Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanaman Jagung Musim Tanam Kedua di Kodi Gagal Akibat Kekeringan

6 Juli 2019   19:55 Diperbarui: 6 Juli 2019   19:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca pagi nan cerah dengan suhu udara yang cukup panas hari ini, Sabtu 6 Juli 2019, mengiringi perjalanan kami untuk melakukan peliputan berkaitan dengan masalah kekeringan dan dampaknya terhadap tanaman pangan masyarakat tani. Sasaran yang kami tuju untuk digempur adalah wilayah Kecamatan Kodi Utara dengan lokus di Desa Hameli Ate.

Ketika tiba di Desa Mangganipi, empat orang wartawan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertugas di Kabupaten Sumba Barat Daya, yaitu Petrus Piter (Harian Pos Kupang), Fransiskus X Bala Keban (Harian Victory News), Edy Beren (Harian Timor Express) dan Mindo Soares (TVRI NTT), mengajak saya untuk mampir  di rumah seorang petani sukses yang bernama Agustinus Wakur Kaka.

DOKUMENTASI PRIBADI
DOKUMENTASI PRIBADI
Setelah minum kopi hangat, yang disiapkan oleh Rofina Gh Karere, isteri Agustinus, kami mengajak Agustinus untuk menjadi pemandu menuju Desa Hameli Ate. Desa ini adalah salah satu sentra pertanian tanaman pangan lahan kering. Setiap tahun para petani di desa ini termasuk sukses menanam padi, jagung dan ubi kayu.

Sepanjang sisi kanan dan kiri jalan di desa Hameli Ate, tampaklah pemandangan yang sangat memprihatinkan. Berpuluh-puluh hektar tanaman jagung musim tanam kedua, mengalami kekeringan. "Kalau sudah seperti ini pasti gagal panen," tutur Agustinus.

DOKUMENTASI PRIBADI
DOKUMENTASI PRIBADI
Pemandangan di Hameli Ate ini, lanjut Agustinus, mantan Ketua KTNA Kabupaten Sumba Barat Daya, merupakan kondisi umum yang terjadi wilayah Kodi yang terdiri empat kecamatan. Penyebabnya tidak lain yaitu musim yang tidak normal. "Musim hujan singkat dan musim kemarau lebih panjang," jelas Agustinus.

"Apakah kondisi ini akan membawa dampak krisis pangan terhadap masyarakat," tanya kami.

Menurut Agustinus, secara umum tidak menyebabkan krisis pangan dalam waktu dekat, karena tanaman padi dan jagung pada musim tanam pertama berhasil. "Tapi yang jelas pendapatan petani tahun ini menurun drastis sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka," ungkapnya.

DOKUMENTASI PRIBADI
DOKUMENTASI PRIBADI
Barangkali pendapat Agustinus tersebut, ada benarnya. Sebagaimana kami saksikan sendiri di lapangan, tidak seluruh lahan ladang tanaman jagung masyarakat gagal. Di beberapa bidang ladang terlihat juga tanaman jagung yang cukup berhasil meskipun tidak optimum hasilnya. Bahkan di pinggir keliling kebun masyarakat masih tampak rumpum-rumpun ubi kayu yang masih hijau dan sudah siap dipanen. Belum lagi tanaman-tanaman lain seperti pepaya yang masih sedang berbuah.

Setelah tuntas memantau kondisi kekeringan di Hameli Ate, kami kembali ke rumah Agustinus. Di sini kami ramah tamah bersama dengan keluarga Agustinus. Hampir menjelang sore kami harus pamit, karena empat wartawan sahabat saya harus disiplin menaati waktu dead line di media massa mereka.

"Kami harap jangan kapok mampir lagi di pondok kami," pesan Agustinus ketika kami hendak beranjak.

"Siap bos, kami akan datang lagi," respon kami hampir serentak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun