Mohon tunggu...
David Rohans R Hutagaol
David Rohans R Hutagaol Mohon Tunggu... Akuntan - I write what i think

My name is David Rohans Rivaldo Hutagaol | An idealistic scatterbrain who loves reading, writing, listening, analyzing and travelling | A banker (someday) | A man with too many questions inside his head, who's interested in politic, music, social and economy |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"When Connectivity and Truth Became Ubiquitous"

17 Februari 2018   06:59 Diperbarui: 19 Februari 2018   12:53 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Judul pertama ini bakal gue mulai dgn bahasa indonesia. Sebelum gue mulai, ada baiknya kita klasifikasikan dulu mengenai milenial. Sebenarnya klasifikasi milenial itu msh random. Ada yg bilang, kelahiran 80an sampai 90an. Ada yg blg kelahiran 90an doang. Generasi milenial adalah generasi Y mengacu pada report yg dikeluarkan konsultan Big four, Kantor Akuntan Publik ternama yaitu EY (Ernst & Young). Teringat EY, jadi teringat kantor impian, sedari sampai di Jakarta pas pertama kali merantau sampe sekarang, ngelempar lamaran kaga pernah dapat panggilan dari EY. Haha. Oke, kita lanjut. Klasifikasi generasi milenial itu blm ada yg baku. Tp umumnya, kita ambil sampling kalo generasi milenial itu adalah generasi yg lahir tahun 90an. Dan gue adalah salah satu yg msk sampling, merupakan generasi milenial.

Knp generasi ini begitu booming? Secara karakteristik, generasi ini banyak yg bilang kalo kaga pernah nabung dan cenderung lebih foya foya. Cenderung lebih bersikap apa yg kelihatan, keliatan tajir padahal kaga, dll. Pencitraan via instagram, dll. Haha. Generasi ini didesripsikan kurang dewasa dibanding generasi sblmnya. Sulit untuk menabung, suka kongkow kongkow yg kalo bahasa dari Prof Rhenald Khasali (Guru Besar FE UI) "spend time together for nothing". Apakah generasi milenial ini seburuk itu?

Eiitts, tunggu dulu. Generasi ini juga sebagai pendobrak hal hal inovatif dan out of the box. Terlihat dari berbagai start up di Indonesia yg mengubah pola pikir masyarakat dlm melakukan transaksi, dll. Mereka -- mereka juga laah yg melakukan "disruption" dlm sebuah bisnis di Indonesia, sehingga generasi ini identik dengan era digitalisasi. Mengutip dari perkataan Prof Rhenald Khasali pada saat seminar, "Disrupsi merupakan inovasi yg membuat cara lama ketinggalan zaman". Dampak signifikan dari digitalisasi ini sangat terasa dlm meningkatkan utilitas aset aset yg sblmnya kuraang dimanfaatkan secara ekonomis. Lahirnya platform spt Uber, Go-car, Grab car membantu para pemilik mobil dlm memanfaatkan aset mereka.

Dampak dari digitalisasi membuat format belanja masyarakat berubah. Dari pola belanja masyarakat yg dulu umumnya berbelanja ke mall, berubah ke tren belanja dalam jaringan (daring). Beberapa produsen juga sudah mulai beralih ke kanal daring untuk meningkatkan penjualan mereka sekaligus untuk meningkatkan penetrasi pasar. Yg gue tau salah salah satu contohnya adalah Oppo yg membuka toko resmi kanal daring di Tokopedia, JD ID dan Shopee. Beberapa perusahaan besar lain juga ikut buka kanal daring di beberapa marketplace di Indonesia. Ga heran kalo liat report dari BKPM yg menyatakan kalo investasi di sektor belanja daring (e-commerce) pada 2017 mencapai US$ 5 miliar.

Dengan pola belanja masyarakat yg berubah, siapa yg akan terkena impactnya? Yap PT Matahari Department Store Tbk terkena imbasnya. Matahari dengan kode perusahaan di pasar saham ini "LPPF", beberapa waktu lalu Matahari menutup gerainya di Pasaraya Manggarai dan Blok M, dan yg terbaru adalah menutup gerainya di Mall Taman Anggrek. Dan pada saat yg pertama, saat menutup gerai di Manggarai, harga saham Matahari sempat meluncur, yg mana saat ini banyak yg panik dan menjual, termasuk gue yang langsung cut loss. Haha. Namun, saat ini harga saham LPPF cenderung stabil dan naik perlahan lahan.

Terkait dengan Matahari yg menutup beberapa gerainya di sekitaran Jakarta, jangan lupa kalo sebelumnya Ramayana, Dabenhams dan Lottus melakukan hal yang sama yakni menutup beberapa gerainya di daerah Jakarta.  Beberapa toko retail ini banyak berguguran dikarenakan daya beli masyarakat yg menurun dan perubahan pola belanja masyarakat. Dan beberapa toko retail merek luar menutup seluruh gerainya di Indonesia, salah satunya adalah GAP.

Efek digitalisasi bukan hanya terjadi di on demand servicesseperti gojek, grab dan uber yg mendominasi moda transportasi di Indonesia terutama di Jakarta, sehingga moda transportasi lain seperti taxi perlahan lahan sudah mulai ditinggalkan, lalu kita beralih ke marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dll yg mulai mendominasi pola belanja masyarakat sehingga toko retail tradisional mulai mati perlahan lahan. Diluar kedua jenis tersebut, ada startup yg bergerak di bidang p2p lending (peer to peer lending) dan crowdfunding. Crowdfunding  adalah skema pendanaan gotong royong via online. P2p lending dan crowdfunding merupakan platform teknologi yg mempertemukan secara digital peminjam yg membutuhkan modal usaha dengan pemilik dana. Layanan ini menawarkan fleksibilitas dimana pemberi pinjaman dan peminjam dapat mengalokasikan dan mendapatkan modal atau dana hampir dari dan kepada siapa saja, dalam jumlah nilai berapapun, secara efektif dan transparan serta dengan return yg kompetitif.

Dalam era digitalisasi, generasi milenial atau generasi Y, merupakan produsen dan konsumen kalo boleh dibilang. Beberapa CEO startup, merupakan kelahiran 90an, dan pekerja di perusahaan startup mayoritas adalah generasi milenial. Begitu juga dalam pola user, dimana generasi milenial paling banyak melakukan pembelian via online, melakukan transaksi via online, dll. Daya beli masyarakat yg menurun adalah daya beli masyarakat secara umum atau mayoritas. Jika mengacu pada daya beli generasi milenial, menurut gue pribadi, generasi ini generasi paling konsumtif. Ga heran kalo gue punya beberapa teman yg hutang kartu kreditnya hingga memakan porsi 2/3 dari gaji. Gilaaa! Tp nyantai aja tuh. Hahaha. Padahal kalo ibarat ini Negara, punya hutang yg totalnya udah 2/3 dari GDP, udah ga ngerti deh. Hahaha. Neraca keuangan kacau, bisa balik lagi ke taun 98, krismon.

Dan perkembangan digital di Indonesia, mencuri perhatian investor dari luar Indonesia. Di tahun 2017, start up yg paling keren menurut gue adalah Tokopedia. Kenapa Tokopedia? Tokopedia mendapatkan suntikan modal dari perusahaan raksasa asal China (Alibaba) yg pendirinya adalah Jack Ma senilai US$ 1,1 M. Tokopedia jadi marketplace pertama yang menjelma jadi perusahaan raksasa.Blm lagi ruang guru , start up ini juga dpt pendanaan jutaan dollar dari UOB Venture, kalo gue ga salah nominalnya US$ 7 ke 8 juta. UOB venture adalah perusahaan investasi yg berbasis di Singapura.

Kecepatan arus teknologi akan menggerus semuanya, termasuk mengubah gaya hidup manusia. Dan tahun 2018 akan menjadi tahun ekonomi leisure, yaitu ekonomi berbasis kreativitas, dan pengalaman atau experience, dengan platform utama berbasis digital. Dan digital akan memakan korban setelah pergerakannya masif, dimana teknologi bisa mengurangi peran manusia dalam sebuah pekerjaan. Gue yakin kalo perbankan dan leasing bakal ngejar branchless untuk mengurangi expense biaya sewa, dll termasuk juga untuk melakukan rasionalisasi jumlah pegawai. Ke depan menurut gue, bakal ada shifting besar -- besaran dari konvensional ke digital yg memerlukan sedikit tenaga manusia. Harus punya skill lain biar bisa bertahan.

Arah Ekonomi Indonesia di 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun