Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden Dua Periode Itu Manusia Juga

2 Juni 2020   01:46 Diperbarui: 2 Juni 2020   09:22 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kesedihan SBY ketika ditinggalkan oleh Ibu Ani Yudhoyono - Sumber Foto: suara.com


Rekaman video pesan, eh bukan pesan, melainkan harapan dari Presiden ke-6 kita, Susilo Bambang Yudhoyono menurutku wajar saja. Seorang mantan pemimpin kita yang notabene sudah dua periode kita percaya untuk mengemban amanah memimpin negeri ini selama 10 tahun, tentunya berhak memberikan kritikan, masukan, saran terhadap pemimpin yang tengah menjabat sekarang, Presiden Joko Widodo serta pembantu-pembantunya berdasarkan pengalaman yang dia miliki.

Harus diakui dan merupakan fakta yang tidak bisa ditolak begitu saja bahwa dia sudah lebih dulu berhasil memimpin negeri ini selama dua periode melalui pemilu yang dipilih langsung oleh rakyat. Jadi, pahit maupun manis pesan yang disampaikan, ya sebaiknya kita terima saja dengan lapang dada. Toh dia tidak memaksa. Yang sekiranya baik, ya kita ambil, yang sekiranya kurang cocok, ya abaikan saja. Tak perlu baper, emosional bahkan sampai menyerangnya dengan berbagai tuduhan dan hujatan.

Presiden manusia juga, pun mantan presiden manusia juga. Jadi terima saja apa adanya dengan lapang dada. Secara pribadi saya menilai pesan SBY terhadap Jokowi, Luhut dan lainnya cukup baik dan layak untuk diperhatikan. Sekali lagi dia tidak memaksa dan nampak sangat menyadari posisinya sebagai mantan yang hanya bisa memberi saran.

Di luar pesan kritis terhadap Jokowi dan pemerintahannya, saya cenderung lebih senang memperhatikan tulisan beliau mengenang satu tahun meninggalnya sang istri tercinta, Ibu Ani Yudhoyono. Semoga saja tulisan yang diberi tajuk "Setahun Telah Kulalui, Istirahatlah dengah Tenang Istriku Tercinta" ini tidak menjadikan SBY sekali lagi sebagai obyek kritikan personal maupun politis dari orang-orang yang membencinya.

Pasalnya tulisan ini sangatlah personal dan sangat manusiawi sekali. Melalui tulisan ini sangat nampak bahwa sosok SBY sebagai Presiden yang sangat dihormati dan disegani selama 10 tahun kepemimpinannya merupakan manusia biasa juga.

Goresan tulisan yang dibuat SBY mengenang setahun meninggalnya sang istri, 1 Juni 2019 - 1 Juni 2020 memang terasa sangat pribadi. SBY mampu meninggalkan semua embel-embel jabatan dan kepentingan politik maupun lainnya untuk mengenang sang istri yang dicintainya tersebut.

Tulisan SBY mengenang satu tahun meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono - Sumber Foto: capture facebook.com/SBYudhoyono
Tulisan SBY mengenang satu tahun meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono - Sumber Foto: capture facebook.com/SBYudhoyono
Melalui tulisan tersebut, terlihat sekali bagaimana SBY saya terpukul dan kehilangan kekuatan karena kepergian sang istri."Aku berharap, di tahun-tahun mendatang aku makin kuat untuk melanjutkan hidupku yang baru. Hidup tanpa orang yang sangat kucintai. Terima kasih Tuhan, telah membimbingku dan memberikan pelajaran hidup yang amat berharga. Meskipun aku tak akan pernah menolak takdirku, terus terang amat berat aku menjalani kehidupan tanpa Ani. Kehilangan dan kesedihan masih membayangi hari-hariku yang panjang dan malam-malamku yang gelap," tulis SBY penuh keharuan.

"Hari ini, 1 Juni 2020, ketika aku terbangun dari tidurku..... aku tersadar. Tersadar bahwa ini adalah hari yang baru dalam perjalanan hidupku. Perjalanan jiwa dan hatiku ke depan. Dalam perenungan panjang yang aku lakukan, kini aku tahu bahwa hidup hakikatnya juga tentang "merelakan". Merelakan kepergian orang yang sangat dicintai," lanjutnya.

Selanjutnya SBY juga menuliskan bagaimana selama setahun ini, selain meningkatkan ibadah dan memperkaya makna hidup, dirinya juga melakukan "healing process" atas kepergian Ibu Ani.

"Tak mudah memang. Tapi harus kujalani. Aku harus mengisi lembaran hidupku, sambil mengenang masa-masa indah bersama Ani. Tentu aku berharap agar lembaran itu tak hanya terisi oleh cerita tentang kedukaan, yang saat ini memang belum hilang," ungkap SBY jujur.

Foto kenangan kebersamaan SBY dan Ibu Ani saat masih muda - Sumber Foto: twitter.com/narkosun 
Foto kenangan kebersamaan SBY dan Ibu Ani saat masih muda - Sumber Foto: twitter.com/narkosun 
SBY juga menuliskan bagaimana di bulan pertama, Juni 2019, dirinya telah menulis sebuah lirik lagu yang diberu judul "Flamboyan Itu Telah Pergi". Menurut SBY, lagu tersebut sebenarnya merupakan permintaan dari Ibu Ani sendiri di hari-hari terakhir hidupnya. keinginnan yang dituliskan di buku hariannya tersebut akhirnya baru dibaca SBY pada 4 Juni 2019 yang bertepatan dengan Hari Idul Fitri 1440 Hijriah.Dinyanyikan oleh Anji yang merupakan salah satu penyanyi favorit Ibu Ani, lagu tersebut telah berhasil diselesaian proses rekamannya. "Aku berterima kasih karena Anji, salah satu penyanyi yang lagu-lagunya disenangi Almarhumah, bersedia menyiapkan nada dan sekaligus menyanyikannya," tulis SBY bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun