menerima paket tersebut awalnya nampak gembira dan bersyukur atas pemberian tersebut. Sampai akhirnya, kegembiraan mereka berubah menjadi kekecewaan, kejengkelan dan kemarahan ketika setelah dibuka isinya adalah sampah.

Prank daging kurban sampah YouTuber Edo Putra - Sumber Foto: tribunnews.com
Prank daging kurban sampah YouTuber Edo Putra - Sumber Foto: tribunnews.com
Semua momen tersebut terekam jelas di dalam video yang dibuat Edo Putra dan kawan-kawannya. Hanya saja sebagai antisipasi atas sanksi sosial dan sanki hukum seperti halnya yang diterima Ferdian Paleka, Edo tidak terus kabur menghilang seperti Ferdian. 

Ia segera kembali kepada para korbannya. Melakukan klarifikasi bahwa yang dilakukan hanyalah prank demi konten youtube channel mereka, dan kemudian memberikan ganti rugi berupa sejumlah uang yang tidak jelas jumlahnya."Cuma prank bu buat video, minta maaf bu," ujarnya kepada emak-emak yang menjadi korbannya seraya memberikan uang sebagai obat kekecewaan.

"Buat beli daging, minta maaf ya bu," ujarnya meminta dimaafkan.

Lagi-lagi belajar dari Ferdian yang dihujat habis-habisan oleh warganet karena prank-nya tersebut, di akhir video unggahannya youtuber asal Palembang ini juga meminta agar netizen tidak menghujat aksi yang dilakukannya.

"Kami orang-orang yang baik guys," pungkasnya mengakhiri tayangan videonya.

Fitnah Pemprov DKI

Selain kasus prank paket daging kurban berisi sampah yang dilakukan youtuber Palembang di atas, kasus kebodohan di dunia sosmed yang paling aktual sekarang ini, juga dilakukan oleh selebritis bernama Ike Muti.

Entah saya yang kurang gaul, sebelumnya artis Ike Muti ini namanya mungkin kurang begitu dikenal atau akrab di telinga masyarakat. Artis yang bernama lengkap Indah Kartika Mutiarawati ini tiba-tiba namanya mencuat dan menjadi trending topik pembicaraan warganet karena hujatannya kepada Pemprov DKI Jakarta.

Melalui akun instagram dan twitter miliknya, Ike secara terang-terangan menghujat Pemprov DKI Jakarta yang memintanya untuk menghapus postingan foto-fotonya bersama Presiden Jokowi untuk bisa menerima tawaran proyek pembuatan web series yang dikiranya disponsori oleh Pemda DKI.

"Tuhan memang baik, di saat #pandemi saya masih ada beberapa tawaran #webseries tapi kalau ada tawaran rezeki ke saya dengan meminta saya untuk menghapus foto-foto di sosmed yang ada Bapak Presiden kita @jokowi, kok rasanya gak profesional banget!!!," tulis Ike Muti dalam akun twitter dan IG-nya.

Rezeki gak kemana bos!!!... Cinta saya mengalahkan segalanya ke #PresidenRepublikIndonesia.. Menurut mereka saya #Jokowi banget, makanya saya gak kepilih di project #PemdaDKI itu.. wao," lanjutnya dalam postingan tersebut.

Postingan Ike Muti dalam akun sosmednya - Sumber Foto: seword.com
Postingan Ike Muti dalam akun sosmednya - Sumber Foto: seword.com
Artis paruh baya kelahiran 16 September 1972 ini ternyata mendapat info bahwa alasan dirinya akhirnya tidak terpilih dalam proyek web series tersebut adalah karena terang-terangan dirinya nampak mendukung Presiden Jokowi yang bisa terlihat dari postingan fotonya bersama Presiden Jokowi di akun sosmed-nya.

Tentu saja Ike merasa geram karenanya dan justru bersikukuh untuk tidak menghapus foto dirinya bersama Presiden Jokowi dan memilih menolak tawaran proyek tersebut.

"Numpang tanya deh apakah kalian yg punya proyek itu lupa ya kalau proyek kalian itu dikerjakan di Ibu Kota Jakarta yang mana notabenenya masih dipimpin oleh Presiden Indonesia kita yaitu Bapak #Jokowi.. Jadi wajib hukumnya kita menghormati beliau ..dan hak saya juga lah untuk memposting atau memasang foto dengan #presidenku," nyinyirnya penuh kejengkelan.

