Oleh Ira Alia Maerani, Rofida Kania Maharani , Dosen FH Unissula, mahasiswa PBSI, FKIP Unissula
Kita tahu bahwa di media sosial selalu digunakan sebagai wadah informasi yang ada di masyarakat. Baik itu informasi mengenai trend saat ini maupun informasi yang tidak penting, terkadang kita juga bisa menemukannya di media sosial. Sebagai pengguna media sosial, kita harus bisa merespon dan menyaring informasi yang harus kita gunakan.Â
Associate Professor of Strategic Studies mengatakan: "Ketika dunia memasuki era globalisasi, fleksibilitas ideologi Pancasila kembali diuji. Di era globalisasi, banyak ideologi alternatif telah merambah ke seluruh pelosok tanah air melalui media informasi yang dapat diakses oleh semua anak di Indonesia.Â
Saat ini, penggunaan media sosial kerap disalahartikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti mereka yang terlibat dalam penyebaran ideologi dan kampanye teroris. Mereka  mengajak pengguna media sosial untuk memahami ideologi yang dianutnya, sehingga banyak perbedaannya. Tidak hanya satu atau dua kali, penyebaran ideologi ini kerap terjadi, ditambah dengan banyaknya pengguna media sosial, membuat elemen-elemen tersebut secara aktif menyebarkan informasi ideologi radikal yang dicanangkan sendiri.Â
Seperti kita ketahui bersama, inti dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mendorong perubahan. Mereka yang bersikeras dengan pemahamannya memiliki kebutuhan akan perubahan yang besar dan jauh dari sistem saat ini. Radikalisme biasanya terkait dengan terorisme. Radikalisme sering dikaitkan dengan kelompok ekstremis. Kelompok ekstremis menggunakan agama sebagai kedok untuk menjalankan misinya. Mereka akan merekrut anggota Banyan untuk ikut serta menjalankan misi mereka yaitu gerakan teroris.
Pelaku terorisme telah menyalahi nilai-nilai pancasila, terutama dalam dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam sila pertama, setiap warga negara wajib berketuhanan Yang Maha Esa, sikap saling menghormati dan bekerjasama antar umat beragama perlu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Â sebagai upaya menjalankan sila pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan antar umat manusia. Hal ini berkaitan dengan nilai nilai islam yang sesuai yang tertera dalam Quran Surat Ali 'Imran Ayat 159Â
Arab-Latin : Fa bim ramatim minallhi linta lahum, walau kunta faan galal-qalbi lanfa min aulika fa'fu 'an-hum wastagfir lahum wa sywir-hum fil-amr, fa i 'azamta fa tawakkal 'alallh, innallha yuibbul-mutawakkilnÂ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan  mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Ayat di atas bisa kita kaitkan dengan perilaku sehari hari kita dalam memegang teguh ideologi di indonesia yaitu pancasila sesuai ajaran islamÂ