Di bale-bale bawah rumah Raya Kedu banyak orang. Wajah Raya Kedu berseri-seri. "Kelihatannya kau senang betul sahabat. Apa jenis kelamin bayimu?" sapa Rangga Mone memuji sekaligus bertanya kepada sahabatnya. Rangga Mone dan teman-temannya langsung naik dan duduk di bale-bale, sebelum dipersilahkan oleh Raya Kedu. Mereka berbincang-bincang sambil memamah sirih pinang.
"Anak kita laki-laki sahabat. Saya bahagia betul," jawab Raya Kedu. Â Jangan salah faham dulu, kata "anak kita" tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir itu adalah anak biologis bersama antara Raya Kedu dan Rangga Mone. Mana mungkin itu terjadi! Kata tersebut hanyalah ungkapan persahabatan bahwa anaknya Raya Kedu sama seperti anak kandung Rangga Mone sendiri. Demikian pula sebaliknya, anaknya Rangga Mone sama seperti anak kandung Raya Kedu sendiri.
"Lalu, apa jenis  kelamin bayimu?"
"Laki-laki."
"Apa waktu dia lahir, Motoromo masih bersinar?"
"Hampir bersamaan dengan munculnya Motoromo."
"Sungguh-sungguh Sang Motoromo. Anak yang kita nanti-nantikan. Ini merupakan berkat besar bagi kita semua warga Kodi. Suatu saat ia akan menjadi pelindung dan pembela kehormatan keluarga dan wilayah kita."
"Mudah-mudahan begitu. Saya berharap kita semua selalu mendoakan supaya ia tumbuh dan berkembang sebagai orang yang berguna bagi banyak orang dan wilayah kita."
"Jangan khawatir, kami para sahabatmu akan mendoakan anakmu," kata Rangga Mone memberi harapan dan semangat kepada sahabatnya.
Sepanjang siang hari itu, sejak sang surya mulai tersenyum manja di ufuk timur sampai ia tersembunyi di balik kaki cakrawala sudut barat, banyak keluarga dan sahabat Raya Kedu, yang menjenguk bayi Sang Motoromo tersebut.
Tambolaka, 19 Agustus 2019