Bahkan sebagai penutup unggahannya, Ike justru menasehati oknum Pemda DKI pembawa proyek tersebut untuk menyontoh sikap Jokowi. "Saya doakan semoga proyek #PemdaDKI itu lancar jaya ya... Inget loh Bapak Presiden Jokowi tidak pernah membenci siapapun beliau sangat bijaksana..harusnya mencontohlah sikap beliau bos!!!," unggahnya sebagai pamungkas.

Merasa difitnah dan dipermalukan, maka Pemprov DKI Jakarta pun merespon cepat penyataan Ike tersebut. Mereka segera melayangkan surat somasi yang ditandatangani oleh Kabiro Hukum Setda DKI, Yayan Yuhanah tertanggal 30 Juli 2020.

Dalam surat somasi yang salah satu tembusannya ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tersebut, Pemprov DKI menegaskan bahwa pernyataan Ike Muti di atas tidak faktual. Postingan Ike Muti disebut berisi kebohongan dan telah membuat nama baik Pemprov DKI dirugikan karena postingannya itu telah menjadi viral.

"Maka dengan ini kami memperingatkan saudara untuk menjelaskan tuntut Pemprov DKI melalui surat somasinya. Ike juga diminta menyebutkan siapa yang meminta dirinya menghapus foto bersama Jokowi demi mendapat proyek web series yang dimaksud, serta menjelaskan dengan siapa dirinya berkomunikasi terkait hal tersebut.

Kesalahan Komunikasi?

Bukan Ike yang segera kelabakan oleh somasi yang diajukan Pemprov DKI di atas, melainkan Marantika Agency yang buru-buru melakukan klarifikasi. Melalui akun IG-nya, agensi ini menjelaskan bahwa kasus Ike tersebut merupakan sebuah kesalahpahaman yang bermula dari candaan lewat telepon.

Marantika memaparkan bahwa Ike Muti memang awalnya merupakan salah seorang talen (aktris) yang akan diikutsertakan dalam pembuatan serial film pendek bertema percintaan sepasang kekasih. Film tersebut diasumsikan sebagai proyek Pemprov DKI karena settingnya di Jakarta.

Ketika pada akhirnya Ike gugur dari aktris yang terpilih, maka ketika menjelaskan melalui telepon Marantika bercanda bahwa sebab ketidakterpilihan Ike adalah karena Ike mempublikasikan fotonya bersama Jokowi di sosmednya.

"Dalam percakapan telepon antara saya dan Mbak Ike ketika mengabarkan keputusan ini, saya bercanda atau berseloroh bahwa ketidakterpilihannya karena banyak foto di media sosial Mba Ike dengan Bapak Presiden," ungkap Marantika menjelaskan.

Padahal alasan sebenarnya adalah kegagalan Ike untuk terpilih karena komunitas penggarap film tersebut telah memutuskan untuk memilih aktris lain karena alasan adanya kesamaan wajah antara ibu dan anak yang dibutuhkan dalam film pendek tersebut.

Karena merasa bersalah atas meruaknya kasus inilah maka Marantika meminta maaf kepada Ike Muti dan sekaligus juga meminta maaf kepada Pemprov DKI Jakarta dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Pada kesempatan ini, saya meminta maaf terhadap Bapak Anies Baswedan @aniesbawedan (Pemprov DKI) atas kesalahan komunikasi antara saya dengan Mbak Ike yang membuat Mbak Ike berprasangka bahwa seloroh saya akibat kebijakan Pemprov DKI. Mba Ike tidak salah ketika memposting masalah ini di media sosialnya karena beliau mendapat info yang salah dari saya. Ini murni kesalahan persepsi saya terhadap rencana komunitas,"pinta Marantika memohon pengertian.

Tak lama setelah unggahan permohonan maaf dari Marantika Agency, selanjutnya Ike Mutia pun turut mengunggah permohonan maafnya kepada Pemprov DKI Jakarta.

"Bersamaan dengan ini, saya sampaikan bahwa sama sekali tidak ada niatan saya menyampaikan kebohongan apalagi sampai merugikan nama baik Pemda Provinsi DKI Jakarta. Jelas bahwa informasi tersebut sesungguhnya bukan bersumber dari saya," posting Ike Muti pada akun sosmednya Minggu (2/8/2020).

"Namun bagaimanapun saya meminta maaf kepada semua pihak dan khususnya Pemda Provinsi DKI Jakarta atas postingan saya yang telah menimbulkan kegaduhan. Saya juga telah menghapus postingan saya sebelumnya. Atas perhatian dan kerjasama semua pihak saya ucapkan terima kasih. Ike Muti," ujarnya meminta maaf.

Capture postingan permohonan maaf Ike Muti - Sumber Foto: instagram.com/ikemuti16
Capture postingan permohonan maaf Ike Muti - Sumber Foto: instagram.com/ikemuti16
Ike juga menjelaskan bahwa dirinya baru mengetahui dari Marantika bahwa informasi yang didapat darinya adalah tidak benar. Namun apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. 

Tindakan pencemaran nama baik sudah dilakukan oleh Ike. Selanjutnya bola di tangan Pemprov DKI Jakarta. Apakah kasus ini akan berakhir dengan damai, atau terus dilanjutkan seperti halnya kasus Ratna Sarumpaet dulu.

Gara-Gara Monetisasi

Entah harus terasa pahit ataupun manis, yang jelas kasus-kasus viralnya influencer-influencer sosial media di atas tetaplah bisa dikatakan menguntungkan. Meskipun yang terjadi adalah kasus negatif, namun hal itu tetep menguntungkan dari sisi popularitas di sosial media. 

Berkat viral dan melejitnya popularitas karena kasus yang terjadi, maka hal itu bisa menjadi investasi yang menguntungkan bagi masa depan di sosial media.

Demi mendapatkan viral dan mendapatkan modal popularitas, maka banyak netizen yang rela melakukan hal-hal negatif, kontroversial atau apa pun yang penting mampu menjadi viral dan melambungkan namanya di kalangan warganet.

Semua itu gara-gara adanya sistem monetisasi yang diterapkan berbagai platform sosial media yang ada. Popularitas dianggap bisa menjadi gerbang untuk melanjutkan aktivitas lainnya yang menghasilkan uang di sosial media.

Ilustrasi siklus konten negatif - Sumber Foto: Istimewa
Ilustrasi siklus konten negatif - Sumber Foto: Istimewa
Mulai dari hal-hal yang beresiko seperti yang dilakukan Ferdian Paleka, Edo Putra dengan prank bingkisan sampahnya, Indira Kalistha dan suaminya yang lecehkan ancaman virus corona, Sarah Keihl yang lelang keperawanannya, Anji (duniamanji) dan Jerinx SID dengan teori konspirasi coronanya, sampai pada Ike Muti dan mungkin banyak konten kreator konyol lainnya. 

Bahkan Dedi Corbuzer dengan podcastnya yang digosipkan oleh warganet sebagai media mencari kuantitas penonton (view) melalui klarifikasi kasus-kasus kontroversial dan banyak lainnya.

Boleh jadi sosial media memang bisa menjadi media penyebaran pengetahuan (knowledge sharing) yang cepat dan mencerdaskan, namun sebaliknya jaga mampu menyebarkan kebodohan dengan cepat pula. Bahkan para jurnalis yang katanya merupakan pilar keempat demokrasi yang bisa menjadi mata dan telinga masyarakat, karena tuntutan kuantitas view, follower dan subscriber yang besar maka tak jarang terperosok juga pada berita-berita yang clickbait.

Sampai-sampai ada seorang yang saya lupa siapa pernah bilang, rule sosial media zaman sekarang adalah: orang goblog berlaku salah demi sebuah konten untuk ketenaran. 

Lalu melakukan klarifikasi dengan nada minta maaf atas kelakuan yang dilakukan. Dan biasanya agar lebih manjur klarifikasi dan permohonan maaf tersebut dilengkapi dengan giveaway yang membuat korban dan orang-orang yang sebel bisa menerimanya dengan baik.

Jika Jaya Suprana memiliki spesialisasi sebagai kelirumologi, maka kebodohan yang dilakukan para kreator konten-konten sosial media yang negatif tersebut seneng melakukan apa yang mungkin bisa disebut sebagai "klirufikasi". Yaitu sebuah kesalahan-kesalahan atau kebodohan yang sulit ditebak apakah itu disengaja atau tidak, yang jelas bisa menuai kontroversial dan kegaduhan yang luar biasa, sampai akhirnya hal itu diselesaikan dengan apa yang disebut "klarifikasi".

Bagaimana pun juga memang harus diakui bahwa membuat konten kreatif yang positif itu tidaklah mudah. Karena itu jalan pintas membuat "klirufikasi" adalah cara termudah yang bisa dilakukan untuk mengejar monetisasi yang menggiurkan. Toh kalau ada hal-hal yang mengkhawatirkan cukup bisa diselesaikan dengan klarifikasi seperlunya.

Semoga saja masyarakat sosial media Indonesia bisa segera tumbuh dewasa sehingga tak mudah terjerumuskan oleh trik-trik "klirufikasi" yang membodohkan secara berjamaah. Tabik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun