Mohon tunggu...
Rofi Wahyudi
Rofi Wahyudi Mohon Tunggu... Islamic Banking Lecturer of UAD Yogyakarta -

Selanjutnya

Tutup

Money

Qurbanomic

14 September 2017   09:35 Diperbarui: 14 September 2017   09:56 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010) jumlah umat Muslim mencapai angka 207,1 juta jiwa. Salah satu ibadah berdimensi sosial yang menyentuh kepedulian kepada sesama umat Islam dengan umat lainnya adalah berqurban. 

Setiap menjelang hari besar idul adha, hampir semua umat Islam dari berbagai penjuru dunia melakukan ritual tahunan yakni menyembelih hewan kurban. Ibadah kurban ini merupakan salah satu bagian kisah ujian Nabi Ibarahim as untuk membuktikan mahabbah kepada Sang Khaliq agar menyembelih putranya Ismail as. Kisah ini sangat apik Allah ceritakan di dalam QS. As-Saffat:100-111.

Qurbanomic rangkain dua kata "Qurban" dan "Economics" yang secara sederhana diartikan ekonomi qurban. Qurban memiliki dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal, qurban sebagai bentuk  ketundukan hamba kepada-Nya. Sedangkan dimensi horizontal merupakan kepedulian sosial kepada sama mahluk-Nya yang mempunyai nilai manfaat ekonomi.

Meningkatnya intensitas kebutuhan hewan ternak baik sapi, kerbau, kambing, dan domba menjelang idul adha menunjukkan sisi demand atau permintaan. Berdasarkan data Seksi Keswan Bidang Peternakan Dinas Pertanian DIY tahun 2015 jumlah hewan yang dipotong untuk qurban 53.121 ekor dan tahun 2016 berjumlah 65.972. Yang menarik, sisi demand terhadap hewan qurban selalu meningkat tiap tahunnya (KR, 23/8/17). Meskipun di sisi lain, terjadi kenaikan harga hewan ternak. Hubungan terbalik antara supply dengan harga pernah disinggung oleh Abu Yusuf (731-789) bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi selain harga, yang bisa jadi adalah meningkatnya kesadaran muslim dalam berqurban.

Menurut hukum ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah perilaku konsumen. Perilaku Muslim dalam membeli hewan qurban yang diinginkan secara psikologis akan berpengaruh terhadap terbentuknya harga di pasar. Secara sederhana, harga akan terbentuk pada saat terjadi keseimbangan antara demand dan supply. 

Kenaikan harga hewan ternak, yang mungkin juga diikuti kenaikan harga barang lain lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara supply dan demand. Namun demikian, perilaku masyarakat dalam melakukan ekspektasi kenaikan harga ke depan terhadap suatu komoditas termasuk hewan ternak juga akan sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga (dalam hal ini terjadinya inflasi). Sedangkan sisi supplyatau penawaran hewan ternak yang disediakan oleh produsen menunjukkan adanya produktivitas masyarakat peternak baik sapi, kerbau atau kambing yang disiapkan untuk qurban.

Seberapa besar potensi ekonomi qurban di Indonesia? Belum ada data resmi namun bisa diprediksi sampai triliunan. Asumsinya, tiap masjid rata-rata menyembelih 2 ekor sapi dengan harga @misalnya Rp 20juta dikalikan jumlah masjid 1.169.735 (www.kompas.com,06/07/2016) maka diperoleh Rp 23.394.700.000.000,-. Belum lagi menghitung jumlah mushalla dan potensi hewan ternak lainnya. Besarnya potensi ekonomi qurban ini jika dikelola oleh swasta dan juga pemerintah secara profesional akan berimplikasi kedaulatan pangan.

Optimalisasi zakat ternak

Besarnya potensi zakat hewan ternak merupakan fungsi sosial-ekonomi.  Neal Robinson (2001) yang mengatakan zakat mempunyai fungsi sosial-ekonomi yang sangat tinggi, dan berhubungan dengan adanya larangan riba, zakat mengarahkan untuk tidak menumpuk harta, sebaliknya merangsang investasi untuk alat produksi dan perdagangan. Ada dua langkah untuk optimalisasinya, pertama peran BAZNAS untuk melakukan pemetaan potensi zakat peternak dan pedagang hewan qurban, yang selama ini sudah memetakan potensi zakat perorangan yang besarnya sampai 271 triliun. 

Kedua, perlunya penataan manajemen pengelolaan zakat bagi peternak, pedagang atau blatik hewan ternak. Ketiga, diperlukan pelatihan, edukasi dan sosialiasi oleh lembaga amil zakat swasta dan nasional seperti pencatatan keuangan zakat ternak, penghitungan zakat ternak dan lain-lain. Sehingga, pada akhirnya zakat di sektor hewan ternak ini bisa meningkat dan berkontribusi bagi kedaulatan pangan umat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun