Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenang Uje dan MZ di Bulan Ramadan

13 Juli 2013   06:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:37 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_254443" align="aligncenter" width="475" caption="Almarhum K.H. Zainuddin MZ saat mengisi sebuah Tablig Akbar (Tempo.co)"][/caption] Pukul 02.30 WIB, tanpa sengaja saya mendengar suara dari penceramah yang dalam dua windu terakhir terasa begitu khas. Saat itu, saya kebetulan sedang berkumpul dengan keluarga di rumah sambil menunggu santap sahur. Ya, suara yang terdengar merdu, berkarakter, serta sangat tegas itu berasal dari almarhum K.H. Zainuddin MZ. Seketika, saya merasa sedang menyaksikan ceramah dari sosok yang semasa hidup dikenal dengan julukan "Dai Sejuta Umat" tersebut. Namun, tentu saja itu hanya khayalan sepintas. Sebab, Tablig Akbar yang disiarkan salah satu televisi swasta, TvOne merupakan tayangan ulang beberapa tahun sebelumnya yang dikemas dalam program "Indonesia Mengenangmu". Sontak, saya yang biasanya malas menyaksikan tayangan sahur yang mayoritas didominasi lawakan tidak lucu itu kembali antusias memandang layar televisi. Terus terang, beberapa tahun terakhir saya kurang begitu selera menyaksikan tayangan sahur di televisi. Itu karena program acaranya yang terkadang terlalu memaksa. Termasuk lawakan yang berujung saling ledek atau sinetron religi tapi dikemas dengan gaya yang terlalu "Wah" dari segi cerita maupun busana yang memerankannya. Berbeda dengan dulu, ketika acara sahur justru menjadi agenda utama keluarga kami untuk bisa menyaksikan beberapa program edukatif sekaligus yang menginspirasi. Seperti "Omar" yang berkisah mengenai perjalanan sahabat nabi, Umar Bin Khattab, lalu siaran langsung Salat Taraweh dari Mekah, dan sinetron yang mendidik, salah satunya Para Pencari Tuhan atau Lorong Waktu.

*     *     *

[caption id="attachment_254444" align="aligncenter" width="522" caption="Saat pemakaman Ustad Jefri Al Buchori (Kompas.com)"]

137367136240471307
137367136240471307
[/caption] Memasuki sesi kedua, "Indonesia Mengenangmu" menampilkan Ustad Jefri "Uje" Al Buchori. Ada perasaan haru bercampur gembira karena bisa menyaksikan kembali sosok yang disebut "Ustad Gaul" tersebut. Maklum, tahun ini merupakan Ramadan pertama bagi saya yang sudah tidak bisa menyaksikan ceramah Uje di layar televisi dari Subuh, Siang, Sore, Maghrib, hingga setelah Taraweh. Sebelumnya, situasi ini terjadi dua tahun lalu ketika MZ -sebutan bagi K.H. Zainuddin MZ- meninggal sekitar satu bulan sebelum Ramadan 1432, tepatnya 5 Juli 2011. Sementara, meninggalnya Uje tentu belum terlupakan di benak saya maupun jutaan rakyat Indonesia lainnya. Itu karena sosok yang dikenal sebagai teladan bagi anak muda dan remaja karena ceramahnya yang mudah dimengerti dan dapat merangkul semua golongan, meninggal pada 26 April 2013. Setelah menyaksikan tayangan keduanya, sempat terlintas pikiran saya, bagaimana perasaan keluarga Uje maupun MZ saat menyaksikan kembali almarhum ayah atau suami mereka di televisi? Terutama bagi anak-anak Uje yang masih kecil. Tentu, mereka sangat terpukul karena biasanya sahur dan buka puasa bersama, tapi kini sudah tidak bisa lagi. Namun, saya yakin mereka yang masih kecil pasti bangga memiliki ayah seperti Uje atau MZ yang meski sudah tiada tetap dinantikan kehadirannya. Itu persis seperti adagium lawas bahwa gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Dan, manusia mati pasti meninggalkan nama. Terlepas kontroversi yang ditimbulkan MZ semasa hidup, dan misteri penyebab meninggalnya Uje karena kecelakaan. Mereka berdua merupakan sosok yang selalu dinantikan. Tidak hanya bagi golongan tua, melainkan generasi muda yang merasa kehilangan atas kepergiannya. Terutama di bulan Ramadan yang biasanya Uje dengan baju koko yang khas selalu menyapa di televisi untuk memberi siraman rohani. Atau, MZ dengan ucapan salam yang identik dan semangat ceramah ala guru tapi tidak menggurui pendengarnya. Entah kapan, saya bisa menantikan kemunculan kembali MZ, dan Uje lainnya dari generasi muda yang benar-benar  melakukan dakwah tanpa membedakan golongan dan berlandaskan materi saja. Tetapi, mampu meninggalkan kesan mendalam bagi pendengarnya baik saat masih menyaksikannya di televisi atau selang beberapa waktu lamanya.

*     *     *

Referensi: - Indonesia Mengenangmu (Lombokita.com) - Zainuddin MZ Sosok Penyejuk Bangsa (Antaranews.com) - Aida Saskia dan Zainuddin MZ Sepakat Damai (Tempo.co) - Uje Meninggal Karena Kecelakaan (kompas.com) - Selamat Jalan Ustadz Jefri (@SBYudhoyono)

*     *     *

- Jakarta, 13 Juli 2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun